Penurunan Konsentrasi Asam Lemak Rantai Pendek pada Pasien dengan Penyakit Radang Usus

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh Pinterest

Penyakit radang usus/Inflammatory Bowel Disease (IBD) adalah peradangan kronis pada saluran pencernaan, khususnya usus, yang terdiri dari kolitis ulserativa (KU) dan penyakit Crohn (PC), yang memiliki patofisiologi dan karakteristik klinis yang berbeda. Faktor risiko IBD beragam dan multifaktorial termasuk polusi lingkungan, diet rendah serat dan tinggi lemak, kadar vitamin D rendah, obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), merokok, dan genetik. Prevalensi jumlah penderita IBD di Indonesia dilaporkan sangat beragam karena perbedaan prosedur diagnostik yang dipakai. Gejala umum yang sering ditemui pada penderita IBD antara lain diare kronik dengan darah, munculnya darah segar pada feses, nyeri perut, dan lainnya.

Inflammatory Bowel Disease umumnya dikaitkan dengan penurunan metabolisme dan konsentrasi asam lemak rantai pendek (ALRP). Asam lemak rantai pendek adalah sekelompok senyawa hasil fermentasi bakteri yang memiliki peran penting untuk menjaga kesehatan usus dan sebagai sumber energi sel usus. Asam lemak rantai pendek dapat diproduksi secara alami oleh bakteri usus atau didapatkan melalui makanan. Salah satu senyawa turunan ALRP yang paling banyak adalah butirat yang merupakan senyawa penting dalam metabolisme pencernaan karena peranannya untuk menguatkan epitel usus. Banyak penelitian terdahulu melaporkan adanya kaitan antara IBD dengan penurunan konsentrasi ALRP dan terjadinya disbiosis mikroorganisme usus. Oleh karena itu, kami melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengungkap hal tersebut melalui tinjauan sistematis.

Kami mendapatkan lima studi yang mencakup 484 pasien dan dilakukan mayoritas di negara maju. Hasil dari studi ini menunjukkan bahwa pada IBD, baik KU maupun PC, terjadi penurunan konsentrasi butirat, terutama pada fase aktif penyakit. Sebaliknya, pasien yang sudah sembuh memiliki peningkatan konsentrasi ALRP, khususnya butirat. Penurunan produksi butirat pada IBD dapat mengganggu fungsi mitokondria yang mengakibatkan peningkatan radikal bebas, merusak permeabilitas epitel usus, dan keseimbangan mikroba komensal usus. Hal ini mengindikasikan bahwa perubahan konsentrasi ALRP dikaitkan dengan progresivitas penyakit.

Selain menurunnya konsentrasi ALRP, pada IBD juga ditemukan terjadi gangguan metabolisme ALRP yang ditunjukkan dengan menurunnya suatu gen penanda kapasitas produksi ALRP (gen BCoAT). Kadar gen BcoAT pada IBD ditemukan lebih rendah baik pada KU maupun PC dan tidak dipengaruhi dengan usia, jenis kelamin, dan waktu setelah diagnosis. Keadaan peradangan pada IBD juga diiringi dengan adanya peningkatan konsentrasi penanda radang Tumor Necrosis Factor Alpha (TNF-ɑ) sebagai respon terhadap sitokin yang diproduksi oleh sistem imun. Tingginya kadar TNF-α akan menurunkan metabolisme butirat sehingga tidak dapat digunakan oleh epitel usus. Penurunan laju oksidasi butirat juga berkorelasi negatif dengan derajat keparahan penyakit, dengan kata lain semakin parah penyakit maka konsentrasi butirat akan semakin rendah.

Penurunan konsentrasi dan metabolism ALRP ternyata juga dikaitan dengan menurunnya bakteri penghasil ALRP. Pada tinjauan sistematis ini ditemukan bahwa pasien IBD memiliki penurunan keragaman mikrobiota usus penghasil ALRP. Golongan bakteri terbesar yang memiliki peran menghasilkan ALRP terbanyak adalah dari golongan Clostridium leptum, Clostridium coccoiddes, Roseburia sp., dan Faecalibacterium prausnitzii. Golongan bakteri penghasil ALRP, khususnya butirat ini, menurun pada pasien IBD. Hal ini dapat diartikan bahwa jika terjadi penurunan kapasitas produksi butirat, maka efek anti radang dan protektif dari butirat juga akan menurun.

Perkembangan informasi tentang ALRP menawarkan pilihan pengobatan potensial untuk IBD. Penurunan konsentrasi ALRP pada pasien dengan IBD mengisyaratkan bahwa ALRP dapat digunakan untuk perbaikan pasien IBD. Sebuah penelitian juga menunjukkan bahwa ALRP dapat menghambat peradangan dan mempertahankan integritas epitel usus. Selain itu, sifat anti radang dari butirat terbukti dapat meningkatkan pemulihan integritas jaringan usus dalam uji coba secara acak. Banyak penelitian menunjukkan bahwa suplementasi bakteri penghasil butirat dapat mengembalikan homeostasis usus dan menjaga kesehatan pasien IBD. Suplementasi probiotik memainkan peran kunci dalam pencegahan dan pengobatan gangguan gastrointestinal, terutama IBD karena memiliki kapasitas untuk menghasilkan sifat anti-inflamasi dan membantu memodulasi respon imun inang.

Sebagai kesimpulan, pada pasien IBD terjadi penurunan konsentrasi ALRP karena rendahnya komposisi kelompok bakteri penghasil butirat utama pada pasien IBD. Penurunan konsentrasi ALRP berimplikasi pada penurunan efek protektif dan anti-inflamasi pada IBD dan gangguan metabolisme ALRP.

Penulis: Dr. Citrawati Dyah Kencono Wungu, dr., M.Si

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di: https://rjptonline.org/AbstractView.aspx?PID=2021-14-11-64

David Nugraha, Natasya Ariesta Selyardi Putri, Visuddho, Citrawati Dyah Kencono Wungu. Comparison of Bacterial Composition, Concentration, and Metabolism of Short Chain Fatty Acid in Inflammatory Bowel Disease: A Systematic Review. Research Journal of Pharmacy and Technology. 2021; 14(11):5978-4. doi: 10.52711/0974-360X.2021.01038

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp