Pelet Ekstruder, Lebih Efisienkah untuk Peningkatan Produksi Akuakultur?

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Mesin Jatim Indonesia

UNAIR NEWS– Mahalnya harga bahan baku pakan hewani, membuat tepung ikan nabati menjadi salah satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan pakan dari sektor akuakultur. Namun penggunaanya masih memerlukan banyak pertimbangan lantaran tingginya zat-zat anti nutrisi yang terkandung dalam sumber protein nabati.

Pelletting merupakan salah satu cara pembuatan pakan melalui pengompakkan campuran bahan dengan tekanan mekanik. Kelemahan dari proses pembuatan pelleting adalah zat anti nutrisi yang ada dalam pakan masih tersisa karena hanya diolah menggunakan tekanan mekanik. Selain itu, protein yang ada dalam pakan masih dalam bentuk kompleks.

Disisi lain pembuatan pellet dengan cara ekstruksi telah terbukti mampu untuk memaksimalkan bahan baku pakan yang berasal dari protein nabati. Hal tersebut disampaikan oleh Dr. Romi Novriadi dalam kuliah tamu yang diadakan oleh Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) Universitas Airlangga.

Dosen Pasca Sarjana Politeknik Analisa Usaha Perikanan (AUP) Jakarta Kementerian Kelautan dan Perikanan, Republik Indonesia tersebut mengungkapkan zat anti nutrisi seperti asam fitat, saponin dan lektin yang terkandung dalam tepung kedelai atau tannin, protease inhibitor dan saponin yang terdapat pada kacang dan biji-bijian dapat berpengaruh terhadap daya cerna pakan oleh ikan. Namun itu bisa diantisipasi dengan proses ekstruksi.

“Ekstruksi merupakan suatu proses kombinasi sistem kerja mixing, cooking, kneading, shearing, shaping, dan forming menggunakan alat yang disebut ekstruder,” papar Romi.

Romi melanjutkan, prinsip kerja dari ekstruder adalah Bahan mentah yang dimasukkan dalam barrel akan didorong dan diaduk oleh screw dengan kecepatan yang sangat tinggi, gesekan antara bahan dan barrel dapat menciptakan suhu panas yang mampu menghilangkan kandungan air. Kerapatan molekul dari palet juga tinggi karena tekanan yang terbentuk dalam mesin ekstruder.

“Karena adanya proses pemanasan dan pengadukan yang cepat dalam mesin ekstruder, zat-zat anti nutrisi dalam bahan bisa dihilangkan, karena selain dengan proses kimiawi, zat anti nutrisi dapat diminimalisir dengan proses fisika,” ungkapnya pada kuliah tamu virtual yang dilaksanakan Kamis (28/04) lalu.

Selain dapat menghilangkan zat anti nutrisi, palet ekstruder juga memiliki keunggulan mampu menciptakan pelet dengan stabilitas bentuk yang lama dalam air. Ia juga memaparkan jika menggunakan ekstruder kita dapat membuat 2 tipe palet yakni tenggelam dan terapung yang sulit dilakukan dengan pelleter.

“Hal tersebut juga sangat penting karena selain komposisi yang harus seimbang, kualitas pakan juga ditentukan dari sifat fisiknya, pelet dengan palatabilitas yang rendah meskipun memiliki kandungan nutrisinya tinggi hanya akan menyebabkan limbah dalam media budidaya,” ungkap romi. “Oleh karena itu, stabilitas bentuk pakan dalam air menjadi salah satu pertimbangan pemilihan pakan untuk budidaya,” sambungnya.

Hal tersebut juga sudah dibuktikan melalui beberapa penelitian yang mengomparasi antara penggunaan pelet dengan proses ekstruksi dengan pelleting. Pada udang yang diberi pakan pellet ekstruder pertumbuhan mingguanya bisa mencapai 0.99 gram, sementara pakan pelet biasa hanya 85 gram.

“Selain itu, kecernaan nutrisi dari pakan ekstruder lebih tinggi karena proses fisika ketika melakukan ekstruksi dapat menyederhanakan molekul kompleks dalam pakan dan menghilangkan zat anti nutrisi, hal itu dibuktikan dengan digestibility of protein (DAP) pelet ekstruder lebih tinggi dari pelet biasa,” jelas Romi.

Pada akhir Romi menyampaikan bahwa meski memiliki beberapa keunggulan pengoprasian pelet ekstruder memerlukan modal yang cukup besar. Namun bila melihat manfaat jangka panjangnya, penggunaan ekstruder bisa dijadikan pertimbangan.

“Mengingat terus naiknya harga pakan, penggunaan ekstruder mungkin bisa menjadi opsi guna mewujudkan program Gerakan Pakan Ikan Mandiri, sehingga pra pembudidaya dapat menekan biaya pengadaan pakan,” pungkasnya. (*)

Penulis: Ivan Syahrial Abidin

Editor: Nuri Hermawan

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp