Potensi Rumput Laut Cokelat sebagai Antibakteri Terhadap Bakteri Patogen Vibrio Spp

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Republika

Budidaya perikanan  merupakan bentuk pemeliharaan dan penangkaran berbagai  macam  hewan  atau  tumbuhan  perairan,  yang  dimulai  dari  proses pemeliharaan untuk  meningkatkan  produksi,  seperti  penebaran  yang  teratur, pemberian  pakan,  perlindungan  terhadap  pemangsa  (predator)  pencegahan terhadap serangan penyakit  dan  pemanena. Dalam  budidaya  intensif  banyak  permasalahan  yang  timbul  seperti padatnya densitas populasi, rendahnya kualitas dan kuantitas  pemberian pakan serta kualitas air. Jenis penyakit yang diakibatkan oleh infeksi bakteri patogen adalah vibriosis (Vibrio spp.), red spot (Pseudomonas spp.), furunkulosis (Aeromonas salmonicida), MAS (Motil Aeromonas Septicemia) oleh Aeromonas hydrophila dan penyakit mulut merah (red-mouth disease) oleh Yersinia sp.

Ikan yang terjangkit penyakit – penyakit tersebut  dapat  mengakibatkan kerugian ekonomi yang sangat besar, yang tanpa penanganan dapat menyebabkan kematian massal organisme. Untuk mengatasi permasalahan ini, selain perbaikan kondisi budidaya, maka penggunaan antibiotik guna mengobati penyakit infeksi bakteri sangat dianjurkan. Rumput laut atau makroalga merupakan salah satu organisme laut yang berperan dalam siklus rantai makanan sebagai produser primer. Untuk mempertahankan  diri  dalam  habitatnya,  rumput  laut  memproduksi  berbagai senyawa  yang  terdiri  dari  senyawa  primer  yang  merupakan  senyawa  yang dihasilkan oleh makhluk hidup dan bersifat essensial  bagi  proses  metabolisme sel  seperti  fikokoloid, vitamin, asam lemak tak jenuh  (UFA)  dan  karbohidrat. Senyawa  sekunder  (metabolit  sekunder)  adalah  senyawa  metabolit yang  tidak esensial  bagi  pertumbuhan  organisme  dan  ditemukan  dalam  bentuk  yang  unik atau  berbeda-beda  antara  spesies  yang  satu  dan  lainnya.  Setiap  organisme biasanya menghasilkan  senyawa metabolit sekunder yang berbeda-beda  seperti terpenoid,  steroid,  kumarin,  flavonoid,  dan  alkaloid,  fungsi  metabolit sekunder adalah untuk mempertahankan diri dari kondisi  lingkungan  yang kurang menguntungkan. metabolit  sekunder  berperan sebagai  alat  pertahanan  inang  (host)  terhadap  patogen,  parasit, predator, kompetitor dan  epibiota  dan  produksinya  sangat  tergantung  pada  kondisi  biogeografi. Sifat metabolit sekunder sebagai alat pertahanan diri organisme laut ternyata mempunyai potensi yang sangat besar sebagai sumber bahan obat berbagai penyakit.

Salah satu upaya yang di lakukan adalah pemanfaatan dan penggunaan antibakteri secara alami dan informasi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia telah  menemukan  adanya  khasiat  dari  beberapa  alga  merah  yang berpotensi  sebagai  antibakteri  patogen,  khususnya  terhadap  bakteri  Vibrio  spp. Karagenan senyawa polisakarida yang dihasilkan dari beberapa jenis alga merah memiliki sifat  antimikroba, antiinflamasi, antipiretik,  antikoagulan  dan  aktivitas biologis lainnya

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret – Mei 2018. Pengambilan sampel rumput laut di perairan pantai Probolinggo, Jawa Timur.  Pencucian, pengeringan dan penghalusan rumput laut serta proses ekstraksi dan pengujian antibakteri dilakukan di Laboratorium Sentral Ilmu Hayati (LSIH) Universitas Brawijaya, Malang Penelitian dilakukan menggunakan metode eksperimental. Pengujian antibakteri mengikuti metode difusi agar. Itu Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada tiga jenis rumput laut coklat (Phaeophyceae), yaitu berpotensi sebagai anti bakteri terhadap Vibrio alginolticus dan Vibrio Harvey. Rosenvingea orientalis gagal menunjukkan kapasitas antibakteri

Penulis : Wahyu Isroni

Informasi lebih detail dari penelitian ini dapat ditemukan pada jurnal ilmiah pada link berikut ini: https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1755-1315/493/1/012014

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).