Perbandingan Modern Dressing dan Classic Dressing

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh MD Magazine

Di Indonesia, insiden luka cukup tinggi seiring dengan meningkatnya insiden kecelakaan lalu lintas dalam beberapa dekade terakhir. Perawatan luka juga telah mengalami perkembangan yang sangat pesat setelah diketahuinya konsep TIME (Tissue, Infection, Moisture, dan wound Edge)pada modern dressing. Namun belum diketahui perbedaan modern wound dressing ditinjau dari segi kenyamanan, biaya (cost effectiveness) dan penyembuhan luka dibandingkan dengan classical dressing. Dengan penelitian ini diharapkan dapat mengetahui perbedaan modern wound dressing dan classical wound dressing dari segi biaya (cost) baik direct cost maupun indirect cost, kenyamanan pasien dan penyembuhan luka sehingga dapat memberikan pertimbangan bagi tenaga medis untuk memberikan pelayanan terbaik khususnya dalam hal perawatan pasien dengan luka

Penelitian ini adalah penelitian observasional murni dengan rancangan studi prospektif. Sebanyak 25 subyek penelitian diikutsertakan dengan Teknik consecutive sampling untuk mengevaluasi perkembangan luka ditinjau dari segi kenyamanan pasien, cost effectiveness dan penyembuhan luka yang dirawat dengan modern dan classical dressing. Kenyamanan pasien dinilai dengan frekuensi perawatan luka dilakukan dan skala nyeri dengan menggunakan visual analogue scale (VAS). Cost effectiveness dinilai secara indirect berdasarkan length of stay (LOS) setiap pasien dan secara direct berdasarkan biaya langsung terkait bahan-bahan yang diperlukan untuk perawatan luka serta obat-obatan yang digunakan untuk mengatasi infeksi dan meredakan nyeri. Penyembuhan luka dinilai dengan menggunakan skor Bates-Jensen wound assessment tool (BWAT). Data dianalisa dengan menggunakan uji komparasi berupa independent T-test dan Mann-Whitney test.

Dari segi kenyamanan pasien, termasuk di dalamnya frekuensi perawatan luka dan skala nyeri yang dirasakan pasien saat perawatan luka, modern dressing memiliki keunggulan dibandingkan dengan classic dressing. Jumlah perawatan luka yang dilakukan pada pasien dengan menggunakan classic dressing lebih sering dilakukan dibandingkan dengan perawatan luka dengan menggunakan classic dressing. Selain itu, skala nyeri yang dialami pasien yang dirawat luka dengan modern dressing dan classic dressing juga berbeda, di mana pada pasien yang menggunakan modern dressing cenderung lebih tidak nyeri dibandingkan dengan yang menggunakan classic dressing. Semakin sering perawatan luka dilakukan, semakin besar kemungkinan pasien merasa tidak nyaman, terlebih lagi tindakan ini menimbulkan rasa nyeri.

Tidak dapat dipungkiri bahwa nyeri dapat mempengaruhi prosedur perawatan luka, dan nyeri yang tidak teratasi dengan baik dapat berdampak negatif pada penyembuhan luka dan kualitas hidup pasien. Pemilihan jenis dressing yang tidak lengket dengan dasar luka dan dapat dengan mudah dilepaskan, akan sangat membantu dalam mengurangi rasa nyeri pasien. Berbeda dengan kassa yang kemungkinan besar dapat menyebabkan rasa nyeri karena cenderung lebih lengket dengan dasar luka, sementara Siltec merupakan jenis dressing silikon yang lebih mudah dilepaskan saat mengganti dressing

Dari segi cost effectiveness, khususnya yang berhubungan dengan indirect cost, dapat dilihat dari durasi luka dinyatakan baik dan siap dilakukan soft tissue coverage (Length of Stay/LOS). Dalam penelitian ini didapatkan indirect cost penggunaan classic dressing kurang lebih sama dibandingkan dengan perawatan luka pada pasien dengan menggunakan modern dressing, begitu pula dengan direct cost-nya. Dengan kata lain, cost yang dikeluarkan untuk penggunaan kedua jenis dressing tersebut untuk perawatan luka tidak jauh berbeda. Menurut Hutchinson (1990), penggunaan kassa untuk perawatan luka memang lebih murah, namun durasinya untuk pergantian dressing selanjutnya terlalu singkat dan beresiko meningkatkan terjadinya infeksi pada luka. 

Ditinjau dari segi penyembuhan luka, skor BWAT dapat memberikan kita gambaran mengenai kondisi luka setiap pasien saat pertama kali dirawat hingga akhir luka dinyatakan baik dan siap dilakukan soft tissue coverage. Dengan membandingkan skor BWAT akhir dan rerata skor BWAT pada luka yang dirawat dengan menggunakan modern dressing dan classic dressing, didapatkan skor yang berbeda, di mana skor BWAT akhir dan reratanya menunjukkan penyembuhan yang lebih baik dan signifikan pada luka yang dirawat dengan menggunakan modern dressing.

Cutimed Sorbact digunakan sebagai primary wound dressing karena bahannya efektif untuk mengikat bakteri dan mikroorganisme lain dari luka yang terkontaminasi, yakni dari dressing yang dilapisi dialkyl carbomyl chloride. Menurut Cutting dan Mcguire (2015), bahan aktif tersebut memiliki sifat hidrofobik kuat untuk mengikat mikroorganisme yang memiliki cell surface hydrophobicity (CSH)  secara cepat dan efektif, misalnya bakteri gram positif seperti S.aureus, Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA), Streptococci, atau bakteri gram negatif seperti E.coli dan P.aeruginosa, serta jenis jamur seperti C.albicans  Sebagai dressing sekunder, Cutimed Siltec bersifat absorben dari silikon yang sangat bermanfaat untuk menyerap eksudat berlebih pada luka. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rook dkk (2019) yang menyatakan bahwa dressing dari silikon(salah satu jenis bahan modern dressing) memiliki kemampuan untuk mengurangi eksudat, menyediakan lingkungan luka yang lembab untuk penyembuhan lebih optimal, menjaga jaringan sekitar luka tetap sehat dan terhindar dari maserasi, dan meminimalkan rasa sakit.

Berdasarkan penelitian ini, dapat kita simpulkan bahwa modern dressing memiliki cost effectiveness yang sama dengan classic dressing, namun lebih unggul dari segi kenyamanan pasien dan penyembuhan luka.

Penulis: Dr. Ferdiansyah Mahyudin, dr., Sp.OT(K)
Dep. Orthopaedi dan Traumatologi, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Judul Jurnal: Modern and Classic Wound Dressing Comparison in Wound Healing, Comfort and Cost. Authors: Ferdiansyah Mahyudin, Mouli Edward, M. Hardian Basuki, Yunus Basrewan, Ansari Rahman. Dipublikasikan di: Jurnal NERS. 2020;15(1)
Link: https://e-journal.unair.ac.id/JNERS/article/view/16597

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).