Tembaga adalah elemen penting bagi organisme akuatik karena diperlukan dalam berbagai proses biologis. Misalnya, respirasi sel dan pertahanan terhadap radikal bebas (oksidan).
Kekurangan tembaga dapat membuat ikan menjadi tidak sehat. Di sisi lain, jika konsentrasi tembaga di lingkungan tinggi akibat adanya pencemaran, ikan yang berada di sekitar bisa mengalami keracunan atau lingkungan menjadi beracun.
Bagi ikan, tembaga seperti halnya sebuah pisau bermata dua. Jika kekurangan tembaga ikan menjadi tidak sehat. Kelebihan tembaga pun ikan tidak sehat dan bahkan bisa mati. Karena itu, ikan harus mampu menjaga keseimbangan kadar tembaga dalam tubuhnya agar tidak kekurangan dan tidak kelebihan.
Ikan mengambil tembaga dari lingkungannya melalui insang. Untuk mengetahui apakah tembaga sudah mengganggu proses biologis ikan, maka tidak perlu meneliti seluruh organ ikan. Namun, jawaban itu bisa ditemukan dengan cukup meneliti apa yang terjadi pada insang ikan.
Dari hasil penelitian, insang yang tercemar dan mengakumulasi tembaga menyebabkan meningkatnya radikal bebas pada insang. Meski demikian, ternyata ikan mampu melawan radikal bebas tersebut dengan memobilasasi antioksidan yang terdapat di dalam tubuhnya. Akibatnya, ikan masih mampu bertahan hidup pada kadar tembaga dalam lingkungan sampai 10 mg/L. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme antioksidan tersebut bekerja melawan radikal bebas (oksidan) dapat dibaca pada penelitian berikut.
Judul: The Change of Metallothionein and Oxidative Response in Gills of the Oreochromis niloticus after Exposure to Copper
Penulis: Faridlotul Ma’rifah, Miftahul Rohmah Saputri, Agoes Soegianto*, Bambang Irawan and Trisnadi Widyaleksono Catur Putranto.
*dapat dihubungi melalui: agoes_soegianto@fst.unair.ac.id
Website: https://www.mdpi.com/2076-2615/9/6/353
Paper tersebut terbit di jurnal Animals yang memiliki impact factor: 1.832 (2018, Clarivate Analytics), dan Q1 (Scimagojr/Scopus 2018).
