Gambaran Umum Perawatan Diri Pasien Penyakit Ginjal Kronis Berdasarkan Perspektif Keluarga

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi by Hermina Hospital

Keterbatasan fisik dan psikis dapat menjadi gangguan bagi pasien PGK yang menjalani hemodialisa dalam melakukan perawatan diri secara mandiri. Pasien PGK yang menjalani hemodialisis membutuhkan keterampilan dalam perawatan diri. Saat ini, kemampuan perawatan diri pasien menjadi perhatian global seiring dengan peningkatan kejadian penyakit kronis, peningkatan biaya pengobatan dan jumlah tenaga pendidik yang tidak mencukupi, yang merupakan alasan penting perawatan diri dalam meningkatkan kualitas hidup. pasien, keluarga dan masyarakat. Kemampuan pasien PGK untuk melakukan perawatan diri tidak dapat dijelaskan. Prevalensi penderita PGK cenderung terus meningkat. Menurut studi Global Burden of Disease, CKD menyumbang 956.200 kematian di seluruh dunia, meningkat 134% dari 1990. Indonesia merupakan negara dengan angka penderita CKD yang tinggi; Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) memperkirakan terdapat 70.000 penderita PGK di Indonesia. Jumlah ini akan terus meningkat sekitar 10% setiap tahun. Menurut data Riskesdas tahun 2018, prevalensi PGK di Indonesia sebesar 0,38% dari total diagnosis dan proporsi hemodialisis sebesar 19,33% dari diagnosis. Prevalensi ESRD terus meningkat dan pasien dengan ESRD memiliki kebutuhan yang unik dan tidak terpenuhi untuk perawatan paliatif. Namun, kemampuan pengasuh keluarga untuk memberikan perawatan terpengaruh secara negatif. Faktor negatif perawatan paliatif dilihat dari perspektif keluarga yaitu beban pengasuh keluarga dan kemandirian pengasuh keluarga dalam memberikan bantuan perawatan secara mandiri (family self care).

Pengasuh keluarga dalam perawatan paliatif pasien sering mengalami tanggung jawab fisik, emosional dan keuangan yang sangat besar terkait dengan pemberian perawatan. Beban pengasuh meningkat dari waktu ke waktu secara nonlinier dari awal diagnosis sampai kematian pasien. Beban keluarga saat merawat pasien PGK yang menjalani hemodialisis termasuk dalam kategori tanpa beban atau beban ringan sebanyak 55 keluarga (57,9%). Ada beban yang dirasakan oleh 40 keluarga (42,1%). Asuhan yang diberikan oleh pengasuhan keluarga pemberi diperlukan dalam semua domain kualitas hidup (fisik, psikologis, sosial, spiritual). Tingginya beban penyakit yang dialami pasien secara fisik dan psikis serta tingginya beban perawatan yang dialami oleh keluarga menjadikan penting bagi kemampuan pasien untuk melakukan perawatan diri. Pendekatan perawatan diri yang dilakukan dalam perawatan paliatif berkaitan dengan tiga perilaku yaitu pemeliharaan, manajemen dan kepercayaan diri yang akan mempengaruhi kemampuan perawatan diri pasien dan keluarganya dalam merawat pasien penyakit ginjal kronis dengan hemodialisis. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perawatan diri pasien penyakit ginjal kronik berdasarkan perspektif keluarga.

