Hubungan antara Kadar PGE2 Serum dan Derajat Kepositifan BTA Dahak Pasien TB Paru

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh Newshub

Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan global. Peningkatan kasus TB diiringi dengan peningkatan kasus TB resistan obat (RO). WHO dalam Global Tuberculosis Report melaporkan terdapat 10 juta orang menderita TB baik kasus baru maupun kasus kambuh, 558.000 di antaranya menderita TB. Indonesia menempati urutan ketiga dalam  negara dengan insidens TB tertinggi di dunia, baik kasus baru maupun kasus kambuh. Jumlah kasus TB baru dan kambuh di Indonesia pada tahun 2017 adalah 442.172 dan 54% diantaranya terkonfirmasi bakteriologis baik dengan pengecatan sputum Basil Tahan Asam (BTA) maupun kultur sputum.

Salah satu faktor pertahanan tubuh terhadap infeksi Mycobacterium tuberculosis (Mtb) adalah sistem imun awal (innate). Makrofag merupakan sel utama sistem imun innate.  Kuman Mtb akan dikenali oleh makrofag alveolar sehingga akan terjadi proses fagositosis. Setelah terjadi fagositosis, Mtb akan didegradasi oleh makrofag. Selain melakukan fagositosis dan degradasi kuman Mtb, makrofag juga mengaktivasi faktor transkripsi NF-κβ menginduksi respons pro inflamasi yang bertujuan untuk proteksi paru terhadap infeksi Mtb.

Peran Prostaglandin E2 (PGE2) dalam Menekan Laju Pertumbuhan MTB

Respons makrofag setelah terjadinya infeksi Mtb memberikan kontribusi penting terhadap respons imun dan hasil dari infeksi Mtb tersebut. Tiga respons makrofag yang terinfeksi Mtb adalah (i) nekrosis, kematian sel yang ditandai dengan disrupsi membran plasma, (ii) apoptosis, kematian sel yang ditandai dengan membran plasma yang utuh, (iii) makrofag terinfeksi yang bertahan hidup.

PGE2 merupakan turunan asam arakidonat yang disintesis melalui aktivasi cyclooxygenases (COX). Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa Prostaglandin E2 (PGE2) mempengaruhi makrofag. PGE2 memicu apoptosis dan menghambat nekrosis makrofag yang terinfeksi Mtb. Apoptosis makrofag dilaporkan berperan dalam menurunkan laju pertumbuhan Mtbyang sangat penting dalam mekanisme eliminasi Mtbyang menginfeksi paru, sedangkan nekrosis berperan sebaliknya.

BTA sebagai Gambaran Jumlah Kuman dalam Paru Pasien TB

Jumlah kuman ini dapat dilihat melalui pemeriksaan BTA dahak. International Union Against Tuberculosis Lung Disease (IUATLD) menetapkan suatu sistem skoring apusan dahak berdasakan jumlah BTA dalam tiap lapang pandang. Jumlah kuman yang tinggi tergambar dalam derajat kepositifan BTA dahak. Semakin tinggi nilai kepositifan BTA dahak, semakin banyak jumlah kuman Mtb yang terkandung dalam tiap ml dahak. Semakin tinggi jumlah kuman maka semakin mudah terjadi penularan, kerusakan paru yang lebih luas serta peningkatan risiko resistensi.

Metode dan Hasil

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang dilakukan pada periode Agustus 2019 – Juli 2020. Subyek terdiri dari pasien TB Paru BTA positif baik kasus baru maupun kasus kambuh. Setelah pemeriksaan BTA dahak pasien, dilakukan pengambilan darah untuk memeriksa kadar PGE2 serum. Terdapat 62 pasien TB Paru BTA positif yang memenuhi kriteria inklusi.

Hasil menunjukkan bahwa sebagian besar subyek dengan kadar PGE2 serum rendah memiliki derajat kepositifan BTA pada dahak kategori tinggi sebanyak 89%, dan kondisi yang sama ditemukan pada subyek dengan kadar PGE2 serum tinggi memiliki derajat kepositifan BTA dahak yang tinggi juga sebanyak 71%. Sedangkan, pada subyek dengan kadar PGE2 serum normal memiliki derajat kepositifan BTA pada dahak rendah sebanyak 54% (p = 0.036).

Hasil uji korelasi Spearman memberikan hasil koefisien korelasi sebesar -0,036 dengan p-value sebesar 0,78. Hubungan negatif ini berarti bahwa semakin tinggi kadar PGE2 serum pasien TB Paru maka derajat kepositifan BTA dahak akan semakin rendah. Namun melihat nilai p di atas 0,05 berarti bahwa hubungan ini tidak bermakna secara statistik.

Penelitian ini membuktikan bahwa terdapat hubungan terbalik antara kadar PGE2 serum dan derajat kepositifan BTA dahak pasien TB Paru meskipun tidak terlalu bermakna secara statistik. PGE2 dapat menjadi salah satu indikator dari derajat keparahan pasien TB paru terutama dari segi jumlah kuman dalam dahak pasien.

Penulis: Herley Windo Setiawan, dr., Sp.P; Dr. Resti Yudhawati, dr., Sp.P(K) dan Irmi Syafa’ah, dr., Sp.P(K).

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di: https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2049080121009584

Setiawan, HW; Yudhawati, R., Syafa’ah, I (2021). Association between serum PGE2 level and degree of acid-fast bacilli positivity in sputum of pulmonary tuberculosis patients. Annals of Medicine and Surgery 71:103008.https://doi.org/10.1016/j.amsu.2021.103008

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp