Kalsium hidroksida merupakan bahan material kedokteran gigi yang digunakan sebagai bahan pulp capping (bahan pelapis pada pulpa gigi) yang mengalami keradangan agar pulpa tetap hidup. Pulpa gigi yang mengalami keradangan dapat terjadi akibat penetrasi bakteri hingga mencapai pulpa. Apabila pulpa yang mengalami keradangan tidak diberi bahan pelapis pulpa gigi maka akan mengalami infeksi bakteri yang lebih lanjut sehingga menyebabkan gigi nyeri menetap hingga terjadi kematian pulpa gigi. Bahan yang digunakan sebagai pelapis pulpa gigi harus memenuhi syarat diantaranya: dapat merangsang sel fibroblas dan sel odontoblast like cell untuk membentuk dentin reparatif (jaringan keras pelindung pulpa gigi), memiliki adaptasi yang baik terhadap permukaan lapisan dentin, menjaga pulpa tetap hidup dengan cara melindungi dari rangsangan mekanis, kimia, dan iritasi bakteri, mencegah konduksi panas atau dingin dari bahan tumpatan metalik, bersifat anti bakteri, dan tidak larut dalam cairan rongga mulut.
Saat ini bahan yang menjadi gold standard sebagai bahan pelapis pulpa gigi yang mengalami keradangan adalah kalsium hidroksida karena bahan ini memiliki kemampuan sebagai anti bakteri dan mampu membentuk jaringan keras pelindung pulpa gigi atau dentin reparatif sebagai respon penyembuhan agar gigi tetap hidup. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan menemukan bahwa kalsium hidroksida memiliki beberapa kekurangan salah satunya yang paling menonjol yaitu bahan mudah larut. Kita ketahui bahwa kondisi karies yang dalam (selapis tipis dentin) dapat merangsang pulpa untuk memberikan respon dengan mendorong cairan pulpa ke permukaan melalui tubuli dentin yang berbentuk seperti pipa sehingga kondisi ini mempengaruhi kemampuan kalsium hidroksida menjadi berkurang. Hal tersebut dikarenakan karakteristiknya yang mudah larut, sehingga mempengaruhi kestabilan bahan yang berakibat terbentuknya multiple tunnels defects, masuknya bakteri ke dalam pulpa sehingga pulpa gigi mengalami inflamasi (keradangan) dan menyebabkan nekrosis pulpa (kematian pulpa).
Perkembangan keilmuan bidang kedokteran gigi, penelitian, dan teknologi telah menemukan bahan alternatif dari bahan alami yang dihasilkan oleh lebah bermadu (Apis mellifera) dari getah yang berasal dari berbagai pohon, semak-semak, dan tumbuhan obat. Bahan ini memiliki kemampuan tidak larut dalam cairan rongga mulut sekaligus anti bakteri serta memiliki kandungan senyawa Caffeic Acid Phenethyl Ester (CAPE) yang bersifat hidrofobik (tidak larut dalam air dan asam). Senyawa ini mampu berikatan dengan kalsium hidroksida membentuk garam kalsium sehingga diharapkan kombinasi kalsium hidroksida-propolis dapat memperbaiki sifat kalsium hidroksida yang mudah larut dalam air dan asam.
Telah dilakukan penelitian dengan melihat perbedaan daya kelarutan kalsium hidroksida dan kombinasi kalsium hidroksida-propolis 11% pada dua sediaan yang berbentuk kepingan dengan diameter 15 mm dan tebal 1 mm direndam pada saliva buatan (KCl, NaCl, urea) selama satu hari dan tujuh hari. Saliva buatan sebagai media perendaman berperan sebagai buffer (larutan untuk mempertahankan pH agar bertahan dalam rentang normal yaitu 5,6 – 5,7 di dalam rongga mulut untuk mengatasi mulut kering akibat produksi saliva yang menurun. Metode penelitian tersebut menggunakan perbandingan kalsium hidroksida-propolis 1:2 dengan anggapan bahwa semakin meningkat massa atom relatif, maka semakin kuat ikatan kimia yang terjadi antara kedua bahan tersebut. Hal itu karena telah diketahui bahwa daya kelarutan dapat dipengaruhi oleh kekuatan ikatan kimia yang bergantung pada perbedaan elektronegativitas berupa distribusi orbital elektron yang tertarik pada suatu atom yang terlibat dalam ikatan kimia (semakin meningkat massa atom relatif, maka elektronegativitas semakin meningkat) sehingga fenomena ini membentuk sebuah dugaan bahwa kelarutan kombinasi kalsium hidroksida-propolis lebih rendah daripada kalsium hidroksida murni.
Hasil penelitian tersebut ditemukan bahwa kalsium hidroksida-propolis yang direndam selama 1 dan 7 hari memiliki kelarutan yang lebih rendah daripada kelompok kalsium hidroksida yang direndam 1 hari dan 7 hari. Hasil ini menunjukkan bahwa kalsium hidroksida-propolis memilki daya kelarutan (µg/mm3) yang lebih rendah daripada kalsium hidroksida. Propolis mengandung senyawa polar (flavonoid) dan senyawa non polar (bee wax, caffeic acid) yang akan membentuk endapan kristal mengandung ikatan kimia berupa ikatan ionik, ikatan hidrogen dan ikatan van der waals. Ikatan ionik pada kombinasi bahan ini terjadi saat ion kalsium (bermuatan postif) dari kalsium hidroksida berikatan dengan gugus karbon CH2COO- (bermuatan negatif) dari caffeic acid pada propolis. Ikatan hidrogen terjadi saat ion O2- (oksigen) dari kalsium hidroksida berikatan dengan ion H+ (hidrogen) dari propolis, ion H+ dari kalsium hidroksida berikatan dengan ion N2- (nitrogen) dari propolis, dan ion H+ dari kalsium hidroksida berikatan dengan ion O2- (oksigen) dari propolis. Ikatan van der waals terjadi anatara ion kalsium dari kalsium hidroksida berikatan dengan ion N2- dari propolis. Ikatan ionik, hidrogen, van der waals pada kombinasi kalsium hidroksida-propolis ini lebih kuat daripada ikatan ionik dan hidrogen yang terdapat pada kalsium hidroksida sehingga ion kalsium tidak mudah terlepas dan membuat bahan tidak mudah larut.
Hasil penelitian tersebut menarik kesimpulan bahwa kombinasi bahan kalsium hidroksida-propolis lebih tidak mudah larut daripada bahan kalsium hidroksida murni. Sebagai bahan pelapis pulpa gigi. Saran yang dapat disampaikan yaitu diharapkan kombinasi kalsium hidroksida-propolis ini dapat dikembangkan sebagai produk bahan pelapis pulpa gigi yang efektif serta tidak mengabaikan biokompatibilitas (aman tidak menyebabkan kerusakan) bagi jaringan pulpa.
Penulis: Nirawati Pribadi
Informasi detail dari artikel ini dapat diakses pada laman berikut: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33107456/
Nirawati Pribadi, Veronica Regina Rosselle, Nanik Zubaidah, Ira Widjiastuti. The solubility and water sorption properties of a combination of Ca(OH)2 and propolis when used as pulp capping material. Indian Journal of Dental Research. 2020; 31(4):557-561.