Kemampuan pasien PGK untuk melakukan perawatan diri selama di rumah menunjukkan ketergantungan yang rendah. Pasien masih dapat melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri. Beberapa pasien CKD memiliki perawatan diri yang lebih besar daripada domain perawatan diri lainnya. Sebagian besar pasien di Indonesia memiliki struktur keluarga besar yang dapat memberikan lebih banyak dukungan emosional, penghargaan dan informasi, yang akan meningkatkan kemandirian dan kepercayaan pasien dalam merawat dirinya sendiri. Peran keluarga sangat besar dalam merawat pasien PGK di rumah. Keluarga menjadi support system pasien, baik dalam manajemen perawatan, pengambilan keputusan terkait perawatan pasien, maupun perubahan gaya hidup pasien.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri pasien hemodialisa adalah usia, tingkat pendidikan dan pendapatan keluarga. Tingkat pendidikan dan pendapatan keluarga merupakan faktor yang paling kuat berhubungan dengan kemampuan perawatan diri dalam mengelola diet gizi pada pasien yang menjalani hemodialisis. Hal ini dikarenakan nutrisi berkaitan erat dengan kemampuan finansial pasien dan pengetahuan pasien tentang nutrisi yang baik untuk pasien dengan terapi hemodialisis. Sebagian besar pasien hemodialisis membutuhkan dukungan penuh dalam perawatan diri. Pasien dengan penyakit kronis, seperti PGK, akan sangat bergantung pada keluarga atau pengasuh untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pasien yang sangat tergantung akan membutuhkan keluarga atau pengasuh selama masa pengobatan, baik di rumah maupun di rumah sakit. Peran keluarga/pengasuh dalam bentuk memberikan dukungan, mempengaruhi pengambilan keputusan pasien, refleksi terbimbing dari apa yang pasien alami, faktor kontekstual yang hadir pada saat gejala, dan memfasilitasi diskusi tentang perubahan tindakan di masa depan.

Berdasarkan nilai rerata, pasien PGK yang menjalani terapi hemodialisis memiliki domain kepercayaan diri yang lebih tinggi dibandingkan dua domain perawatan diri lainnya. Kepercayaan diri perawatan diri merupakan mediator untuk mencapai pemeliharaan diri dan manajemen diri. Kepercayaan diri perawatan diri adalah kemampuan seseorang untuk melakukan tugas perawatan diri. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa kepercayaan perawatan diri adalah kunci keberhasilan perawatan diri pada penyakit kronis. Kepercayaan diri perawatan diri merupakan penentu utama perawatan diri pada pasien. Oleh karena itu, dokter dan tenaga kesehatan lainnya harus menggunakan strategi untuk meningkatkan kepercayaan diri pasien14. Nilai rata-rata terendah ditemukan pada domain perawatan diri manajemen diri. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang menunjukkan bahwa dari ketiga domain perawatan diri, domain manajemen diri memiliki persentase paling rendah. Manajemen diri merupakan komponen penting dari keberhasilan manajemen penyakit kronis rawat jalan.

Manajemen diri merupakan konsep penting dalam pengendalian penyakit, menekankan pedoman kesehatan yang mengarahkan pasien untuk fokus pada masalah mereka sendiri. Pasien dengan self care management yang tinggi akan dengan mudah mengambil keputusan yang akan diambil selama masa pengobatan. Sebaliknya, pasien dengan manajemen diri yang rendah akan membutuhkan peran keluarga atau pengasuh untuk menemani mereka. Peran caregiver tidak hanya terfokus pada membantu perawatan diri pasien, tetapi juga terkait dengan manajemen perawatan pasien di rumah12. Manajemen perawatan diri sangat erat kaitannya dengan kontribusi pengasuh atau keluarga yang cenderung mandiri dalam merawatnya. Peran dan dukungan keluarga antara lain mengawal pasien hemodialisa untuk melakukan manajemen perawatan diri meliputi pemantauan diet, manajemen stres, makanan yang aman, olahraga, kebiasaan baik, perawatan shunt, diet terapeutik dan pengamatan instruksi perawatan. Manajemen diri juga merupakan prasyarat bagi manusia untuk memberikan perawatan kesehatan bagi pasien dengan penyakit kronis16. Sebagian besar pasien hemodialisis memiliki perawatan diri yang tinggi. Hal ini bertentangan dengan penelitian sebelumnya. Penelitian sebelumnya menyampaikan self-maintenance memadai terbesar dibandingkan domain lain.

Penulis: Virgianti Nur Faridah, Nursalam Nursalam, Ninuk Dian Kurniawati, Trijati Puspita Lestari, Nurul Hikmatul Qowi, Arifal Aris

Link Journal:

http://www.jidmr.com/journal/wp-content/uploads/2021/12/60-M-13.-2354_Virgianti-Pipid-Puspita.pdf

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp