Hubungan Kepatuhan Penggunaan Antibiotik Profilaksis dengan Kejadian Infeksi Luka Operasi pada Prosedur Operasi Bersih dan Bersih Terkontaminasi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh health.grid.id

Infeksi Luka Operasi (ILO) merupakan komplikasi pasca bedah yang serius karena dapat meningkatkan morbiditas dan penambahan biaya perawatan.Angka kejadian ILO di dunia berkisar antara 5% sampai 15%. Di Indonesia angka kejadian ILO bervariasi antara 2-18% dari keseluruhan prosedur pembedahan. Di RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada tahun 2012 angka kejadian ILO untuk operasi bersih mencapai 0,03%. RSUD Dr. Soetomo sebagai salah satu rumah sakit rujukan tersier terkemuka di Indonesia, percaya bahwa kepatuhan penggunaan antibiotik profilaksis yang sesuai pedoman pada prosedur operasi merupakan salah satu faktor yang dapat menurunkan angka kejadian ILO.

Berbagai upaya dikembangkan untuk melakukan kontrol terhadap infeksi meliputi memperbaiki ventilasi kamar operasi, metode sterilisasi, sekat-sekat, tehnik pembedahan dan ketersediaan antibiotik profilaksis. Namun demikian, ILO masih menjadi penyebab utama morbiditas, perawatan di rumah sakit yang memanjang dan meningkatnya angka kematian.Begitu juga angka kejadian ILO terutama pada operasi pemasangan implant (orthopaedi) masih tetap terjadi. Pemasangan implant pada kasus patah tulang tertutup adalah salah satu prosedur yang sering dilakukan di bidang orthopaedi. Meskipun hasilnya pada umumnya memuaskan, tidak jarang terjadi komplikasi, khususnya dalam hal infeksi luka operasi (ILO).

Faktor kejadian ILO antara lain dari pasien misalnya diabetes mellitus, obesitas, malnutrisi berat serta faktor lokasi luka yang meliputi pencukuran daerah operasi, suplai darah yang buruk ke daerah operasi, dan lokasi luka yang mudah tercemar. Faktor operasi misalnya penggunaan antibiotik profilaksis, ventilasi ruang operasi, tehnik operasi. Faktor kejadian ILO pada pra operasi meliputi persiapan kulit yaitu tidak membersihkan daerah operasi atau tidak melakukan pencukuran di daerah bedah dengan rambut yang lebat. Faktor kejadian ILO intra operasi salah satunya adalah tehnik operasi yang harus dilakukan dengan baik. Faktor kejadian ILO post operasi meliputi nutrisi, personal hygiene, mobilisasi dan perawatan luka.

Penelitian dilakukan menggunakan data dari rekam medik pada penderita yang telah dilakukan prosedur operasi bersih dan bersih terkontaminasi dari tahun 2013 – 2016 di ruang operasi RSUD Dr. Soetomo. Hasil berupa angka kepatuhan penggunaan antibiotik profilaksis dengan angka kejadian ILO. Data pasien keseluruhan dari tahun 2013 – 2016 sebesar 5243 pasien. Tingkat kepatuhan pemberian antibiotik profilaksis sesuai guideline RSUD Dr. Soetomo keseluruhan dari tahun 2013 – 2016 sebesar 48,3%. Tingkat kepatuhan ini menggunakan pilihan jenis antibiotik, dosis pemberian, cara pemberian, waktu pemberian dan rute pemberian. Angka kejadian pada pasien dengan ILO dari tahun 2013 – 2016 sebesar 0,1%. Didapatkan hubungan yang signifikan antara kepatuhan penggunaan antibiotik profilaksis dengan kejadian infeksi luka operasi (ILO).

Dari hasil data yang terkumpul, dapat dilihat bahwa jumlah pasien laki-laki yaitu 3187 pasien (60,7%) dan pasien perempuan yaitu 2059 pasein (39,3%). Hal ini kemungkinan berkaitan dengan sebagian besar operasi orthopaedi banyak disebabkan oleh trauma atau cedera muskuloskeletal. Insidensi trauma dan cedera muskuloskeletal lebih banyak dialami oleh laki-laki. Kelompok usia dengan kejadian infeksi paling banyak terjadi pada kelompok usia 31- 40 tahun sebesar 2125 responden dari total 5246 responden jika dibandingkan dengan kelompok usia yang lain.

Pemberian antibiotik terbanyak pada waktu 30-60 menit yakni sebanyak 2620 pasien. Sementara itu pada selang waktu < 30 menit sebanyak 1936 pasien dan > 30 menit sebanyak 690 pasien. Jenis antibiotik yang terbanyak diberikan ialah Cefazolin yakni sebanyak 4928 pasien. Sementara itu sebanyak 318 pasien diberikan Ceftriaxon.

Berdasarkan hasil penelitian, tingkat kepatuhan penggunaan antibiotik profilaksis pada tahun 2013 sebesar 50,8%, tahun 2014 sebesar 51,6%, tahun 2015 sebesar 44,6%, dan tahun 2016 sebesar 46,1%. Sedangkan angka kejadian ILO pada prosedur operasi bersih dan bersih terkontaminasi di bidang Orthopaedi dan Traumatologi pada 2013-2016 di RSUD dr. Soetomo pada 2013 sebesar 0,1%, tahun 2014 sebesar 0%, tahun 2015 sebesar 0,2%, dan tahun 2016 sebesar 0,2%.

Dari hubungan kepatuhan penggunaan antibiotik profilaksis dengan kejadian infeksi luka operasi (ILO) didapatkan hubungan yang signifikan antara kepatuhan penggunaan antibiotik profilaksis dengan kejadian infeksi luka operasi (ILO). Namun, penyebab terjadinya ILO dapat dipengaruhi oleh faktor yang lain. Perlu dilakukan penelitian dengan variable faktor yang mempengaruhi terjadiya ILO lebih lanjut dan perlu dilakukan penelitian yang membahas angka kejadian ILO.

Untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih komprehensif, maka diperlukan adanya pencatatan rekam medik yang lengkap dan ada kesinambungan antara rekam medik dari kamar terima, kamar rawat inap, rawat jalan serta rekam medik elektronik. Pencatatan ILO harus menjadi praktek standar baik di ruang rawat inap maupun di ruang rawat jalan, dengan mendeskripsikan luka operasi secara lengkap, termasuk mencantunkam klasifikasi dari infeksi luka operasi yang teramati.

Penulis: dr. Yuani Setiawati, M.Ked

Link Jurnal: https://journal2.unusa.ac.id/index.php/IIMJ/issue/current

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp