“Rotavirus” Penyebab Diare yang Mengancam Anak Indonesia

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Hello Sehat

Anak merupakan aset bagi masa depan bangsa, sehingga kesehatan anak harus jadi prioritas perhatian orang tua. Di Indonesia, penyakit yang paling popular menginfeksi anak-anak yaitu mencakup malaria, diare, dan gangguan saluran pernafasan. Sementara diare merupakan penyakit dengan angka kematian anak yang paling tinggi. Diare sendiri memiliki faktor penyebab yang amat beragam, ada yang dikarenakan bakteri dan juga virus.

Sayangnya laporan atau penelitian tentang penyakit diare di Indonesia belum banyak tersedia. Kebanyakan subjek risetnya baru terbatas pada bakteri diare, sedangkan yang meneliti virus diare terbilang sangat sedikit. Penelitian Elsa Fitriana di Provinsi Lampung mengungkap, sebagian besar penyebab sakit diare pada anak adalah virus yang bernama Rotavirus. “Melalui pemeriksaan PCR (polymerase chain reaction), ditemukan 74,3% kasus diare pada anak di Lampung disebabkan oleh Rotavirus, bukan bakteri. Hasil pemeriksaan dengan PCR ini lebih akurat dibandingkan Rapid Tes dengan persentasi 55,4%.” 

Rotavirus sendiri memang jenis virus yang popular di dunia sebagai penyebab diare pada anak dengan angka kematian tertinggi. Meski vaksin sudah ditemukan dan banyak digunakan, tapi sayangnya pengetahuan tentang ini belum massif di Indonesia. Beberapa Hal menarik juga terungkap dari penelitian tentang Rotavirus ini adalah jumlah kasus infeksi pada anak laki-laki ternyata lebih tinggi ketimbang pada anak perempuan. Selain itu, anak dengan usia kurang dari dua tahun juga memiliki angka infeksi paling tinggi dibandingkan dengan anak usia balita yang lain, yakni mencapai angka 60% dari total kasus. 

Hal ini kemungkinan berhubungan dengan sistem kekebalan pada tubuh anak-anak. Seperti kekebalan tubuh anak laki-laki dianggap lebih rendah dari anak perempuan.Usia saat pertama kali anak terinfeksi Rotavirus juga akan mempengaruhi kondisi klinis. Rerata, anak-anak akan berpotensi terinfeksi Rotavirus ini hingga lima kali dalam setahun. Namun, anak dengan infeksi yang berulang justru akan menghasilkan kekbalan yang lebih baik terhadap Rotavirus.

Pada dasarnya, penyakit yang disebabkan infeksi baik bakteri maupun virus tidak hanya bergantung dari faktor penyebab saja, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Namun, uniknya dalam kasus infeksi Rotavirus di Lampung justru tidak menunjukkan hubungan yang signifikan dengan status sosial-ekonomi keluarga pasien. Penelitian yang dilakukan Elsa Fitri Ana ini menunjukkan betapa tingginya kasus infeksi Rotavirus merupakan persoalan serius yang harus mendapatkan perhatian oleh semua pihak terkait. Terutama oleh para peneliti kesehatan di Indonesia yang sampai saat ini masih belum banyak mengambil Rotavirus tema risetnya. Peneliti sendiri berharap ke depan akan lebih banyak tersedia informasi yang bisa digali masyarakat akan Rotavirus baik dari tulisan ilmiah maupun non ilmiah.

Penulis: Elsa Fitri Ana, Rury Mega Wahyuni, Laura Navika Yamani, Zayyin Dinana, Devi Oktafiani, Ni Luh Ayu Megasari, Maria Inge Lusida, Juniastuti, Soetjipto

Link terkait tulisan di atas: Paediatria Croatica. Vol. 63; No. 3; 2019.  DOI : https://doi.org/10.13112/PC.2019.24https://hrcak.srce.hr/index.php?show=clanak&id_clanak_jezik=342371

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).