Efektivitas Obat Kumur Ekstrak Delima Merah dalam Menurunkan Koloni Bakteri di Rongga Mulut

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Kompas Lifestyle

Penyakit gigi dan mulut masih banyak ditemukan di Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menyatakan bahwa, total proporsi masalah gigi dan mulut adalah 57,6%; proporsi terbesar adalah gigi rusak/berlubang/sakit (45,3%), sedangkan masalah kesehatan mulut yang mayoritas dialami penduduk Indonesia adalah gusi bengkak dan/atau keluar bisul (abses) sebesar 14%. Jumlah penduduk yang mendapatkan pelayanan dari tenaga medis gigi hanya sebesar 10,2%, selain itu proporsi perilaku menyikat gigi dengan benar sebesar 2,8%. Prevalensi gigi karies atau berlubang pada anak dan dewasa juga cukup tinggi, termasuk prevalensi gigi berlubang pada anak usia dini bahkan masih sangat tinggi yaitu 93%, ini berarti hanya 7% anak Indonesia yang bebas dari karies gigi. Jumlah tersebut masih jauh dari target Badan Organisasi Dunia (WHO)  yang menginginkan 50% anak usia 5-6 tahun bebas dari karies gigi. Adapun rata-rata karies gigi pada anak usia 5-6 tahun sebanyak 8 gigi ataupun lebih.

Penyakit gigi dan mulut disebabkan karena adanya bakteri yang berkolonisasi di dalam rongga mulut membentuk lapisan biofilm/plak. Hal ini akan mengakibatkan berbagai macam penyakit dalam rongga mulut seperti karies, halitosis, gingivitis, angular cheilitis, dan lain-lain. Contoh bakteri dalam rongga mulut yaitu golongan Streptoccous (Streptococcus mutans, Streptococcus sanguis, Streptococcus salivarius), Lactobacillus sp, dan lain sebagainya. Bakteri utama penyebab karies gigi adalah Streptococcus mutans.

Cara menjaga kebersihan rongga mulut dari koloni bakteri dibagi menjadi 2, yaitu secara mekanis (menggunakan sikat gigi dan pasta gigi) dan kimiawi (menggunakan obat kumur). Obat kumur memiliki kelebihan dibandingkan dengan sikat gigi yaitu dapat menjangkau ke daerah yang sulit dijangkau oleh sikat gigi. Chlorhexidine merupakan salah satu obat kumur yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat, terbukti efektif mengurangi jumlah mikroorganisme plak sebanyak 80%. Namun, penggunakan jangka panjang chlorhexidine dapat memberikan efek samping berupa  perubahan warna pada gigi, memicu pembentukan karang gigi, terjadi reaksi alergi, juga terjadinya deskuamasi (pengelupasan) mukosa rongga mulut. Oleh karena itu dicari alternatif tanaman herbal yang dapat berperan sebagai obat kumur dengan efek samping yang minimal. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa buah delima merah (Punica granatum Linn) yang sudah banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia, dapat dimanfaatkan sebagai obat kumur alternatif pengganti obat kumur berbahan dasar kimia, karena memiliki sifat antibakteri.   

Penelitian ini menggunakan subyek sebagai sampel penelitian. Sejumlah 25 subyek penelitian, dengan kriteria laki-laki, usia 18-22 tahun, dalam kondisi sehat, tidak merokok, tidak menderita penyakit sistemik, tidak menggunakan gigi tiruan atau kawat orto, oral hygiene index nilainya sedang, tidak mengkonsumsi obat antibakteri; dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu : K1 (kontrol negatif), K2 (kontrol positif), K3 (treatment1), K4 (treatment 2), K5 (treatment 3). Penelitian dilakukan pada pagi hari. Sebelumnya, subyek diminta untuk menampung saliva di pot.  Berikutnya subyek diminta untuk berkumur, pada K1 berkumur dengan  aquades steril; K2 berkumur dengan chlorhexidine 0,2%; K3 berkumur dengan obat kumur yang mengandung ekstrak delima merah 0.02%; K4 berkumur dengan obat kumur yang mengandung ekstrak delima merah 0.2%; K5 (treatment 3), berkumur dengan obat kumur yang mengandung ekstrak delima merah 2%. Selanjutnya subyek diminta untuk menampung saliva pada pot yang berbeda. Saliva pada kedua pot dilakukan serial dilusi hingga 10-5 , selanjutnya saliva ditanam pada petridish menggunakan media Brain Heart Infusion Agar (BHIA). Setelah dilakukan obeservasi selama 24 jam, jumlah koloni bakteri dihitung dengan menggunakan colony counter.

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan SPSS 20, dengan uji ANOVA yang dilanjutkan dengan uji LSD. Untuk menghitung indeks efektivitas obat kumur, digunakan deGarmo formula. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan diantara seluruh kelompok penelitian, yang mana jumlah bakteri yang dapat diturunkan pada K1 adalah 6,6 x 105 CFu/ml; pada K2 adalah 194,2 x 105 CFu/ml; pada K3 adalah 29,4 x 105 CFu/ml; pada K4 adalah 48,6 x 105 CF/ml; dan pada K5 adalah 87,4 x 105 CF/ml.

Hasil penghitungan indeks efektivitas obat kumur, didapatkan obat kumur yang mengandung ekstrak delima merah 2% adalah yang paling efektif. Hasil riset ini menunjukkan bahwa obat kumur yang mengandung ekstrak delima merah 2% dapat digunakan sebagai salah satu alternative obat kumur herbal yang efektif membunuh bakteri rongga mulut, namun tidak memiliki efek samping seperti obat kumur dengan bahan dasar bahan kimia.

Penulis: Dr. Anis Irmawati, drg., MKes

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di: Sri Hernawati, Balqis Salsabila Setya Aldianah, Pujiana Endah, Anis Irmawati (2020). The Effectiveness of Red Pomegranate (Punica granatum Linn) Extract Mouthwash Against the Number of Oral Bacteria Colony. Malaysian Journal of Medicine and Health Sciences 16(Supp 4):2636-9346, July 2020.

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).