Mengenal Lebih Dekat Penyebab Penyakit Meningitis Eosinofilik

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

Para pecinta makanan yang mentah atau kurang matang dengan sempurna, terutama seafood, mulai sekarang harus berhati-hati dan waspada terhadap agen penyebab penyakit Meningitis Eosinophilic. Agen penyebab penyakit ini ialah Angiostrongylus cantonensis atau yang biasa disebut juga dengan rat lungworm (Cacing paru tikus). Angiostrongylus cantonensis adalah parasit nematoda zoonotik yang hidup pada keong (siput) dalam stadium larva infektif. Sehingga manusia dapat terinfeksi Angiostrongylus cantonensis bila mengkonsumsi seafood mentah atau dalam kondisi tidak matang.

Parasit ini termasuk kedalam golongan nematoda, cacing ini memiliki karakteristik yakni berbentuk filiform (seperti benang), memiliki ukuran pada cacing jantan ± 7,7 mm dengan diameter 0,30 mm sedangkan cacing betina ukurannya ± 12,8 mm dan diameter 0,36 mm.

Memiliki organ genital pada jantan berupa bursa kopularis sedangkan pada betina berupa vulva yang terletak di ujung posterior. Di bagian kepala terdapat 3 buah labia, diantaranya 2 terletak di bagian dorsal dan 1 terletak dibagian lateral.

Angiostrongylus cantonensis ini memiliki hospes definitif dan hospes perantara, yakni tikus dan keong (siput). Cacing ini hidup dalam arteri pulmonary tikus berkembang biak sampai menjadi larva yang akan bermigrasi ke farinx lalu larva cacing tersebut akan ikut tertelan masuk ke saluran pencernaan bersamaan dengan makanan yang masuk dan akhirnya akan keluar bersama feses. Setelah itu, siput, kepiting, katak, ataupun udang akan tanpa sengaja memakan makanan yang sudah terkontaminasi oleh kotoran tikus tersebut sehingga hewan-hewan ini secara tidak langsung sudah terinfeksi oleh cacing ini.

Siput yang terinfeksi oleh cacing ini tanpa sengaja dikonsumsi oleh manusia yang kemudian larva dari cacing tersebut akan ikut tertelan masuk sehingga manusia akan terinfeksi oleh cacing ini dan dapat menyebabkan penyakit meningitis eosinofilik.

Manusia yang terinfeksi Angiostrongylus cantonensis, cacing ini dapat menginfeksi otak manusia dengan cara yakni larva cacing dari parasit Angiostrongylus cantonensis akan menembus jaringan usus dan masuk ke jantung melalui sistem portal. Setelah itu, larva cacing masuk ke kapiler paru dan memasuki sistem saraf pusat melalui sirkulasi darah atau bermigrasi ke organ lain seperti ginjal atau otot menuju otak atau spinal cord.

Berdasarkan hal inilah dapat menyebabkan timbulnya gejala klinis pada manusia yang terinfeksi cacing ini akan mengalami sakit kepala, kaku leher, mual, muntah, demam (38°C) dan sensasi abnormal pada lengan dan kaki. Tetapi, dalam kasus yang jarang terjadi infeksi akut dapat menyebabkan masalah neurologis atau kematian. Kemudian gejala yang jarang terjadi ialah okulan angiostrongiliosis dengan manifestasi penglihatan kabur dan terdapat cacing pada retina atau vitreus.

Sudah banyak kasus kematian yang terjadi pada penyakit ini, salah satunya yang terjadi pada turis yang mengunjungi Hawaii pada tahun 2018, turis tersebut menelan siput hidup-hidup dan juga dua orang lainnya terinfeksi Angiostrongylus cantonensis karena mengkonsumsi sayur salad rumahan dan buah tanpa dicuci terlebih dahulu.

Oleh sebab itu, salah satu pencegahan dari penyakit ini ialah dengan cara menghindari mengkonsumsi makanan, khususnya dari jenis sayuran ataupun seafood dalam kondisi mentah, tetapi untuk menjaga hygienisitas dari makanan tersebut, maka makanan itu harus dicuci dengan bersih sehingga dapat terbebas dari kontaminasi larva Angiostrongylus cantonensis. (*)

Penulis : Dwi Putri Rahmawati, Mahasiswa S2 IPKMV FKH UNAIR

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp