Pengembangan Metode Analisis untuk Sediaan Baru Obat Malaria

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh SehatQ

Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang mematikan di dunia yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang mengandung plasmodium. Berdasarkan data World Malaria Report tahun 2019 terdapat 228 juta penderita malaria yang tersebar di seluruh dunia. Sebagian besar infeksi malaria dilaporkan berasal dari Afrika, Asia Tenggara, dan Mediterania Timur. Di Indonesia, endemis malaria terkonsentrasi pada Indonesia bagian Timur seperti NTT, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat. Strategi global untuk pemberantasan malaria adalah kemampuan diagnosis dini serta pengobatan malaria yang tepat. Pengobatan malaria menggunakan obat tunggal sudah banyak ditinggalkan dikarenakan banyaknya kejadian resistensi obat malaria. Oleh karena itu, maka dilakukan pengembangan formulasi kombinasi obat malaria yang mampu menghantarkan obat pada target reseptor yang diinginkan. 

Primakuin merupakan obat antimalaria senyawa golongan 8-aminokuinolon yang berperan pada fase gametosida dan sporontosida darah. Sedangkan klorokuin merupakan golongan 4-aminokuinolon yang efektif bekerja pada fase skizontosida darah. Kedua obat tersebut dicoba dikembangkan dalam bentuk sediaan liposom. Liposom merupakan sistem penghantaran obat yang menggunakan konsep lipid bilayer. Kombinasi primakuin dan klorokuin dalam bentuk sediaan liposom diharapkan dapat meningkatkan efektifitas terapi pengobatan malaria melalui pengubahan profil farmakokinetika obat-obatan yang memiliki toksisitas tinggi dan bioavailabilitas rendah, serta dapat meningkatkan kepatuhan pasien ketika mengonsumsi obat. 

Untuk menunjang pengembangan formulasi sediaan kombinasi primakuin dan klorokuin serta untuk menjamin kualitas maka diperlukan pengembangan suatu metode analisis yang sesuai. Metode analisis ini diperlukan untuk menjamin bahwa sediaan yang dihasilkan benar-benar berkualitas salah satunya dengan memastikan bahwa kadar obat dalam sediaan liposom mampu melepaskan primakuin dan klorokuin sesuai dengan dosis yang diinginkan. Metode spektrofotometri UV-Vis dikembangkan untuk penetapan kadar primakuin dan klorokuin dalam sediaan liposom. Metode spektrofotometri UV-Vis dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa dalam sediaan liposom tidak terdapat banyak komponen matriks yang dapat mengganggu pembacaan absorban dari primakuin dan klorokuin. Selain itu, metode spektrofotometri UV-Vis relatif lebih murah dibandingkan dengan metode kromatografi sehingga diharapkan setiap industri farmasi di Indonesia nantinya akan dapat menggunakan metode Spektrofotometri UV-Vis dalam penetapan kadar sediaan liposom yang mengandung primakuin dan klorokuin. Parameter yang diamati dalam validasi metode Spektrofotometri UV-Vis diantaranya adalah selektifitas, linieritas, akurasi dan presisi. 

Analisis primakuin dan klorokuin dalam sediaan liposom dilakukan dengan menggunakan persamaan simultan pada panjang gelombang 220 dan 260 nm. Liposom digunakan sebagai blanko selama analisis. Hasil uji selektifitas menunjukkan bahwa spektra liposom yang digunakan sebagai matriks obat tidak memiliki absorban pada panjang gelombang terpilih sehingga tidak mengganggu pembacaan absorban larutan standar primakuin dan klorokuin. Uji linieritas dilakukan pada konsentrasi 2 hingga 8 µg/mL. Hasil uji linieritas menunjukkan adanya hubungan linier antara konsentrasi dengan absorban yang dihasilkan oleh pembacaan Spektrofotometer UV-Vis. 

Uji akurasi dan presisi dilakukan dengan menggunakan metode spiked-placebo. Hasil uji akurasi dinyatakan sebagai persen perolehan kembali, yang menunjukkan ketepatan konsentrasi yang dihasilkan terhadap hasil yang didapatkan. Untuk uji akurasi, standar primakuin dan klorokuin ditambahkan kedalam matriks liposom pada tiga rentang konsentrasi yang berbeda dan dilakukan replikasi sebanyak 3 kali. Uji presisi dinyatakan sebagai repeatability dan presisi antara. Uji presisi ini dilakukan untuk melihat kedekatan hasil analisis yang didapatkan dalam satu seri pengujian. Hasil repeatability menunjukkan besaran variasi yang terjadi dalam satu seri pengujian yang dilakukan pada hari yang sama. Sedangkan hasil presisi antara menggambarkan perbedaan hasil pengujian pada hari yang berbeda. Uji presisi antara ini dilakukan dalam waktu tiga hari. 

Penulis : Febri Annuryanti
Informasi detail riset ini dapat diakses pada artikel kami di: https://rjptonline.org/HTMLPaper.aspx?Journal=Research%20Journal%20of%20Pharmacy%20and%20Technology;PID=2020-13-3-43

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).