Bebek merupakan sumber protein hewani yang digemari oleh masyarakat didunia. Sayangnya harga bebek yang relative tinggi dibeberapa belahan dunia menyebabkan konsumsi bebek kurang popular jika dibandingkan daging lain seperti daging sapi, babi, dan ayam yang lebih murah. Namun rasa daging bebek yang khas dan lemaknya yang mempunyai rasa lebih tajam membuat daging bebek menjadi masakan favorit local karena aroma dan rasanya yang lezat. Daging bebek walupun mempunyai stigma negatif dengan kandungan lemak tinggi, lemak yang terkandung sebagian besar lemak tak jenuh yang sehat dan lemaknya lebih mudah meleleh jika dibandingkan lemak hewani dari mamalia seperti babi, sapi, dan kambing. Namun lemak bebek lebih berasa dibandingkan lemak unggas yang lain.
Lemak bebek memiliki beberapa karakteristik yang bebeda jika diolah dengan cara yang berbeda. Jika dimasak dengan menghilangkan lemak pada permukaan daging ataupun kulit, maka akan membuat kulit yang renyah dan daging tanpa lemak. Lemak bebek jika diolah dengan cara direbus akan menghasilkan kaldu yang beraroma dan bisa digunakan untuk bumbu masakan. Daging bebek bisa menjadi mikronutrien yang mengandung selenium, zat besi, dan niasin.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data sekunder sebagai data utama. Subjek penelitian ini adalah Indonesia, Thailand, Filipina, Vietnam, dan Kamboja sebagai negara dengan GDP terbesar yang berasal dari sektor pertanian di asia tenggara. Sampel dibagi menjadi tiag kelompok, yakni laporan produksi daging bebek, laporan konsumsi bebek, dan laporan kasus COVID-19. Data konsumsi dan produksi daging bebek diambil dari website ourworldin. Data mengenai jumlah kasus COVID diambil dari situs worldometer.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Indonesia meraih peringkat tertinggi dibandingkan 4 negara lain sebagai sampel penelitian dalam 3 jenis kasus COVID-19, yakni kasus positif, jumlah kematian, dan jumlah pasien sembuh. Walupun jumlah konsumsi daging bebek di Indonesia lebih kecil dibandingkan, Filipina, Thailand, dan Vietnam, namun jumlah kasus corona meraih peringkat satu diantara 5 negara tersebut. Sedangkan jumlah pasien sembuh terbanyak dipegang oleh Filipina. Daging bebek tidak hanya mengandung sisi negatif, namun juga segi positif untuk kesehatan tubuh. Jika terlalu dikonsumsi scara berlebihan akan memicu berbagai komplikasi, seperti gangguan penglihatan, infeksi, gagal ginjal, dan gagal jantung.
Oleh karena itu penting sekali untuk memperhatikan cara mengolah daging serta porsi yang dikonsumsi dengan tepat. Salah satu masakan bebek yang terkenal dari Filipina yang mengandung banyak gizi yakni Balut. Balut adalah telur bebek yang mengandung embrio muda didalamnya. Walaupun tampilannya mengerikan karena terlihat embrio yang baru saja muncul didalam telur bebek, balut mengandung banyak zat besi, tinggi protein, namun rendah lemak. Balut biasanya dimasak dengan cara direbus, sehingga tidak mengandung minyak yang berbahaya seperti digoreng.
Studi ini juga memperlihatkan bahwa Thailand juga rendah dalam angka kasus kematian akibat virus corona. Salah satu factor pendukung yakni bebek di Thailand diolah dengan cara dikukus dengan menggunakan sari kedelai sebagai pengganti santan. Sari kedelai tinggi akan protein namun rendah lemak dan tidak menimbulkan alergi pada sistem pencernaan seperti halnya saat mengkonsumsi susu sapi. Untuk mengimbangi rasa yang kuat, masakan bebek di Thailand disajikan bersama dengan sayuran seperti rebung yang bisa mengatur tekanan darah tinggi.
Daging bebek tidak hanya mendatangkan sisi negatif, namun juga manfaat bagi tubuh. Daging bebek memang merupakan daging kelas atas dikarenakan rasanya yang lezat serta lemak bebek bisa digunakan sebagai pengganti bumbu masakan. Studi memperlihatkan bahwa pengolahan bebek secara tepat akan membantu untuk upaya penyembuhan pasien terjangkit virus corona. Terlebih lagi, cara pengolahan disertai dengan bahan bahan yang bergizi akan lebih bermanfaat bagi tubuh.
Penulis: Dr. Maslichah Mafruchati M.Si.,drh
Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:
http://www.sysrevpharm.org/?mno=30148 Systematic Review in Pharmacy 2020 Wolters Kluwer Medknow Publications E- ISSN: 0976-2779