Pencabutan gigi umumnya akan diikuti oleh resorpsi tulang alveolar penyangga gigi. Salah satu cara untuk meminimalisir resorpsi tulang yaitu dengan pencabutan minimal trauma. Selain itu juga bisa diminimalisir dengan cara memberikan soktet preservasi, yaitu dengan menambahkan suatu bahan pada soket alveolar setelah pencabutan gigi.
Proses pembentukan tulang diawali dari aktivasi dan fusi osteoklas yang berasal dari turunan makrofag yang bernama monosit, yang selanjutnya berdiferensiasi menjadi osteoklas aktif yang ditemukan pada permukaan tulang yang teresorpsi. Ketika preosteoblas yang berasal dari mesenchymal stem cell di sumsum tulang teraktivasi, maka osteoklas akan terlepas dan mati. Selanjutnya preosteoblas berdiferensiasi menjadi osteoblas matur yang membentuk matriks tulang pada permukaan tulang yang teresorpsi. Osteoblas yang berada pada matriks tulang tersebut akan menjadi osteosit. Proses yang melibatkan osteoklas dan osteoblas tersebut jika terjadi dalam keseimbangan maka massa tulang akan terjaga. Makrofag berasal dari monosit banyak saat proses inflamasi. Makrofag dan sitokin yang berasal dari makrofag sangat penting pada proses pembentukan tulang.
Graft tulang banyak digunakan dalam metode preservasi soket. Bahan graft yang banyak digunakan di bidang kedokteran gigi yaitu xenograft. Bahan tersebut banyak dipakai karena sifat biokompatibilitasnya dan secara struktur mirip dengan tulang manusia serta bersifat osteokonduktif. Xenograft yang banyak dipakai berasal dari tulang sapi yang mengandung hidroksiapatit, yang mirip dengan tulang manusia dan mampu memfasilitasi pembentukan pembuluh darah baru saat proses pembentukan tulang. Pada penelitian ini digunakan DFDBBX (Demineralized Freeze-Dried Bovine Bone Xenograft).
Saat ini banyak bahan alami yang digunakan dalam bidang kesehatan, salah satunya adalah daun kelor (Moringa oleifera). Daun kelor banyak ditemukan di daerah tropis. Daun, buah, bunga, dan tunas mudanya banyak digunakan sebagai bahan makanan, kosmetik, dan kesehatan. Bahan antioksidan yang terdapat pada daun kelor salah satunya asam ascorbic acid, flavonoid, phenolic, dan carotenoid. Sifat osteogenik daun kelor ditemukan pada tahap awal regenerasi jaringan ikat yang terlibat dalam proses penyembuhan fraktur. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rostiny dkk., (2016) menyatakan bahwa terdapat peningkatan jumlah sel osteoblas pada penggunaan kombinasi ekstrak daun kelor dan DFDBBX dengan dosis efektif 2%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek induksi kombinasi ekstrak daun kelor dan DFDBBX pada soket pencabutan gigi Cavia cobaya.
Lima puluh enam (56) Cavia cobaya yang dilakukan pencabutan gigi insisiv kiri bawah dibagi menjadi empat kelompok, pada soket pencabutan giginya diberi perlakuan: (1) kelompok 1 Kontrol: PEG, (2) kelompok 2: DFDBBX, (3) kelompok 3: ekstrak daun kelor, (4) kelompok 4: kombinasi DFDBBX dan ekstrak daun kelor. Pada hari ke-7 dan hari ke-30 Cavia cobaya dikorbankan dan sel makrofag diberi pewarnaan hematoxilin eosin (HE) untuk selanjutnya dihitung jumlah selnya. Data hasil penelitian diolah dengan menggunakan tes One-Way Anova. Jumlah makrofag pada masing-masing kelompok menunjukkan hasil perbedaan yang signifikan. Jumlah makrofag paling banyak terdapat pada kelompok perlakuan kombinasi ekstrak daun kelor dan DFDBBX hari ke-7 dan hari ke-30. Jumlah makrofag kelompok hari ke-30 lebih rendah daripada hari ke-7 pada semua kelompok. Pemberian kombinasi ekstrak daun kelor dan DFDBBX efektif meningkatkan jumlah makrofag pada soket pencabutan gigi Cavia cobaya.
Penulis: Primanda Nur Rahmania, drg., Sp.Pros
Informasi detail dari penelitian ini dapat dilihat pada laman berikut: DOI: 10.35124/bca.2020.20.S1.3113
Rahmania PN, Kresnoadi U, Mundiratri K, Ari MDA. Macrophage Analysis of the Combination of Moringa Leaf Extract and DFDBBX in Cavia. Cobaya Tooth Extraction Sockets. Biochem Cell Arch. 2020; Vol. 20 Supplement 1, pp.3113-3117. DOI: 10.35124/bca.2020.20.S1.3113