Faktor yang Berkontribusi Terhadap Penggunaan APD pada Pekerja Penambang Pasir

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh medcom.id

Perusahaan penambangan pasir adalah jenis perusahaan terbesar di antara perusahaan pertambangan industri dan konstruksi di Indonesia, yaitu sekitar 112.392 unit pada tahun 2015.Pengerukan pasir manual melibatkan penambangan pasir secara manual dari dasar sungai dan mengangkutnya ke truk untuk pengiriman ke lokasi konstruksi. Pekerjaan ini melibatkan pekerja yang menggunakan kapal lokal dan alat-alat tradisional untuk mendayung, menyelam di bawah air, pengerukan dan penanganan material manual, sehingga meningkatkan risiko gangguan terkait pekerjaanlingkungan, karena air sungai dan pasir, serta tidak tersedianya Alat Pelindung Diri (APD) mungkin meningkatkan risiko terpapar bahan berbahaya.

Faktor lain yang dapat menyebabkan peningkatan kecelakaan kerja adalah faktor manusia dan lingkungan. Faktor manusia menentukan persepsi masing-masing pekerja yang merasa tidak nyaman, yang tidak waspada, dan yang kurang pengetahuan. Faktor lingkungan terdiri dari kurangnya fasilitas yang tersedia, impuls sosial yang rendah seperti bagaimana mereka bertindak di sekitar rekan kerja mereka, dan perspektif pemilik tempat terhadap pengggunaan APD selama bekerja. Penggunaan APD adalah salah satu kontrol risiko untuk kecelakaan dan dapat mengurangi insiden kecelakaan di tempat kerja. Namun, fakta yang ditemukan di lokasi penambangan pasir dan kerikil menunjukkan bahwa frekuensi APD yang digunakan oleh pekerja masih rendah dan jumlah kecelakaan kerja masih tinggi.

Penggunaan APD juga diatur dalam UU, tetapi tidak diterapkan dengan baik oleh semua pekerja penambang pasir dan kerikil. Beberapa alasan yang menyebabkan APD digunakan secara tidak tepat adalah ketidaknyamanan APD yang digunakan di tempat kerja, rendahnya kesadaran pekerja, kurangnya pengawasan dari pembuat kebijakan lokal (pemilik tempat kerja), dan bahwa pekerja merasakan bahwa penggunaan APD memperlambat kecepatan kerja mereka. Studi ini  bertujuan untuk memahami faktor-faktor penentu perilaku, selain faktor predisposisi, faktor pendukung, dan faktor pendorong yang terlibat dalam perilaku penggunaan APD di kalangan pekerja penambang pasir dan kerikil.

Hasil studi ini menunjukkan bahwa keyakinan pekerja, pengetahuan pekerja dan ketersediaan APD berhubungan dengan perilaku pekerja dalam penggunaan APD. Sedangkan Sikap pekerja dan sikap pemilik tempat kerja terhadap penggunaan APD tidak berhubungan dengan perilaku pekerja dalam penggunaan APD. Para pekerja memiliki keyakinan bahwa penggunaan APD memperlambat pekerjaan mereka dan mengganggu proses kerja. Keyakinan ini menyebabkan penghindaran penggunaan APD. Kondisi ini didukung oleh tidak tersedianya fasilitas APD, kurangnya pengawasan dan perhatian dari pemilik tempat kerja, dan kurang dukungan dari pemilik terkait penggunaan APD. Sikap pekerja dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ketersediaan fasilitas APD, pengawasan pemilik, dan keyakinan pekerja tentang pentingnya penggunaan APD. Pemilik pasir dan pertambangan dalam penelitian ini menjelaskan bahwa mereka menyediakan APD untuk pekerja pasir dan pertambangan tetapi mereka tidak pernah mengawasi penggunaan APD.

Secara umum, pekerja tambang pasir dan kerikil memiliki sikap positif tetapi menunjukkan perilaku negatif. Hasil yang sama ditemukan oleh dalam penelitian lain yaitu ambivalensi sikap hadir sebagai faktor penengah dari sikap keselamatan dan keselamatan. Kondisi ambivalensi dapat mempengaruhi konflik dalam pengertian pekerja afektif dan penambangan pasir dan kerikil. Lokasi penambangan pasir skala kecil telah menyediakan lapangan kerja bagi banyak orang di sekitar lokasi di Indonesia. Sektor ini berperan dalam pemerintahan dan masyarakat dalam hal pembangunan. Namun, manfaatnya tidak disertai dengan masalah keamanan dalam hal lokasi situs. Peran pemerintah daerah mengenai kebijakan penggunaan APD dan peran pemilik dalam meningkatkan pengetahuan pekerja tentang penggunaan APD di lokasi penambangan dan pasir sangat penting dan perlu ditingkatkan. Studi lain menemukan bahwa perlu mendorong pengawasan untuk memastikan bahwa APD nyaman, dan untuk selalu memeriksa, memelihara, dan mengganti APD untuk meningkatkan praktik memakai APD dan juga menekankan pentingnya menegakkan karyawan untuk mematuhi penggunaan APD melalui tindakan disipliner, insentif, dan pendidikan.

Namun, penelitian ini memiliki keterbatasan yang harus dipertimbangkan dalam interpretasi. Kami menggunakan desain cross-sectional di mana penggunaan APD dinilai satu kali. Sebuah studi observasional di lokasi untuk jangka waktu yang lebih lama akan menjadi kekuatan tetapi ini membutuhkan lebih banyak sumber daya. Selain itu, ada kemungkinan melaporkan bias selama wawancara. Selain itu, temuan kami terbatas pada pasir dan penambangan di satu situs di Indonesia dan penerapan hasil ini ke situs lain di Indonesia atau industri lain mungkin tidak valid. Penelitian ini memberikan gambaran tentang pekerja penambangan pasir dan kerikil dalam penggunaan APD yang tidak banyak dipelajari, sehingga temuan penelitian ini harus menjadi informasi yang bermakna.

Penulis: Rr Dian Tristiana

Link terkait tulisan di atas: https://www.psychosocial.com/article/PR270893/19259/

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).