Pulau New Guinea adalah pulau terbesar kedua setelah Greenland. Bagian barat pulau merupakan bagian dari Indonesia dan bagian timur berisi negara Papua Nugini. Vegetasi alami di kawasan ini terdiri dari hutan hujan tropis di dataran rendah dan pegunungan, meskipun terdapat kawasan sabana di pesisir selatan yang memiliki iklim musiman yang berbeda. Suhu maksimum dan minimum tahunan di New Guinea telah meningkat sesuai dengan pola global. Variasi suhu permukaan tanah di pulau New Guinea akan mempengaruhi suhu permukaan tanah di pulau-pulau sekitarnya, terutama di kepulauan Indonesia, Australia, dan bahkan benua Asia yang lebih besar. Suhu yang ekstrim merupakan salah satu faktor hilangnya habitat tumbuhan secara signifikan di Papua dan Papua Nugini.
Wilayah penelitian ini adalah Pulau New Guinea yang terletak pada 130 ° sampai 152 ° Bujur Timur dan -11 ° sampai 0 ° Lintang Selatan. Super-region pada penelitian ini di New Guinea berisi 5 wilayah dengan tiap wilayah terdiri dari 9 sub-region. Wilayah pertama terletak di barat laut dan mencakup sub-region 1 sampai 9 sedangkan wilayah terakhir terletak di tenggara dan mencakup sub-region 37 sampai 45. Titik sampel terletak di sekitar garis lintang dengan tiap sampel terpisah jarak 210 piksel (190 km). Sub-region sebagai titik sampel menyebar dengan jarak yang sama, masing-masing terdiri dari 49 piksel dalam bidang area 7 × 7, meliputi daratan New Guinea.
Data suhu permukaan tanah, yang dapat diunduh secara gratis dari database MODIS LST (ORNL DAAC, 2018. Untuk menghindari hilangnya data, pengunduhan dilakukan berdasarkan pusat sub-regioan di pulau tersebut. Jika ada nilai yang hilang, maka nilai itu dihapus. Bencana alam yang tidak terduga (misalnya kebakaran hutan, tanah longsor atau tsunami) yang mungkin menyebabkan perubahan perilaku data secara tiba-tiba, tidak disertakan. Pengukuran suhu permukaan tanah asli disimpan dalam derajat Kelvin dan kemudian diubah menjadi derajat Celcius.
Hasil menunjukkan bahwa data yang dianalisis dengan model regresi linier selama tahun 2000-2019, mengindikasikan suhu permukaan tanah terendah terjadi pada hari ke 210 yaitu pada musim hujan dan suhu permukaan tanah tertinggi terjadi pada hari ke 324. Suhu permukaan tanah rata-rata tertinggi adalah 27,7°C yang terjadi di sub-region 9 pada wilayah 1
Temuan ini menggambarkan bahwa suhu permukaan tanah di Pulau New Guinea akan meningkat sebesar 0,12°C per dekade yang lebih rendah dari perkiraan untuk Papua Nugini oleh Papua New Guinea National Weather Service (perkiraan kenaikan suhu berkisar antara 0,4–1,0 ° C). Perubahan suhu permukaan tanah di Pulau New Guinea tidak signifikan. Pulau-pulau yang terletak pada garis ekuator cenderung memiliki suhu hangat (stabil) dan pulau yang dekat dengan kutub selalu dingin dan variasi suhu permukaan tanah bergantung pada posisi suatu tempat di bumi dan ketinggiannya.
Studi ini menunjukkan penurunan suhu permukaan tanah di wilayah barat laut dan selatan. Terdapat variasi dalam peningkatan suhu permukaan tanah, meskipun peningkatan tersebut tidak signifikan. Peningkatan suhu permukaan tanah di Pulau New Guinea merupakan indikasi pemanasan global di tingkat regional. Namun, penyelidikan lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi temuan ini dalam skala yang lebih luas. Diperlukan pendekatan lain untuk meningkatkan akurasi estimasi, terutama untuk memvalidasi temuan kami untuk wilayah yang sama seperti pulau Sumatera dan Kalimantan yang berada di garis ekuator. Besarnya sampel dapat ditingkatkan dengan menambah jumlah wilayah atau subkawasan. Terakhir, karena Pulau New Guinea memiliki banyak hutan hujan dan daerah pegunungan, termasuk variabel lain seperti vegetasi atau ketinggian tanah dalam analisis dapat membantu meningkatkan kesesuaian model.
Penulis: Tofan Agung Eka Prasetya
Sumber:
Munawar, Prasetya, T. A. E., Mcneil, R., & Jani, R. (2020). Pattern and Trend of Land Surface Temperature Change on New Guinea Island. Pertanika Journal of Science and Technology, 28(4), 1517–1529.
https://doi.org/https://doi.org/10.47836/pjst.28.4.20