Formulasi dan Evaluasi Stabilitas Gel Getah Batang Pisang Ambon sebagai Kandidat Obat Topikal Penyembuhan Luka Rongga Mulut

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto by IDN Times

Penyembuhan luka adalah suatu mekanisme mempertahankan kelangsungan hidup dengan cara memperbaiki kerusakan sel atau jaringan. Penyembuhan luka terdiri dari serangkaian proses biologis yang kompleks, melibatkan sel dan jaringan sekitar yang didukung oleh sitokin inflamasi dan anti inflamasi. Rongga mulut adalah lingkungan yang luar biasa di mana penyembuhan luka terjadi dalam cairan mulut hangat yang mengandung jutaan mikroorganisme. Penggunaan obat topikal atau oral digunakan untuk melokalisir luka, menghilangkan rasa sakit, mencegah kontaminasi dan meningkatkan penyembuhan.

Pemberian obat secara topikal adalah pemberian obat secara lokal dengan cara mengoleskan obat pada permukaan kulit atau mukosa. Obat yang biasa digunakan untuk pemberian obat topikal pada kulit adalah obat yang berbentuk krim, lotion, atau salep, sedangkan luka pada mukosa rongga mulut pada umumnya dalam bentuk gel. Keberhasilan pengobatan topikal tergantung pada umur, pemilihan agen topikal yang tepat, lokasi dan luas tubuh yang terkena atau yang sakit, stadium penyakit, konsentrasi bahan aktif dalam vehikulum, metode aplikasi, penentuan lama pemakaian obat, penetrasi obat topikal pada kulit/ mukosa. Pemberian topikal dapat dipertimbangkan pada penderita yang mengalami gangguan pada saluran cerna, kontraindikasi, atau kesulitan menelan.

Getah batang pohon pisang ambon (GEGPA) lektin, asam palmitat, leucocyanidin, quercetin, 3-Ogalactoside, 3-O-glucoside, dan 3-O-rhamnosyl glucoside mempunyai khasiat sebagai analgesik, antiinflamasi, antibakteri, antioksidan, dan meningkatkan proliferasi fibroblas melalui induksi faktor pertumbuhan seperti PDGF-BB dan TGF-β1. Penggunaan GEGPA pada kultur sel fibroblas menunjukkan relatif tidak toksik hingga konsentrasi 100%. Peningkatan kolagen pada daerah luka yang diberi gel getah batang pisang ambon dapat disebabkan karena penurunan ekspresi MMP-2 dan MMP-9, serta aktivitas antioksidan dari senyawa aktif di dalamnya. Konsistensi gel sangat mempengaruhi kemudahan dalam aplikasi ke daerah luka dalam mulut. Penggunaan gelling agent seperti hydroxypropylmetylcellulose (HPMC) pada sediaan getah batang pisang ambon terbukti tidak mengganggu proses penyembuhan luka bekas pencabutan (soket).

Setiap obat harus memiliki stabilitas yang baik, oleh karena itu harus diperhatikan dalam sediaan farmasi. Hal tersebut penting mengingat sediaan obat pada umumnya dibuat dalam jumlah besar dan memerlukan penyimpanan dalam jangka waktu yang lama. Suatu obat jika disimpan dalam jangka waktu lama dapat mengalami penguraian dan mengakibatkan efek yang diterima oleh pasien berkurang. Penelitian ini bertujuan untuk medapatkan formulasi sedian gel yang sesuai, sehingga terjaga stabilitasnya, viskositas, luas penyebaran, dan pelepasan kandungan senyawa aktif dalam getah batang pisang ambon sebagai kandidat obat, jika disimpan dalam jangka waktu yang lama, serta penggunaannya pada luka di rongga mulut setelah pencabutan gigi.

Batang pisang ambon dibersihkan dan dilakukan proses maserasi dengan etanol 96% sebanyak dua liter sehingga diperoleh ekstrak kental. Formulasi gel getah batang pisang ambon GEGPA sesuai komposisi dan ditimbang masing-masing bahan yang diperlukan. Sediaan gel terus dilakukan pengujian stabilitas, pH, viskositas, homogenitas, daya perlekatan, daya sebar, daya difusi dan permeasi, serta pengujian penyembuhan luka soket gigi terhadap jumlah sel fibroblas. Data ditabulasi dan diuji menggunakan software statistik GraphPad Prism-8 pada signifikansi 95%. Data difusi dan permeasi gel dianalisa secara regresi.

Hasil pengujian pada ke empat formulasi menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol terbentuk gel berwarna bening, homogen, bau khas basis gel, pH 6,8 dan viskositas kental. Pada ketiga kelompok formulasi GEGPA, tidak tampak adanya perbedaan antar sampel gel secara organoleptik. Gel berwarna bening kecoklatan, homogen, bau khas pisang, dan viskositas kental. Terdapat penurunan pH sebesar 0,1 pada kelompok F1 dan F2, tetapi stabil pada F3 dibandingkan kontrol. Terjadi penurunan viskositas pada masing – masing formula, seiring meningkatnya volume propilen glikol yang digunakan. Pengujian perlekatan gel ditujukkan untuk mengetahui kemampuan gel melekat pada mukosa mulut. Uji daya lekat gel dievaluasi dengan melihat lamanya waktu perlekatan objek glass. Formulasi GEGPA dapat mempengaruhi lama perlekatan. Pemeriksaan gel terhadap kemampuan daya menyebar dimaksudkan untuk mengetahui penyebaran gel di mukosa rongga mulut. Daya sebar GEGPA pada kelompok F3 lebih luas dibandingkan kelompok lainnya. Kemampuan difusi dan permeasi GEGPA pada membran menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara bahan aktif dan basis gel dari semua formula. Tampak peningkatan jumlah fibroblas pada penyembuhan soket hari ke 3 dan 5 pada kelompok yang diberi GEGPA pada F1, F2 dan F3 dibandingkan kontrol secara signifikan. Jumlah sel fibroblas pada kelompok kontrol tampak lebih sedikit dibandingkan kelompok yang diberi GEGPA.

Formulasi gel ekstrak getah batang pisang ambon (GEGPA) dengan HPMC dan propilen glikol mendapatkan sedian gel yang stabil secara organoleptik, dan memenuhi standar gel topikal untuk luka di rongga mulut. Kemampuan berdifusi GEGPA hingga hampir 100% dalam waktu 8 jam, dan dapat digunakan untuk penyembuhan luka rongga mulut.

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://www.thieme-connect.com/products/ejournals/html/10.1055/s-0041-1740226

Hendrik Setia Budi , Silvia Anitasari, Ninik Mas Ulfa, Wisnu Setyari Juliastuti, Mohammed Aljunaid, Doaa Elsayed Ramadan, Koko Muzari, Yung-Kang Shen. Topical Medicine Potency of Musa paradisiaca var. sapientum (L.) kuntze as Oral Gel for Wound Healing: An In Vitro, In Vivo Study. Eur J Dent. 2022;10.1055/s-0041-1740226. doi:10.1055/s-0041-1740226

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp