UNAIR NEWS – Himpunan Mahasiswa Kedokteran Hewan (HMKH) Program Studi di Luar Kampus Utama (PSDKU) UNAIR di Banyuwangi pada akhir pekan lalu kembali mengadakan webinar nasional dengan mengangkat tema “Equine Chip Fracture”. Hadir sebagai pemateri pada kegiatan tersebut yaitu Drh. Dodit Hendrawan, M.Si., yang merupakan dokter hewan praktisi khusus bagian kuda.
Pada awal paparan, dokter Dodit menyinggung sedikit tentang sejarah dan performa kuda. Menurutnya, kuda merupakan salah satu hewan tunggang yang sejak 4500 tahun SM telah dimanfaatkan untuk membantu pekerjaan manusia seperti untuk transportasi, olahraga, membajak, dan bahkan sebagai hewan kesayangan.
“Konstruksi tubuh ideal yang terlihat gagah dan kuat dapat menghasilkan tenaga yang optimal. Penilaian fisik seekor kuda dapat berdasarkan standar konformasi tubuh dan kaki yang ideal. Kaki kuda sebagai penyangga keseluruhan tubuh kuda mendapatkan beban yang berat dari tubuh akibat tumpuan bobot badan kuda,” kata dokter Dodit.
Selain itu, sambungnya, kaki sebagai penopang tubuh kuda sangat riskan terkena cedera. Kuda dapat sering sekali mengalami cedera yang diataranya diakibatkan oleh latihan pada arena footing yang terlalu keras, pengerjaan tapal kaki yang kurang baik, dan lain sebagainya.
Salah satu dari cedera kaki kuda yang sering terjadi adalah Chip fracture dimana ligament yang terhubung dengan tulang mengalami fraktura atau retak dan terkadang masuk kedalam tulang. Kejadian ini paling sering terjadi pada sendi karpal kuda. Cedera ini menyebabkan kuda sangat kesakitan dan kemungkinan akan berjalan pincang saat latihan.
Dokter Dodit menyebut perkembangan ilmu pengetahuan sangat berkembang pesat seiring dengan perkembangan teknologi. Ilmu pengetahuan selalu mengalami perubahan yang lebih baik setiap waktunya. Tidak hanya itu, lanjutnya, perkembangan ilmu pengetahuan di bidang medis, terutama kedokteran hewan, sangatlah pesat dengan memanfaatkan metode-metode baru untuk melakukan tindakan medis pada pasien.
“Biasanya kasus Chip fracture pada kuda diawali dengan kejadian Lameness atau pincang. Kejadian Lameness ditandai dengan ciri-ciri Perubahan langkah (gait) pada kuda, respon rasa sakit dari luka kulit, memar pada jaringan ikat, otot, arthritis (inflamasi sendi), pelapis tendon dan inflamasi bursa synovial, serta luka pada tendon dan ligament maupun pada tulang tulang,” tandasnya.
Causa Chip fracture pada kuda dapat berupa akumulasi dari microdamage dan ketidakseimbangan antara remodelling tulang dan resorbtion (proses osteoclast menghancurkan jaringan tulang) yang dapat menuju ke fatigue fracture. Causa lain dapat berupa tulang melemah karena infeksi, neoplasia (tumor), osteoporosis (berkurangnya massa tulang), yang berkaitan dengan pathological fracture.
“Kejadian Chip fracture pada kuda dapat terjadi pada regio carpal, metacarpal dan kuku kaki kuda. Biasanya untuk kuda pacu sering terjadi pada kaki kanan bagian depan,” ungkap dokter Dodit.
Penanganan yang dapat dilakukan untuk Chip fracture ini yaitu dengan tindakan Arthroscopic surgery. Selain itu, tindakan konservatif yang dapat dilakukan yaitu injeksi Glucosamine-chondroitin, Pentosan polysulfate sodium dan Hyaluronic acid.
“Kompetensi dokter hewan kuda di Indonesia telah berkembang mengikuti kasus yang ada serta tuntutan dari asosiasi terkait yaitu, Federation Equestre Internationale (FEI) secara internasional maupun Asosiasi Dokter Hewan Kuda Indonesia (ADHKI). Maka dari itu, selayaknya calon dokter hewan, khususnya yang tertarik dalam bidang equestrian harus mengerti perkembangan yang ada,” pungkasnya. (*)
Penulis: Muhammad Suryadiningrat
Editor: Nuri Hermawan