Pakar Ekonomi UNAIR Proyeksi Inflasi Indonesia Tahun 2022

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Sumber: liputan6

UNAIR NEWS – Berbagai berita mengenai kenaikan harga bahan pokok menjadi pembuka awal tahun 2022 ini. Kenaikan permintaan yang tidak dibarengi dengan stok yang memadai berpengaruh terhadap harga bahan pokok di pasaran. Tak pelak, melambungnya harga kebutuhan pokok ini menimbulkan keresahan di tengah masyarakat.

Ekonom Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga (UNAIR) Dr. Rudi Purwono, SE., M.SE. mengungkapkan bahwa penurunan stok dari produsen barang menjadi penyebab melambungnya harga bahan pokok.

“Inflasi di awal tahun ini disumbang oleh kenaikan harga cabai, telur, dan minyak goreng yang umumnya disebabkan dari sisi supply yakni gangguan pada rantai pasok,” ujar Rudi.

Lalu, apakah kenaikan harga barang ini akan berdampak pada tren konsumsi masyarakat selama setahun mendatang? Rudi berpendapat bahwa seiring dengan menguatnya pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang masih stabil, dapat dikatakan bahwa konsumsi akan lebih mengarah ke pemulihan.

Dosen Departemen Ilmu Ekonomi FEB UNAIR itu mengungkapkan bahwa tren inflasi tahun 2021 memang lebih tinggi dibandingkan tahun 2020. Namun jika dibandingkan dengan tahun 2019, inflasi pada tahun 2020-2021 tetap lebih rendah.

“Ada perlambatan konsumsi riil yang tercermin pada rendahnya inflasi tersebut. Namun demikian, terdapat pemulihan tingkat ekonomi pada tahun 2021 dibandingkan tahun sebelumnya,” tegas Rudi.

Idealnya, tambah Rudi, inflasi harus terjadi secara stabil dan terkendali, artinya tidak fluktuatif dan masih berada dalam range yang ditetapkan Bank Indonesia yakni 3%±1. “Inflasi ini juga dibutuhkan oleh dunia usaha karena tidak menjadi tekanan bagi dunia usaha yang pada akhirnya juga akan berimplikasi pada benefit tenaga kerja di masa sulit,” tambahnya.

Tanda-tanda pemulihan ekonomi menunjukkan adanya indikasi peningkatan aktivitas ekonomi di tahun 2022. Pada Desember 2021, ADB (Asian Development Bank) memproyeksikan inflasi tahun 2022 mencapai 2,7 persen yang masih berada dalam range yang ditetapkan Bank Indonesia. “Meskipun pandemi Covid-19, secara struktural kondisi ekonomi Indonesia relatif masih kuat,” tambah Rudi.

Masyarakat dari berbagai lapisan memiliki peran dalam pemulihan ekonomi Indonesia sekarang ini. Rudi mengingatkan agar masyarakat membeli produk lokal alih-alih produk impor. “Indonesia memiliki pasar domestik yang sangat besar. Jika kita membeli produk-produk lokal hasil karya saudara sebangsa, maka perekonomian kita akan menguat,” tegasnya.

Mengingat situasi pandemi Covid-19 yang belum sepenuhnya usai, ditambah dengan munculnya varian baru Omicron, Rudi berpesan agar masyarakat tetap mematuhi protokol kesehatan. “Hal ini dapat mengurangi risiko kita mengalami gangguan dalam perekonomian,” jelasnya.

Bagi masyarakat yang belum memperoleh vaksin Covid-19, Rudi mengingatkan agar segera memperoleh vaksin di layanan kesehatan terdekat.

Terkait dengan penyebaran Covid-19 yang tidak bisa diprediksi, Rudi menyarankan agar masyarakat yang memiliki penghasilan dapat menabung atau berinvestasi sebagai motif jaga-jaga. “Yang usahanya mengalami kesulitan, pemerintah memiliki berbagai skema bantuan dan masyarakat diharapkan proaktif dalam memanfaatkan bantuan tersebut,” pungkasnya. (*)

Penulis: Agnes Ikandani

Editor: Binti Q. Masruroh

Berita Terkait

newsunair

newsunair

Scroll to Top