Penyakit periodontal tidak saja berdampak secara medis namun juga secara estetik. Sehingga fokus perawatan juga mengarah kepada faktor medis maupun estetik. Oleh karena itu, perawatan jaringan periodontal saat ini juga mengarah kepada perbaikan kondisi kesehatan jaringan periodontal, selain juga meminimalkan pengaruh yang ditimbulkan dari segi estetik. Hal ini tidak terlepas dari tuntutan masyarakat yang saat ini juga sudah banyak mengarah ke faktor estetik.
Salah satu kondisi jaringan periodontal yang berdampak pada estetik adalah kondisi yang dikenal dengan gummy smile. Gummy smile merupakan kondisi jaringan periodontal yang mempunyai ciri khas yaitu gingiva pada rahang atas depan terlihat berlebihan ketika seseorang tersenyum. Gingiva dikatakan terlihat berlebihan jika saat tersenyum, gingiva yang diukur dari tepi gingiva ke batas bawah bibir atas ketinggiannya lebih dari 2mm. Pada umumnya ketika seseorang tersenyum hanya terlihat sebagian kecil gingiva pada rahang atas, umumnya kondisi yang masih dapat ditolerir dari segi estetik adalah ketika tersenyum ketinggian gingiva yang terlihat tidak lebih dari 2mm.
Gummy smile dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain keterlambatan erupsi pasif, faktor keradangan, serta pertumbuhan rahang atas yang berlebihan. Faktor yang sering menjadi penyebab gummy smile adalah faktor keterlambatan erupsi pasif. Pertumbuhan gigi, meliputi 2 fase pertumbuhan, yaitu fase aktif dan fase pasif. Fase aktif ditandai dengan pertumbuhan gigi yang menuju bidang oklusal, sedangkan pertumbuhan yang pasif ditandai dengan bergeraknya tepi gingiva kearah apikal (ujung akar) sehingga bentuk anatomi mahkota gigi menjadi terlihat normal, baik ketinggian maupun lebarnya. Apabila terjadi keterlambatan erupsi pasif, maka gingiva tidak bergerak ke apikal. Kondisi ini menyebabkan mahkota gigi tertutup oleh gingiva. Faktor keradangan juga merupakan penyebab yang sering ditemukan. Keradangan ini dapat disebabkan oleh adanya plak maupun kalkulus yang terdapat pada tepi gingiva. Akumulasi plak maupun kalkulus mengakibatkan respon keradangan pada jaringan gingiva yang ditandai dengan warna kemerahan, mudah berdarah dan adanya pembesaran. Pembesaran gingiva ini juga mengakibatkan mahkota gigi tertutup gingiva. Bila mahkota gigi tertutup gingiva maka saat tersenyum, gingiva akan terlihat berlebihan.
Perawatan gummy smile dapat dilakukan melalui teknik bedah periodontal, antara lain gingivektomi (pemotongan gingiva) maupun teknik bedah lain yang umum dilakukan, misalnya lip reposisi. Prosedur standar perawatan gummy smile yang pertamakali harus dilakukan adalah menghilangkan keradangan. Setelah keradangan minimal, selanjutnya akan dilakukan tindakan bedah untuk memotong gingiva. Perawatan yang umum dilakukan pada pasien gummy smile adalah lip reposisi. Perawatan lip reposisi ini dilakukan dengan cara mengurangi lebar gingiva dan mukosa bibir pada area vestibulum. Pengurangan ini mengakibatkan posisi bibir menjadi lebih kebawah sehingga dapat menutupi gingiva yang tampak berlebihan ketika tersenyum. Secara umum perawatan gummy smile dengan lip reposisi mempunyai kekurangan, antara lain dapat mengurangi ketinggian mukosa bibir (mukosa bibir menjadi lebih pendek), selain itu perawatan gummy smile dengan lip reposisi juga membutuhkan waktu yang cukup lama dan luka yang cukup lebar. Hal ini dapat terjadi karena perawatan metode lip reposisi akan mengurangi ketinggian gingiva mulai dari gigi kaninus (taring) kiri sampai kaninus kanan rahang atas. Kedua hal ini akan mengakibatkan penyembuhan menjadi cukup lama, rata-rata sekitar 3 minggu.
Metode baru untuk perawatan gummy smile adalah dengan metode bedah yang dimodifikasi dari teknik frenotomi. Teknik frenotomi merupakan prosedur bedah untuk mengurangi ketinggian frenulum yang tinggi pada bibir atas depan. Modifikasi yang dimaksud adalah teknik pemotongan gingivanya dan teknik menjahit lukanya. Pada frenotomi untuk keperluan mengurangi ketinggian frenulum, pemotongannya dilakukan secara horisontal, sehingga bentuknya terlihat 2 irisan arah horisontal. Sedangkan gummy smile dengan teknik frenotomi, pemotongan gingivanya dilakukan dengan bentuk triangular. Oleh karena itulah perawatan gummy smile dengan teknik ini disebut triangular frenotomi. Selain cara pemotongan gingivanya, perbedaannya juga pada cara menjahitnya. Pada frenotomi untuk mengurangi frenulum yang tinggi, penjahitan dilakukan secara vertikal, sedangkan untuk keperluan perawatan gummy smile, penjahitannya dilakukan secara horisontal. Perawatan gummy smile dengan teknik ini tergolong baru, karena belum pernah dipublikasikan sebelumnya.
Perawatan gummy smile dengan teknik triangular frenotomi mempunyai beberapa keuntungan, antara lain luka tidak lebar karena hanya melibatkan area selebar gigi insisif (gigi seri) kiri dan kanan. Luka yang tidak lebar ini menguntungkan karena mempercepat penyembuhan dan mempercepat waktu pada saat prosedur tindakan bedah. Penyembuhan yang cepat ini tentu juga mempunyai keuntungan yaitu komplikasi paska bedah dapat diminimalkan.
Pasien gummy smile yang dirawat dengan teknik triangular frenotomi telah terbukti memperbaiki estetikanya saat tersenyum karena bibir atas depan tertarik kebawah sehingga dapat menutupi gingiva yang semula terlihat berlebihan ketika tersenyum. Pasien juga hampir tidak merasakan komplikasi paska tindakan bedah. Kontrol selama 3 bulan menunjukkan hasil yang stabil dan tanpa keluhan. Oleh karena itu, perawatan gummy smile dengan teknik baru yaitu triangular frenotomi dapat disimpulkan memberikan hasil yang memuaskan.
Penulis: Agung krismariono
Informasi detail dari tulisan ini dapat dilihat pada:
http://www.jidmr.com/journal/wp-content/uploads/2020/12/55-
XD20_1225_Agung_Krismariono_Indonesia.pdf