Masyarakat Lamongan Olah Tanaman Herbal Menjadi Obat Kumur dan Teh

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Nur Hidayah S.Si., Apt saat melangsungkan FGD dengan Dinas Kesehatan se-Jatim. (Foto : Khefti Al Mawalia)

UNAIR NEWS – Guna mempercepat hilirisasi tanaman obat tradisional, Fakultas Farmasi (FF) Universitas Airlangga (UNAIR) melakukan pendampingan untuk ibu rumah tangga dan industri kecil menengah Kabupaten Lamongan dalam mengolah tanaman obat sebagai bentuk produk yang memiliki nilai jual. Hal itu bertujuan untuk meningkat perekonomian masyarakat dan mengimplementasikan hasil riset di Perguruan Tinggi melalui program pengabdian masyarakat.

Maka dari itu, FF UNAIR menggelar adanya temu praktisi usaha kecil, menengah obat tradisional di Kabupaten Lamongan yang terletak di desa Candisari dan Canditunggal Lamongan, dan kemudian bertemu dengan Dinas Kesehatan Gersik, Lamongan, Surabaya, Sidoarjo Jawa Timur, Bappeda Lamongan serta BPOM Surabaya. Acara itu diselenggarakan pada Sabtu, 13/07) di Aula Lantai 1, Fakultas Farmasi Kampus C UNAIR.

Dalam sambutannya Dr. Idha Kusumawati, S.Si., Apt., M.Si selaku ketua panitia mengharapkan adanya forum ini dapat membantu memperlancar izin dari BPOM serta menghasilkan persepsi yang sama dalam melakukan pendaftaran produk bahan olahan daun katuk dan daun serai sebagai pangan atau obat tradisional. Mengingat produk unggulan Kabupaten Lamongan saat ini adalah daun katuk dan daun serai.

Daun katuk banyak tumbuh dan diproduksi oleh masyarakat Canditunggal sebagai bahan obat tradisional yang kemudian diolah menjadi produk teh. Sedangkan daun serai banyak ditemui di desa Candisari yang diolah menjadi minyak dan dapat dimanfaatkan sebagai obat kumur.

“Setelah forum ini selesai kami akan terjun lagi ke desa untuk melakukan pendampingan produk tersebut. Mulai dari pengolahan, pendaftaran BPOM hingga kemasan,” ungkapnya.

Selain itu, Sofia Nur Hayati, Sp., M.Si selaku Sekretaris Bappeda Lamongan mengungkapkan adanya inisiatif dan program pendampingan dari UNAIR mendapat respon baik dari masyarakat menyangkut munculnya potensi agrobisnis tanaman obat yang selama ini ditekuni. Harapannya dengan adaya kerjasama ini dapat menggalakkan kompetensi antar desa untuk bisa menjadi lebih baik lagi.

“Paling tidak masyarakat nantinya paham bahwa masing-masing desa mempunyai keunikan dan budidaya tanmana obat masing-masing,” tandasnya.

Lanjut Sofi, adanya tanaman obat di pekarangan akan mempermudah keterjangkauan kebutuhan masyarakat menjadi terpenuhi. Perlu diketahui tanaman obat seperti daun serai dapat dimanfaatkan untuk mencegah terjangkitnya penyakit demam berdarah dan daun katuk dapat dimanfaatkan untuk menangani permasalahan stunting yang seringkali terjadi di masyarakat.

“jika produk ini sudah dikenal dan dipasarkan, kedepannya kami akan menyediakan lahan khusus untuk tanaman obat di masyarakat,” tambahnya.

Sementara itu, Nur Hidayah S.Si., Apt selaku Staff Sertifikasi BPOM Surabaya mengharapkan adanya kerjasama untuk mengawal pengawasan post market. Produk-produk yang akan didaftarkan diharpkan mempunyai kehiginisan yang mumpuni sesuai standart yang berlaku. Hal itu bertujuan untuk melindungi masyarakat makanan dan minuman yang sudah diedarkan. Fakta mengungkapkan bahwa kehiginisan yg selama ini terjadi di lapangan masih kurang.

“Jika produk tidak bersih maka BPOM akan memperketat dalam sarana dan prasarana,” ujarnya. (*)

Penulis : Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).