UNAIR NEWS – Rektor Universitas Airlangga (UNAIR) telah melantik Dekan baru untuk periode 2020-2025 pada Rabu (30/09/20) di Aula Garuda Mukti, Kantor Manajemen, Kampus C. Salah satu yang turut dilantik adalah Dr. Santi Martini, dr., M.Kes., sebagai Dekan terpilih Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) untuk lima tahun ke depan.
Sebelum menduduki jabatan sebagai Dekan, Santi mengungkapkan bahwa dia telah menjadi dosen di FKM sejak tahun 1997. Kemudian dia melanjutkan studi doktor dan berhasil lulus pada tahun 2010. Setelah itu, dia diminta untuk membantu pihak dekanat dan diangkat menjadi Wakil Dekan bidang kerja sama, pengembangan dan sistem informasi.
Tidak berhenti sampai disitu, Santi juga pernah menjadi Wakil Dekan II yang menangani bidang keuangan dan sumber daya. Hingga pada tahun 2015, dia diangkat menjadi Wakil Dekan I yang menangani bidang akademik, mahasiswa dan alumni.
“Pada tahun 2015, saya diangkat menjadi Wakil Dekan I dan pada tahun 2020 saya diangkat menjadi Dekan FKM yang baru,” ujarnya pada Rabu (11/11/20).
Lebih lanjut, Santi mengungkapkan bahwa terpilih menjadi seorang Dekan bukanlah hal yang mudah, terlebih lagi dengan kondisi pandemi seperti sekarang. Tidak hanya itu, memasuki revolusi industri 4.0 juga menjadi tantangan lain yang harus dihadapi Santi kedepannya.
Mengingat kondisi pandemi yang belum selesai, lanjut Santi, tentu dalam melaksanakan setiap kegiatan harus memperhatikan protokol kesehatan guna meminimalisir risiko penularan. Sehingga, tambahnya, untuk kegiatan pembelajaran masih akan dilakukan secara virtual.
“Sebagian besar pembelajaran tetap dilakukan secara daring, kecuali praktikum ataupun magang. Namun tetap harus memperhatikan protokol kesehatan dalam pelaksanaannya,” ucapnya.
Santi menjelaskan, guna mendukung kegiatan pembelajaran secara luring maka fakultas akan menyiapkan infrastruktur yang dibutuhkan dalam kondisi pandemi, salah satunya seperti fasilitas cuci tangan. Selain itu, kedepannya juga akan diterapkan metode pembelajaran blended dimana mahasiswa yang berada disekitar Surabaya dapat mengikuti pembelajaran secara luring dan sebagian lainnya tetap secara daring.
“Dengan metode blended fakultas akan menyiapkan equipment seperti kamera. Pihak fakultas juga akan membekali para dosen dengan kemampuan teknologi agar pembelajaran daring berjalan lancar,” tuturnya.
Dalam bidang riset sendiri, sambung Santi, bisa menggunakan data sekunder, literature review, atau bisa menggantinya dengan menjadi relawan. Sedangkan dalam bidang pengabdian masyarakat dapat dilakukan secara luring maupun daring. Jika pengabdian dilakukan secara tatap muka maka harus tetap menerapkan protokol kesehatan, jika dilakukan secara daring maka dapat memanfaatkan aplikasi yang tersedia seperti platform zoom.
Sebagai penutup, Santi berharap ke depan terdapat program digitalisasi yang menjadi fondasi untuk mendukung kemajuan FKM, khususnya guna menguatkan program internasionalisasi baik dalam bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat. (*)
Penulis: Dita Aulia Rahma
Editor: Khefti Al Mawalia