Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Depresi pada Anak dengan Talasemia

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh CNN Indonesia

Talasemia adalah penyakit kronis dengan pengobatan jangka panjang yang meningkatkan potensi dampak pada kondisi fisik, kognitif, dan psikologis. Diperkirakan sekitar 80% anak dengan thalassemia mayor memiliki setidaknya satu gangguan kejiwaan, depresi adalah salah satu yang paling sering dilaporkan, terutama pada periode prapubertas dan masa pubertas.

Anak dengan talasemia membutuhkan pengobatan jangka panjang yang berpotensi berdampak pada fisik, kognitif, dan psikologis. Gangguan psikologis terjadi pada 1: 4 dari 38 penderita talasemia mayor berusia 6-18 tahun, dan sekitar 24% mengalami depresi Perjalanan penyakit yang berlangsung kronis dan pengobatan jangka panjang disinyalir dapat menjadi pemicu stres yang menyebabkan depresi dan rentan terhadap pemicu stres lainnya.

Sebuah penelitian dilakukan di Unit Rawat Jalan Hematologi-Onkologi, Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK Unair/RSUD Dr. Soetomo pada bulan September hingga Desember 2018, dengan tujuan untuk mengetahui dan mengevaluasi faktor-faktor yang disinyalir menjadi pemicu terjadinya depresi pada anak-anak talasemia beta mayor, yang berusia antara 9 hingga 17 tahun.

Untuk mengetahui tingkat depresi digunakan skor Children Depression Inventory (CDI), dan diklasifikasikan menjadi 3 tingkatan: depresi ringan, sedang dan berat. Sementara itu, juga dilakukan uji darah vena untuk mengetahui kadar kortisol di dalam serum yang diambil pada pukul 08.00-10.00 pagi. Pada berbagai kondisi dimana anak anak memiliki penyakit kronis lain selain talasemia dan komplikasinya, atau sedang meminum obat yang mempengaruhi kadar kortisol darah, atau menderita penyakit akut atau kondisi yang dapat meningkatkan kadar kortisol serum, maka anak tersebut tidak dimasukkan dalam analisis penelitian.

Hasil penelitian ini menunjukkan bukti bahwa dari total 45 anak yang memenuhi syarat dalam penelitian ini, terdapat 15 anak mengalami depresi yang tergolong tingkat ringan, sedangkan 30 anak lainnya tidak mengalami depresi. Terdapat dua faktor yang paling mempengaruhi terjadinya depresi pada anak dengan Thalasesmia, yaitu: bila anak mengalami komplikasi dan bila kortisol serum berada dalam kadar yang tinggi. Sementara   faktor-faktor lain, seperti: jenis kelamin, usia saat di-diagnosis, frekuensi tranfusi, riwayat depresi keluarga, perubahan fisik, dan lama sakit, tidak terbukti mempengaruhi depresi pada anak Thalassaemia.

Hasil penelitian ini sangat berguna dalam hal untuk memahami penanganan anak dengan talasemia secara paripurna. Sebagian besar anak dengan talasemia diharuskan mendapatkan pengobatan jangka panjang dan mengalami berbagai tindakan medis yang berulang dalam waktu panjang, sehingga rawan sekali akan mengalami berbagai gangguan psikologis.

Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar dalam hal merencanakan kebijakan penanganan anak dengan talasemia beta mayor, dimana pada anak yang telah mengalami komplikasi hendaknya diadakan program pendampingan khusus yang dapat menunjang kesehatan mental dan psikologis anak sehingga dapat mencegah anak mengalami depresi yang tentunya akan memperburuk proses dan hasil pengobatannya.

Penulis: Dr. dr. Ahmad Suryawan, SpA(K)

Informasi detail dari studi ini dapat diakses pada:

Hapsari Widya Ningtiar, Ahmad Suryawan, Irwanto, IDG Ugrasena. DETERMINANT FACTORS OF DEPRESSION IN BETA MAJOR THALASSEMIA CHILDREN. Fol Med Indones, Vol. 57 No. 1 March 2021: 46-52

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp