Penggantian Total Sendi Bahu secara Reverse Dibandingkan Reduksi Terbuka dengan Fiksasi Internal untuk Patah Tulang Lengan Atas dengan Komponen Patahan Tulang Tiga atau Empat

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh medanta.org

Patah tulang lengan atas terjadi pada sekitar 5% dari semua jenis patah tulang. Tipe patah tulang ini sering ditemui pada wanita tua berusia diatas 60 tahun, dan insidennya bertambah seiring bertambahnya usia. Secara umum, patah tulang pada kelompok usia ini memiliki beban tersendiri bagi pasien dalam hal nyeri, kehilangan fungsi, dan bahkan kematian. Kecacatan yang disebabkan patah tulang lengan atas juga berkontribusi pada kesulitan dalam merawat diri, tidak dapat hidup mandiri, dan pada akhirnya berpengaruh pada kualitas hidup.

Patah tulang lengan atas yang memiliki komponen patahan tulang sebanyak tiga atau empat dapat dikatakan patah tulang yang cukup parah dan memiliki tantangan tersendiri dalam penanganannya. Ada beberapa terapi yang sering dikerjakan untuk menangani patah tulang jenis ini, seperti contohnya dengan fiksasi internal dan penggantian sendi bahu secara reverse atau terbalik. Studi yang membandingkan efikasi kedua tatalaksana tersebut masih terbatas sehingga diperlukan studi yang secara langsung membandingkan keduanya untuk mengetahui hasil keluaran (outcome) terhadap pasien.

Hasil review yang membandingkan penggantian sendi bahu dan fiksasi internal pada patah tulang lengan atas yang parah menunjukkan bahwa penggantian sendi bahu total dengan teknik reverse direkomendasikan pada pasien usia lanjut yang berusia 65 tahun ke atas. Hal ini didukung oleh penelitian lain yang menyampaikan bahwa internal fiksasi memiliki hasil yang tidak terlalu baik, dan penggantian sendi bahu teknik reverse adalah yang paling ideal untuk pasien dengan usia lanjut.

Dari segi ruang gerak sendi, penggantian total sendi bahu dengan teknik reverse lebih meningkatkan kemampuan sendi bahu untuk bergerak ke atas melalui arah depan dibandingkan dengan menggunakan teknik reposisi terbuka dan fiksasi internal. Gerakan mengangkat bahu ke atas melalui arah samping sama-sama dapat ditingkatkan oleh kedua teknik tanpa ada perbedaan signifikan. Gerakan sendi bahu ke arah memutar keluar lebih meningkat dengan teknik reposisi terbuka dan fiksasi internal dibandingkan dengan penggantian sendi total secara reverse karena pada teknik reposisi terbuka, tulang tuberositas mayor pada humerus (lengan atas) dipertahankan atau direkonstruksi, tidak seperti pada teknik penggantian sendi.

Dari segi komplikasi, penggantian total sendi bahu secara reverse memiliki kecenderungan untuk terjadinya komplikasi yang khusus, yaitu adanya gesekan akibat pertemuan implan yang digunakan dengan tulang belikat (scapula). Hal ini dapat ditemukan pada penggunaan implan ganti sendi bahu total secara reverse dalam kasus apapun, tidak terbatas pada kasus patah tulang. Namun demikian, penggantian total sendi bahu secara reverse memiliki angka operasi revisi yang lebih kecil secara signifikan dibandingkan dengan teknik reposisi terbuka dan fiksasi internal.

Dari segi penilaian fungsi bahu menggunakan sistem skoring Constan-Murley, ditemukan tidak ada perbedaan signifikan pada hasil keluaran fungsi bahu pasien yang diterapi menggunakan teknik reposisi terbuka dan fiksasi internal dengan penggantian sendi bahu total secara reverse. Pada studi Randomized Control Trial, penggantian total sendi bahu secara reverse memiliki hasil keluaran yang lebih baik dibandingkan dengan repoisisi terbuka dan fiksasi internal, namun pada studi nonRandomized Control Trial, tidak ditemukan perbedaan signifikan. Bagaimanapun juga, pada studi nonRandomized Control Trial terdapat heterogenitas yang tidak dapat dihindari. Hal ini dapat disebabkan adanya domain subyektif pada sistem skoring yang digunakan, seperti contohnya skor nyeri dalam poin penilaian menggunakan skoring Constan-Murley. Komorbid lain juga perlu diperhatikan, seperti adanya pengapuran sendi bahu, dimana hal ini dapat menyebabkan nyeri pada pasien yang telah diterapi dengan reposisi terbuka dan fiksasi internal, sedangkan pada pasien dengan penggantian total sendi bahu secara reverse, hal ini tentu saja tidak akan ditemukan. Selain itu mengenai poin pengukuran kekuatan juga sebaiknya memang dikelompokkan sesuai gender dan usia agar lebih setara perbandingannya.

Melihat fakta-fakta di atas, maka pilihan operasi pada pasien dengan patah tulang lengan atas dengan komponen patahan tulang sebanyak tiga atau empat perlu memperhatikan faktor-faktor seperti kondisi dan karakteristik pasien, hasil keluaran yang diharapkan, kemungkinan angka komplikasi dan juga angka revisi yang dapat terjadi dari terapi yang dipilih. Oleh karena itu, perencanaan yang matang sebelum operasi akan dapat memberi hasil yang lebih baik bagi pasien.

Penulis: Heri Suroto

Link Jurnal: https://doi.org/10.1302/2058-5241.6.210049

Judul: Reverse total shoulder arthroplasty (RTSA) versus open reduction and internal fixation (ORIF) for displaced three-part or four-part proximal humeral fractures: a systematic review and meta-analysis Jurnal: EFORT Open Reviews  (Vol. 6; Oktober 2021)

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp