Pemberian Ekstrak Lendir Bekicot terhadap Jumlah Sel Epitel Basalis Luka pada Tikus Putih Strain Wistar

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh Pos Kupang

Luka adalah kerusakan pada jaringan tubuh oleh karena adanya suatu jejas atau trauma yang menyebabkan gangguan kontinuitas yang normal dari struktur jaringan. Pada bidang kedokteran gigi seringkali dilakukan tindakan perawatan kesehatan gigi dan mulut yang berkaitan dengan luka, seperti pencabutan gigi, scalling, sariawan dan sebagainya.

Achatina fulica, atau bekicot tanah merupakan hewan yang banyak ditemui di Indonesia, khususnya di daerah Kediri, Jawa Timur. Di dalam lendir bekicot jenis Achatina fulica ini terdapat suatu glikosaminoglikan yang disekresi dari butir-butir di dalam tubuh bekicot yang terletak di permukaan terluar, sebagai hasil dari paparan stress pada bekicot. Kandungan ini disebut acharan sulfate yang mengandung sebagian besar unit disakarida berulang dari →4)-2-acetamido-2-deoxy-α-D-glucopyranose(1→4)-2-sulfo-α-L-idopyranosyluronic acid(1→ (GicNAc-IdoA2SO3). Glikosaminoglikan dapat membentuk fraksi polisakarida dari struktur proteoglikan, serta dapat menghasilkan efek biologis yang bermanfaat pada perawatan kulit melawan penuaan dan untuk rangkaian perawatan pada berbagai kondisi kulit, persendian, dan sejenisnya. Hal ini dikarenakan proteoglikan dan glikosaminoglikan adalah pengatur aktif dari fungsi sel, berpartisipasi dalam interaksi sel dan matriksnya, serta berperan penting dalam proliferasi fibroblast, diferensiasi dan migrasi yang diatur secara efektif oleh fenotipe seluler.

Penelitian ini diharapkan dapat membuktikan bahwa glikosaminoglikan dalam ekstrak lendir bekicot (Achatina fulica) yaitu acharan sulfate yang didapat dari isolasi, ekstraksi dan presipitasi ethanol dengan kadar  acharan sulfate yang dihitung dapat membantu proses re-epitelialisasi jaringan luka dengan melihat peningkatan jumlah sel epitel basalis luka, yaitu sel epitel yang terdapat di stratum basalis, yang merupakan lapisan epidermis yang berbatasan langsung dengan membrana basalis dan berperan dalam mitosis sel dan pembaruan sel-sel epidermis secara berkesinambungan, sehingga nantinya dapat dijadikan obat alternatif untuk mempercepat penyembuhan luka.

Penelitian ini dilakukan pada 14 tikus putih strain wistar yang dibagi menjadi Kelompok Kontrol (KK) dan Kelompok Perlakuan (KP) (n=7), di mana seluruh sampel diberi perlukaan pada punggungnya, kemudian selama 5 hari perlakuan, luka pada tikus KK akan ditetesi air saline sedangkan luka pada KP akan ditetesi lender bekicot yang telah diekstrak dengan kadar protein (mengandung crude acharan sulfate), yang dihitung menggunakan metode Biuret, sebesar 86,74 % yang sebelumnya telah diencerkan dengan aquades (10 mg/ml). Pada hari keenam, dilakukan biopsi pada kulit punggung tikus yang telah dilukai untuk dibuatkan preparat histologis yang akan digunakan untuk mengamati dan menghitung jumlah sel epitel basalis.Setelah itu, luka akan dijahit dan diberi antiseptik.

Dari hasil uji statistik menggunakan uji independent samples t-test didapatkan nilai signifikansi (p) = 0,000 < α = 0,05, yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Hal ini membuktikan bahwa pemberian ekstrak lendir bekicot (Achatina fulica) dengan kadar protein (crude acharan sulfate) sebesar 86,74 % dapat membantu meningkatkan jumlah sel epitel basalis pada luka sayatan di punggung tikus putih jantan strain wistar, sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan luka pada kulit punggung hewan coba.

Penulis: Dina Karimah Putri, drg.

Link Jurnal: https://scholar.unair.ac.id/en/publications/distribution-of-snail-mucous-extract-achatina-fulica-on-the-numbe

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp