Keberadaan Virus Avian Influenza Subtype H5n1 di Pasar Tradisional Jawa Timur Sebagai Tindakan Preventif Epidemi Flu Burung

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

Virus Influenza adalah termasuk ke dalam family Orthomyxoviridae dan dikelompokkan  ke dalam strain A, B, C dan D sesuai dengan karakteristik antigenik dari protein inti. Virus  Influenza A menginfeksi berbagai macam spesies hewan, termasuk manusia, babi, kuda,  mamalia laut dan burung. Terdapat 18 subtipe hemaglutinin yang berbeda (H1-H18) dan 11  subtipe neuraminidase yang berbeda (N1-N11). Dan hanya H1, H2, H3, N1, dan N2 telah  dikaitkan dengan epidemi penyakit pada manusia (WHO, 2011). 

Indonesia FB pada manusia pertama kali diinformasikan secara laboratorium pada awal  bulan Juli 2005 dari Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten dengan jumlah penderita konfirmasi  H5N1 2 orang dan 1 probabel, semua meninggal dunia. Awal sakit (onset) kasus tersebut pada 

akhir Juni 2005, dan merupakan kasus klaster pertama di Indonesia. Sampai akhir September  2017 penderita FB telah tersebar di 15 Provinsi (Sumatera Utara, Sumatera Barat, Lampung,  Sumatera Selatan, Riau, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi  Selatan, Bali, D.I. Yogyakarta, Bengkulu, Nusa Tenggara Barat) yang meliputi 59  kabupaten/kota. Dinamika virus HPAI di Indonesia menunjukkan adanya perubahan yang  signifikan meliputi mutasi gen, perubahan patogenitas, fenomena escape mutant, reassortant  sampai dengan introduksi jenis baru (Dharmayanti, 2005; 2011; Dharmayanti et al., 2013;  Dharmayanti dan Darminto, 2009; Wibawa et al., 2012). Perdagangan unggas hidup dan  produknya di pasar tradisional diduga memainkan peranan penting dalam perkembangan  dinamika penyakit avian influenza, ini disebabkan .tata niaga perdagangan unggas di negara  berkembang seperti Indonesia masih bersifat tradisional dan berpotensi dalam penyebaran  wabah penyakit (Suartha et al., 2010). 

Faktor yang dapat berkontribusi terhadap penularan virus AI, seperti: globalisasi dan  perdagangan internasional, pertanian dan penjualan (pasar unggas hidup) dan unggas liar, serta  rute migrasinya (OIE, 2018). Burung liar, sebagai inang alami dan reservoir untuk semua jenis  virus Avian Influenza, memainkan peran utama dalam penyebaran virus ini. Penularan juga  dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung melalui feses, sekresi, kontak langsung  dengan burung yang terinfeksi. Penularan dapat terjadi dari satu peternakan unggas ke sekitar  pemeliharaan ayam buras di tingkat rumah tangga secara mekanik seperti melalui kendaraan,  alat-alat yang digunakan, pakaian terutama sepatu yang tercemar (OIE, 2018).

(RT-PCR) dan isolasi virus, menunjukkan keberadaan virus H5N1 baik pada unggas hidup maupun  sampel lingkungan di Gresik, Mojokerto, Lamongan dan Surabaya. Uji RT-PCR mendeteksi  adanya virus AI sampel dari jenis entok dan ayam kampung walaupun dengan presentase yang  rendah yaitu sebesar 6,56%. Uji RT-PCR juga mendeteksi adanya kontaminasi virus AI pada  lingkungan pasar tradisional sebesar 17,28% dimana tempat pemotongan unggas maupun lapak  penjualan daging ayam menunjukkan persentase tingkat kontaminasi virus AI yang sama yaitu  8,64%. Beberapa sampel yang menunjukkan hasil positif pada uji RT-PCR yang spesifik terhadap  gen H5 diperlihatkan pada Gambar 2. Isolasi virus memperlihatkan adanya perbedaan viabilitas  yang besar diantara swab kloaka dan lingkungan. Sebanyak 3 isolat virus berhasil ditumbuhkan 

dari 4 sampel swab kloaka (75%) yang positif uji RT-PCR. Sementara itu, hanya 2 dari 14 sampel  lingkungan (14,28%) yang dapat ditumbuhkan. 

Keberhasilan isolasi virus menunjukkan adanya potensi penularan ke induk semang  lainnya termasuk manusia. Mengingat peran penting pasar tradisional dalam perkembangan  dinamika penyakit maka perbaikan dan restrukturisasi sangat penting dan mendesak untuk  dilakukan. Program penutupan pasar secara berkala disertai dengan program pembersihan dan  desinfeksi ternyata efektif dalam meminimalisir dan mengeleminasi virus AI (Bulaga et al., 2003;  Trock et al., 2008). Perbaikan infrastruktur dan manajemen pasar perlu melibatkan seluruh  stakeholders yang terlibat sepertI pemerintah, pengelola pasar, petugas kebersihan, para pedagang  dan anggota masyarakat. 

Berdasarkan fakta diatas mendorong peneliti untuk melakukan pengembangan lebih lanjut  terkait studi identifikasi sirkulasi virus H5N1 di pasar tradisional di Jawa Timur tahun 2022. Studi  ini menyarankan bahwa perbaikan tata niaga perdagangan unggas di pasar tradisional sangat  penting untuk dilakukan dengan penerapan aspek sanitasi, higien dan biosekuriti untuk mengurangi  beban kontaminasi virus di lingkungan pasar. 

Program pencegahan, pengendalian dan pemberantasan AI diseluruh dunia telah ditetapkan  oleh Office International des Epizooties (OIE) dan World Health Organization (WHO) yang  digunakan sebagai acuan. Vaksinasi sendiri dianggap tidak cukup sebagai upaya pencegahan dan  pengendalian penyakit ini (OIE, 2018)

Penulis: Muhammad ‘Ahdi Kurniawan 

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp