Analisis Suhu, Kelembaban, dan Kondisi Lingkungan Rumah Penderita Leptospirosis

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh SehatQ

Penyakit yang ditularkan melalui binatang (zoonosis)yang sering dilaporkan terjadi di Indonesia antara lainleptospirosis.Leptospirosisadalah penyakit yang disebabkan oleh infeksibakteri patogen yang disebut Leptospira danditularkan dari hewan kepada manusia. Leptospira bisa terdapat pada binatang peliharaan seperti kucing, anjing, sapi, babi, kerbau, maupun binatang liar seperti tikus, musang dan tupai. Di dalam tubuh hewan, Leptospira hidup di ginjal dan air kemihnya. Penularan leptospirosis dari manusia ke manusia sangat jarang terjadi. Penularan yang sering terjadi yaitu melalui hewan tikus.Penelitian ini memiliki tujuan menganalisis suhu, kelembaban dan kondisi lingkungan rumah penderita leptospirosis di wilayah kerja Puskesmas Banyuanyar Kabupaten Sampang. Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional dengan desain penelitian cross sectional. Populasi dalam penelitian ini yaitu penderita leptospirosis di wilayah Puskesmas Banyuanyar Kabupaten Sampang.  Cara pengambilan sampel menggunakan total populated sampling yaitu seluruh penderita leptospirosis.Pengukuran suhu dan kelembaban menggunakan alat yang disebut Thermohygrometer dan Stopwatch. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, dan pengukuran. Analisis data menggunakan analisis deskriptif.

Standar pengukuran suhu dan kelembaban didalam rumah yang memenuhi syarat menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1077 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyehatan Udara dalam Ruang Rumah adalah 18-300C. Bakteri Leptospira hidup tumbuh optimal pada suhu 20-250C. Penelitian Pratiwi di Jakarta selama tahun 2007-2011 menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara suhu rata-rata dengan kasus leptospirosis, jika suhu rata-rata rendah maka kasus leptospirosis tinggi. Standar pengukuran kelembaban didalam rumah adalah 40-60%. Sebanyak (85,7%) tingkat kelembaban rumah responden diatas 60%. Laju pertumbuhan bakteri, jamur atau mikroorganisme didalam ruangan akan semakin cepat apabila ruangan memiliki kelembaban diatas 60%, Selain itu, bakteri leptospirosis dapat dengan mudah tumbuh ditempat yang lembab.

Banjir dilingkungan penderita leptospirosis sebanyak (71,4%) sebelum mereka sakit. Hal ini berarti bahwa banjir melanda sebagian besar lingkungan rumah penderita leptospirosis. Daerah yang memiliki tingkat kerawanan banjir tinggi akan mempermudah bakteri Leptospira untuk masuk kedalam tubuh manusia dengan cara berenang di air banjir. Banjir menjadi media penyebaran bakteri Leptospira pada air yang terkontaminasi di sekitar rumah maupun sawah, sehingga bakteri dapat masuk ke tubuh manusia melalui luka.

Terdapat genangan air disekitar rumah penderita dengan presentase sebesar 85,7%. Hal ini berarti bahwa lingkungan rumah penderita leptospirosis di wilayah kerja Puskesmas Banyuanyar terdapat banyak genangan air.Bakteri Leptospirayang dapat berenang akan mempermudah bakteri Leptospirauntuk mengkontaminasi dan mengembangbiakkan diri pada genangan air yang berada disekitar rumah sampai ada hewan atau manusia yang lewat di genangan air tersebut. Adanya genangan air merupakan salah satu media penularan leptospirosis akibat ada- nya bakteri Leptospira melalui urin tikus untuk mencemari air dan tanah yang kemudian akan masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang luka.

Suhu dan  kelembaban didapatkan berkisar antara 320C, suhu tersebut bukan merupakan kondisi yang paling cocok atau optimal bagi perkembangan bakteri Leptospira, namun pada kisaran suhu tersebut bakteri tetap dapat hidup dengan virulensi yang berkurang. Tingkat kelembaban mayoritas tinggi, bakteri leptospirosis dapat dengan mudah tumbuh ditempat yang lembab.Kondisi lingkungan rumah terdapat keberadaan tikus, memiliki riwayat banjir, kondisi selokan meluap dan adanya genangan air. Sehingga akan mempermudah bakteri Leptospira untuk masuk kedalam tubuh manusia dengan cara berenang di air banjir melalui luka. Saran yang dapat disampaikan untuk mengurangi kelembaban dengan membuka jendela rumah secara rutin pada saat pagi dan siang hari agar sirkulasi didalam rumah lancar, rutin melakukan kebersihan lingkungan agar tidak banjir, menghindari genangan air dan tersumbatnya selokan, menggunakan tempat sampah dengan bahan yang kedap air dan tertutup, membuang sampah secara rutin, memasang perangkap atau obat tikus di tempat yang berpotensi adanya tikus.

Penulis: Dr. R. Azizah, SH., M.Kes

Link terkait tulisan diatas: ANALYSIS OF TEMPERATURE, HUMIDITY AND HOUSE ENVIRONMENTAL CONDITIONS OF LEPTOSPIROSIS PATIENTS IN WORK AREA OF BANYUANYAR COMMUNITY HEALTH CENTER SAMPANG REGENCY, EAST JAVA,INDONESIA

https://www.psychosocial.com/article/PR201090/11627/

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).