Potensi Ekstrak Daun Kelor terhadap Sistem Reproduksi Tikus Putih

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi daun kelor. (Sumber: Grid Health)

Produksi semen beku di Indonesia menjadi fokus perhatian di sektor peternakan sapi perah. Namun salah satu permasalahannya adalah suhu lingkungan, seperti suhu lingkungan yang tinggi mengganggu penampilan reproduksi sapi jantan. Paparan panas menunjukkan dampak yang merugikan pada organ reproduksi, termasuk sel leydig dan sertoli. Penurunan jumlah sel leydig dapat mengganggu proses steroidogenesis yang menyebabkan sintesis testosteron tidak seimbang dan kemungkinan mengganggu spermatogenesis.

Selanjutnya, perubahan degeneratif sel leydig menyebabkan steroidogenesis terganggu dan pulih dalam 140 hari setelah paparan suhu tinggi yang terakhir. Dalam studi ultrastruktural dilaporkan 14 hari hipertermia menyebabkan cisterna membesar parah dari retikulum endoplasma halus dan mitokondria bengkak dengan krista tubular berdegenerasi diamati pada sel sertoli. Untuk menjaga kondisi ini pada tingkat yang dapat diterima, antioksidan alami, seperti vitamin C dan E, karotenoid, dan flavonoid dibutuhkan dalam testis.

Baru-baru ini, banyak perhatian telah difokuskan pada peran sistem pertahanan antioksidan dalam melawan stres oksidatif. Antioksidan endogen pada tumbuhan mungkin memiliki peran penting dalam kerusakan oksidatif, kemungkinan melestarikan fungsi biologis sel. Antioksidan ini cukup untuk mencegah kerusakan oksidatif dengan meningkatkan enzim antioksidan, yang mengurangi produksi radikal bebas dan peroksidasi lipid. Moringa oleifera atau biasa kita kenal dengan “kelor” telah dikenal dengan khasiat obat pelindungnya sejak zaman kuno dan dilaporkan memiliki beberapa antioksidan alami tingkat tinggi seperti polifenol (asam ellagic, chlorogenic, gallic, dan ferulic), flavonoid yang akan mengais bebas, radikal mengaktifkan enzim antioksidan dan menghambat oksidasi. Tanaman ini juga memiliki anti inflamasi, anti hipertensi, anti piretik, anti maag, anti diuretik, anti diabetes. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlindungan ekstrak daun kelor terhadap jumlah sel leydig dan sertoli pada tikus putih akibat pengaruh suhu tinggi.

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa testis mamalia sangat rentan terhadap stres oksidatif yang disebabkan oleh stres panas. Kelompok kontrol negatif (C-) yang hanya diberikan NaCMC 1% 1 ml berbeda nyata dengan kelompok positif (C +) yang diberi NaCMC 1% 1 ml dan diinduksi selama satu jam dengan suhu tinggi. Ini mengungkap bukti kerusakan testis akibat suhu tinggi dan membuktikan bahwa suhu tinggi bisa membahayakan sel leydig dan sertoli. Suhu tinggi dapat menyebabkan tekanan panas dan pembentukan spesies oksigen reaktif (ROS) yang berlebihan. ROS mampu bereaksi dengan membran lipid, asam nukleat, protein dan enzim serta molekul lain yang mengakibatkan kerusakan sel serta gangguan pada fungsi sel. Suhu dan kelembaban lingkungan yang tinggi membahayakan kesehatan dan perilaku seksual hewan seperti degenerasi sel testis, mengurangi persentase ejakulasi dan gangguan dalam produksi sperma dan fungsi reproduksi.

Kerusakan sel disebabkan oleh peningkatan kadar ROS yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang dapat merusak testis yang mengandung lemak tak jenuh ganda yang tinggi dan dapat menyebabkan piknosis pada sel Leydig dan Sertoli. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa konsentrasi ROS yang tinggi memainkan peran penting dalam patofisiologi testis mamalia. Pembentukan ROS selalu disertai dengan peningkatan regulasi sistem enzim antioksidan, yang melindungi jaringan dari kerusakan yang disebabkan oleh ROS yang berlebihan melalui aktivitas pemulungan enzim seperti SOD (super oksida dismutase) dan GSH-Px (gluthatione peroksidase). Stres oksidatif testis dipengaruhi oleh keseimbangan dan sistem pemulungan ini.

Moringa oleifera dapat mencegah efek merusak pada leydig juga diperkuat dengan penelitian sebelumnya bahwa ekstrak ini secara signifikan meningkatkan hormon kesuburan pria terutama testosteron, follicle-stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone. Hasil ini mungkin karena adanya flavonoid. Flavonoid adalah atioxidants terkenal yang dapat memperbaiki kerusakan testis terkait stres oksidatif pada jaringan hewan. Penyerapan flavonoid dalam daun kelor bervariasi berdasarkan struktur kimiawi, berat molekul, glikosilasi pada setiap spesimen, dan esterifikasi pada saluran cerna.

Metabolisme flavonoid yang disederhanakan saat dicerna secara oral, dimetabolisme usus, kemudian metabolit ke hati melalui vena portal hepatik dan mengalami proses lebih lanjut. Metabolit hati dapat diangkut ke sel dan jaringan yang ditargetkan, diekskresikan ke empedu dan menjalani sirkulasi ulang, atau dihilangkan melalui urin dan atau feses. Dengan demikian, ada kemungkinan bahwa ekstrak daun kelor dapat melindungi jumlah sel leydig dan sertoli pada testis tikus putih akibat paparan suhu tinggi.

Penulis: Budi Utomo

Artikel lengkapnya dapat dilihat pada link jurnal berikut ini:

https://rjptonline.org/AbstractView.aspx?PID=2020-13-7-57

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).