UNAIR NEWS – “Aku hanya ingin ketenangan. Bukan rumah, uang, atau ketenaran”. Diiringi oleh keheningan, Baskara Putra menutup kedua matanya dan menyanyikan penggalan lirik tersebut dengan suara pelan dan sedikit sumbang. Alunan gelap dan minor dari lagu “Evakuasi” membuka puncak acara dari The 9th Efestaphoria.
Kesyahduan bukanlah barang baru yang ditawarkan dalam penampilan dari Hindia, solo moniker Baskara, dan rasa tersebut jelaslah muncul dalam lagu tersebut sekalipun penonton hanya dapat melihat Hindia dari layar gawainya masing-masing. Seperti biasa, penampilan Hindia selalu ditemani oleh grup pengiringnya, Lomba Sihir.
Kesyahduan itu tiba-tiba hilang saat Rayhan Noor serentak memainkan intro “Dehidrasi” dari gitarnya. Gelora semangat dari irama upbeat dan dentuman drum Enrico Octaviano yang tersinkopasi itu seakan tambah menggebu ketika Baskara yang terbawa suasana berteriak “1 2 3 4” di sela-sela lagu dan menyanyikan melodi “Dehidrasi” satu oktaf lebih tinggi.
Sebagai musisi dengan karya yang memiliki lirik yang panjang, terkadang muncul cuitan di Twitter yang menanyakan apakah Baskara tidak pernah lupa lirik saat manggung. Pertanyaan konyol itu terjawab ketika ia salah menyanyikan liriknya pada saat lagu “Besok Mungkin Kita Sampai”.
Kesalahan itu membuat seluruh anggota band tidak mampu menahan tawa, terutama si backing vocalist Natasha Udu. Ketidakseriusan yang mengundang tawa itu terus terbawa hingga intermezzo dan itu bertambah pada saat penampilan “Apapun yang Terjadi” ketika Baskara, Udu, dan pianis Tristan Juliano saling estafet tanaman hias.
Concert staple “Rumah ke Rumah” dimainkan selanjutnya dalam konser virtual tersebut. Irama laidback dan rif gitar yang repetitif itu seakan mencairkan suasana sejenak sebelum Hindia melanjutkan setnya dengan “Secukupnya”, lagu bergenre synthpop ini menjadi karyanya yang paling dikenal karena terpilih menjadi salah satu soundtrack film “Nanti Kita Cerita tentang Hari Ini”.
Untuk menyambut akhir tahun 2020, Hindia tanpa diduga memainkan “Tidak Ada Salju di Sini Pt. IV” dari proyek EP spesial natalnya pada tahun 2018. Menceritakan tentang percintaan beda agama, kesyahduan yang didamba oleh para penggemar Hindia muncul kembali melalui crescendo lagu itu yang sangat megah dan biblikal.
“Selamat datang di dunia. Adik kecil, raja semua. Kelak kau ‘kan menjadi raja menuntun seluruh umat-umatnya. Yang bersedih di hari Minggu, yang bersedih di hari lahirmu,” syair tersebut dinyanyikan berulang kali Baskara dan Udu dengan penuh penghayatan.
Seperti biasa, set dari penampilan Hindia diakhiri dengan single debutnya dan lagu terakhir dari album “Menari dengan Bayangan”, sebuah pesan self-love dalam lagu Evaluasi. Dengan itu, tirai panggung virtual The 9th Efestaphoria resmi tertutup.
Berawal dari side project pribadi sebagai respon atas popularitasnya sebagai vokalis grup rock .Feast,Hindia telah menjadi garda terdepan dalam dunia musik pop dan alternatif di Indonesia sejak rilisnya album debut Menari dengan Bayangan. Dengan liriknya yang puitis dan introspektif juga lagu-lagunya yang mengadopsi berbagai genre seperti synthpop, gospel, dan trap, ia telah mendapatkan nominasi dari berbagai penghargaan musik yang bergengsi.
Perlu diketahui juga bahwa The 9th Efestaphoria merupakan acara puncak dari proker tahunan BEM FEB UNAIR yaitu Economic Week2020 yang diselenggarakan pada Sabtu malam (7/11/2020). Maulana Azhim Fikri selaku Ketua Pelaksana E-Week 2020 menuturkan bahwa konser ini dikonsep sebagai konser donasi yang bekerjasama dengan Kitabisa.com.
“’Seluruh donasi yang penonton berikan kepada kami akan kami salurkan kepada Komunitas Musisi Jember yang sekarang mengalami kesulitan dalam mencari nafkah sehari-hari sebagai musisi akibat pandemi COVID-19 yang tak kunjung reda,” tutur mahasiswa prodi Manajemen tersebut.
Penulis: Pradnya Wicaksana
Editor: Nuri Hermawan