Kenali Isu Penting Pengasuhan Anak Usia Dini Pasca Pandemi Covid-19

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Dr. Nur Ainy Fardana Nawangsari, M.Si., Psikolog.

UNAIR NEWS – Jumlah kasus penularan Covid-19 di Indonesia saat ini menurun. Grafik penuralan Covid-19 terus melandai jika dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Aktivitas pendidikan yang sebelumnya dilaksanakan secara daring, kini mulai dilaksanakan di lembaga masing-masing, termasuk di jenjang pendidikan anak usia dini (PAUD). Meski begitu, terdapat beberapa permasalahan penting yang kiranya dapat menjadi perhatian kita semua.

Dr. Nur Ainy Fardana Nawangsari, M.Si., Psikolog menuturkan bahwa terdapat beberapa isu krusial terkait pendidikan anak usia dini pasca pandemi Covid-19. Ia menjelaskan bahwa penting sekali agar semua pihak dapat membangun kesiapan anak untuk kembali bersekolah.

“Setelah sekian lama anak berada di rumah, tidak mudah untuk mengkondisikan kembali anak untuk masuk sekolah,” ungkapnya pada webinar bertajuk “Critical Issues on Early Childhood Care & Educational in Post Pandemic Era: Indonesian and Malaysian Perspectives” yang diselenggarakan oleh Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, Sabtu (4/12/2021).

Dr Neny sapaan akrabnya menuturkan bahwa membangun ritme baru seperti bangun pagi, berangkat ke sekolah, serta beradaptasi dengan kebiasaan baru seperti memakai masker dan rutin mencuci tangan tidaklah mudah bagi anak-anak.

Wakil Dekan I Bidang Akademik dan Kemahasiswaan FPsi UNAIR itu juga menuturkan bahwa pada masa pandemi Covid-19 ada kondisi yang disebut dengan developmental loss and learning loss. “Ini adalah suatu kondisi di mana anak-anak mengalami kemunduran dalam proses perkembangan maupun belajar,” paparnya.

Dr. Neny menjelaskan bahwa banyak kasus seorang anak yang sudah bisa melakukan kegiatan mandiri saat pembelajaran luring justru menjadi bergantung pada orang-orang di sekitarnya pada saat pembelajaran daring.

“Ada juga anak-anak yang kesulitan mencapai tahapan tertentu dalam perkembangan karena kurang adanya stimulasi yang memadai serta kurangnya proses pendampingan yang intensif dalam proses belajarnya,” tegasnya.

Dosen bidang Psikologi Pendidikan dan Perkembangan Anak itu juga memaparkan bahwa banyak orang tua yang tidak mendaftarkan anak-anak mereka ke satuan PAUD akibat kondisi pandemi ini. “Ada juga orang tua yang merasa anaknya tidak bersekolah lama dan akhirnya mereka meminta anaknya untuk sementara berhenti bersekolah,” ungkap Dr. Neny.

Banyak orang tua yang merasa tidak perlu mendaftarkan anak mereka ke satuan PAUD sehingga anak-anak tidak memperoleh stimulasi belajar yang memadai. Ini juga diperparah dengan keadaan dimana tidak semua orang tua mampu menciptakan situasi belajar yang memadai bagi anak-anak mereka di rumah. “Beberapa sekolah PAUD bahkan mengeluh karena operasional menjadi terhambat,” papar Dr. Neny.

Tentunya, diperlukan kontribusi dari berbagai pihak untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut. Apalagi mengembangkan kebiasaan baru dan modifikasi perilaku tidak mudah pada anak-anak.

“Pemerintah juga sudah memberikan perhatian yang cukup besar terkait penguatan layanan PAUD berkualitas di tahun 2022 seperti kerja sama dengan dinas kesehatan untuk penguatan layanan kesehatan,” pungkasnya. (*)

Penulis: Agnes Ikandani

Editor: Binti Q. Masruroh

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp