Faktor Risiko Kejadian Stevens Johnson Syndrome dan Toxic Epidermal Necrolysis

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto by Halodoc

Stevens Johnson Syndrome (SJS) dan Toxic Epidermal Necrolysis (TEN) adalah reaksi hipersensitivitas berat yang ditandai dengan adanya bula di kulit dan erosi membran mukosa. Kedua kondisi tersebut diklasifikasikan sebagai penyakit yang sama namun dibedakan berdasarkan luasnya kerusakan epidermal (30% untuk TEN). Etiologinya tidak jelas tetapi faktor utamanya adalah reaksi terhadap obat-obatan seperti antikonvulsan, alopurinol, antibiotik, & NSAID. Berdasarkan data dari UK-based Clinical Practice Research Datalink, dari 551 kasus SJS/TEN yang tervalidasi dalam periode 1995–2013, didapatkan angka kejadian SJS/TEN sebesar 5,76 kasus per 1.000.000 orang per tahun dengan kasus terbanyak didapatkan pada pasien usia 1– 10 tahun dan ≥80 tahun. Penelitian lain menunjukkan angka kejadian SJS sebesar 5 kasus per 1.000.000 orang per tahun dan TEN sebesar 2 kasus per 1.000.000 orang per tahun. Studi serupa di Indonesia melaporkan ada 35 kasus SJS dan 3 kasus TEN di RSUP Mohammad Hoesin Palembang dari 2006–2008 dan 22 kasus SJS di RSUP Dr. M. Jamil Padang dari 2010–2011.

SJS dan TEN merupakan kasus yang jarang terjadi, namun tingkat mortalitasnya tinggi, berkisar dari 25–70% dan ditemukan lebih tinggi pada usia tua (>50 tahun) karena beberapa faktor seperti komorbid. Meskipun tingkat mortalitas pada anak lebih rendah, komplikasi jangka panjang lebih sering ditemukan, yaitu sepsis, pneumonia, gagal ginjal, dan komplikasi pada mata. Risiko kejadian SJS/TEN lebih tinggi pada wanita daripada pria dengan rasio 3:2 dan risiko dapat meningkat pada penderita autoimun/HIV. Apabila faktor risiko semakin banyak, kemungkinan dan derajat keparahan SJS/TEN semakin besar. Sampai sekarang, penelitian serupa pada pasien SJS/TEN di Indonesia masih minim karena penyakit tersebut termasuk kasus yang jarang ditemui.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko kejadian SJS/TEN sehingga langkah pencegahan dapat diambil, terutama untuk pasien yang rentan. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari rekam medis pasien yang dirawat di RSUD Dr. Soetomo Surabaya periode 2017–2020 dengan diagnosis SJS/TEN/Overlap SJS-TEN kemudian dibandingkan dengan pasien dengan diagnosis selain SJS/TEN/Overlap SJS-TEN namun memiliki riwayat pengobatan yang sama. Total subjek yang memenuhi kriteria diagnosis SJS/TEN/Overlap SJS-TEN didapatkan sebanyak 28 orang sehingga total subjek pembanding juga diambil sebanyak 28 orang. Adapun data yang dievaluasi ialah jenis kelamin, usia, riwayat pengobatan, riwayat infeksi, dan komorbid.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari beberapa faktor risiko kejadian SJS/TEN, yaitu jenis kelamin, usia, infeksi, serta komorbid, hanya infeksi yang dapat meningkatkan kejadian SJS/TEN, khususnya infeksi oleh Mycoplasma pneumoniae.

Penulis : Dr.Damayanti,dr.,Sp.KK(K)

Informasi lengkap dari artikel ini dapat dilihat pada tulisan kami di :

https://www.ijrp.org/paper-detail/2681

Risk Factors for Stevens Johnson Syndrome (SJS) and Toxic Epidermal Necrolysis (TEN) in Dr. Soetomo General Hospital Surabaya

Josephine Queena Maureen Wijanto, Damayanti, Mohammad Fathul Qorib, Sylvia Anggraeni, Cita Rosita Sigit Prakoeswa

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp