Serat Selulosa dari Sabut Kelapa sebagai Bahan filler Komposit di Bidang Kedokteran Gigi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto by Kompas com

Teknologi fiber-reinforced composite saat ini sedang dikembangkan sebagai solusi yang inovatif. Penggunaan serat dalam aplikasi restorasi di bidang kedokteran gigi menjadi suatu pilihan yang efektif. Serat yang digunakan pada komposit saat ini merupakan serat sintetis. Kelemahan serat tersebut berpotensi menjadi toksik, non biodegradable, proses produksinya bergantung pada bahan bakar fosil, pembentukan komposit lebih lama dan mudah rusak pada tekanan tinggi. Biaya yang dibutuhkan sangat besar untuk proses produksinya. Menipisnya sumber fosil merupakan masalah kritis bagi resin komposit serat saat ini. Karena itulah potensi serat alam banyak dieksplorasi untuk menggantikan serat sintetis.

Serat sabut kelapa yang dikenal dengan nama latinnya Cocos nucifera L.(coir) saat ini sudah dimanfaatkan dan berkembang sebagai bahan baku produk komposit di bidang industri. Sabut kelapa merupakan hasil samping dan bagian terbesar dari buah kelapa. Sabut kelapa sangat melimpah dan memiliki efek farmakologis yang penting dengan toksisitas rendah. Karakteristik unggulan serat sabut kelapa adalah modulus elastisitasnya cukup rendah dan daya mulurnyasangat tinggi dibandingkan dengan serat alam yang lain. Sifat seratnya tidak kaku, sangat lentur, dan paling ulet. Struktur permukaan seratnya berongga menyerupai busa/sponge. Keunggulan lainnya adalah kuat, ringan, tahan panas, tahan air garam, tahan cuaca, murah, dan mudah didapat. Melihat karakteristik, sifat dan strukturnya serat sabut kelapa bisa memenuhi sebagai salah satu syarat bahan absorbing layer pada basisrestorasi di bidang kedokteran gigi. Tetapi teknis pemrosesan serat adalah faktor yang paling penting untuk menentukan struktur dan sifat dari serat yang akan digunakan.

Metode pemrosesan serat sabut kelapa untuk mendapatkan serat selulosa dengan mencoba tehnik tekanan hydrothermal, bleaching dilanjutkan dengan sintesis serat selulosa menggunakan larutan ethanol untuk mendapatkan bentukan serat. Morfologi serat dari  hasil SEM menunjukkan bahwa serat selulosa tersebut tampak berupa serat pendek dengan permukaan yang kasar dan berpori didalamnya (hollow tube). Selulosa berbasis sabut kelapa ini juga memiliki daya hambat bakteri S.mutans. Berdasarkan hasil percobaan metode pemrosesan serat tersebut, dapat disarankan bahwa sabut kelapa dapat digunakan sebagai bahan filler alternatif pada komposit yang menjanjikan dibidang kedokteran gigi.

Penulis: Prof. Dr. Adioro Soetojo, drg., Sp.KG., M.S.

Link jurnal: file:///C:/Users/User/Downloads/13-D21_1651_Dian_Agustin_Indonesia-3-Adioro.-Cellulose%20(2)%20(1).pdf

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp