Peran Pustakawan Sekolah Terhadap Implementasi Gerakan Literasi Sekolah

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Unusa

Beberapa studi tentang literasi menunjukkan kontradiksi dengan data mengenai angka literasi masyarakat Indonesia. Pelajar Indonesia dianggap melek tapi tidak didampingi dengan kemampuan literasi absolut. Untuk mengatasi masalah tersebut, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan merancang program Gerakan Literasi Sekolah / Gerakan Literasi Sekolah (GLS) untuk meningkatkan literasi siswa. GLS adalah program unik yang dikembangkan untuk sistem sekolah dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Kehadiran perpustakaan sekolah dan pustakawan merupakan elemen penting dalam pelaksanaan GLS. Pustakawan adalah bagian dari Tim Literasi Sekolah, bekerja sama dengan kepala sekolah, wali siswa, orang tua, dan guru. 

Pembahasan literasi tidak tunduk pada keadaan literasi semata karena krisis literasi telah berlalu, sehingga menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara yang bertanggung jawab dalam pemberantasan buta huruf. Data yang dihimpun oleh United Nations of Educational, Scientific, and Cultural Organization UNESCO (2018) menunjukkan bahwa secara kumulatif literasi masyarakat Indonesia usia 15-24 tahun mencapai 99,71%; Pencapaian ini juga ditunjukkan oleh data Badan Pusat Statistik yang menyebutkan bahwa 95,90% penduduk Indonesia berusia 15 tahun ke atas sudah cukup melek huruf (Badan Pusat Statistik, 2019). 

Survei dari beberapa penelitian tentang kemampuan literasi siswa Indonesia menunjukkan ketidakteraturan angka literasi di Indonesia. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia sudah melek huruf menurut tingkat pendidikan tetapi belum memiliki kemampuan literasi holistik. Keterampilan literasi yang rendah adalah akibat dari kurangnya minat baca. Masalah keterampilan membaca terkait dengan pengalaman dan praktik membaca yang rendah. Berbicara tentang solusi kemampuan membaca, melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pemerintah merancang program School Literacy Movement / Gerakan Literasi Sekolah (GLS) untuk meningkatkan literasi siswa. GLS adalah program khusus yang dikembangkan untuk ekosistem sekolah di tingkat dasar dan menengah. Kehadiran perpustakaan sekolah dan pustakawan merupakan komponen penting untuk keberhasilan penerapan GLS di sekolah. Pustakawan menjadi bagian dari tim literasi sekolah, bersama dengan kepala sekolah, orang tua / wali siswa.

Dengan menggunakan metode kuantitatif-deskriptif untuk menyelidiki peran pustakawan sekolah, penelitian ini bermaksud untuk menilai peran pustakawan dalam menerapkan GLS di sekolah sebagai guru, pemimpin, mitra instruksional, spesialis informasi, dan administrator program. Dengan menggunakan purposive sampling, responden adalah pustakawan yang telah melaksanakan GLS di wilayah Jawa Timur di tempat kerjanya. Kuesioner disebarkan melalui formulir Google dengan total 124 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor peran pustakawan dalam pelaksanaan program GLS sangat tinggi (4,32). Nilai rata-rata terendah dimiliki oleh pustakawan sebagai spesialis informasi (4,17), dan yang tertinggi dimiliki oleh pustakawan sebagai administrator program (4,49). Skor rata-rata pustakawan sebagai guru adalah 4,31, sedangkan sebagai pemimpin dan mitra instruksional masing-masing adalah 4,31 dan 4,34., dan guru yang bertanggung jawab atas perencanaan, pelaksanaan, pelaporan, dan evaluasi.

Penulis: Dyah Puspitasari Srirahayu, Tiara Kusumaningtiyas dan, Dessy Harisanty

Untuk membaca artikel dengan judul “The Role of the School Librarian toward the Implementation of the School Literacy Movement (Gerakan Literasi Sekolah)” dapat diakses melalui https://digitalcommons.unl.edu/libphilprac/4757

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).