Penambatan Molekuler Antosianin dan Ternatin Bunga Telang sebagai Terapi Manifestasi Oral COVID-19

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh Pinterest

Sindrom pernafasan akut yang parah coronavirus 2 (SARS-CoV-2), penyakit coronavirus 2019 (COVID-19) adalah pandemi di seluruh dunia yang telah terjadi sejak awal 2020 dengan 121 juta kasus dan tingkat kematian yang dilaporkan sebesar 2,68% dalam setahun. Indonesia berada di peringkat ke-19 secara global dan ke-4 di Asia untuk jumlah kasus COVID-19 tertinggi. Setelah 1 tahun sejak kasus suspek COVID-19 pertama kali teridentifikasi, jumlah kasus COVID-19 di Indonesia saat ini mencapai 1,4 juta, dengan angka kematian 2,7%. Gejala yang paling umum ditemukan pada pasien COVID-19 adalah batuk kering, demam, dan sesak napas. Namun, pasien yang berbeda mungkin menunjukkan gejala yang berbeda. Seiring berjalannya waktu, virus SARS-CoV-2 telah bermutasi dan menunjukkan manifestasi lain yang berbeda. Selain itu, manifestasi oral merupakan salah satu manifestasi yang dapat ditemukan pada pasien COVID-19 dan menyebabkan morbiditas. Dalam hal ini, dokter gigi memiliki kontribusi mendasar untuk memeriksa manifestasi oral COVID-19. Manifestasi oral yang terdapat pada COVID-19 tidak spesifik dibandingkan dengan kandidiasis oral dan sariawan yang paling sering muncul, namun manifestasi tersebut masih kontroversial untuk didiagnosis sebagai COVID-19.

Hubungan sebab-akibat antara infeksi virus corona dan munculnya lesi oral akibat imunosupresi pada orang dengan COVID-19 dapat memberikan sinyal yang baik. Hal ini disebabkan adanya peningkatan tumor necrosis factor‑α (TNFα) pada pasien COVID-19 yang menyebabkan kemotaksis neutrofil di mukosa mulut dan berkembang menjadi lesi aphthous. Respon inflamasi pada pasien COVID-19 meningkat sehingga imunoregulasi selama inflamasi dianggap sebagai terapi potensial untuk manifestasi oral COVID-19. Selain itu, pemanfaatan bahan alami seperti antosianin dan ternatin sebagai senyawa aktif dalam Bunga Telang (Clitoria ternatea) untuk terapi COVID-19 berbasis herbal mungkin efektif dan potensial karena memiliki kemampuan untuk mengatasi penyakit menular. Senyawa alami seperti antosianin dan ternatin dicirikan oleh spesifisitas makromolekul yang besar dan toksisitas yang lebih rendah. Namun, kekhawatiran tentang biokompatibilitas dan bioavailabilitas menimbulkan tantangan dalam membuat bahan alami menjadi obat. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji senyawa antosianin dan ternatin sebagai senyawa aktif dalam C. ternatea yang dapat meningkatkan imunitas mukosa dan sitokin anti inflamasi serta menghambat sitokin pro inflamasi dan protein kunci SARS-CoV-2 untuk COVID-19 terapi manifestasi oral.

Sampel ligan yang terdiri dari antosianin dan ternatin diperoleh dengan informasi ID, formula, berat, dan canonical smile. Sampel protein yang terdiri dari IL-6, Glyc-ACE2, TNF-αR, MMP-9, IL-10, dan HBD-2 dihasilkan dari database RCSB PDB yang diperoleh dengan informasi ID, metode visualisasi, resolusi, jumlah atom, berat, rantai, dan panjang urutan. Berdasarkan hasil simulasi molecular docking, antosianin menghasilkan lebih banyak afinitas ikatan negatif dibandingkan ternatin pada domain ACE yang berinteraksi dengan glikoprotein RBD SARS-CoV-2, yang memungkinkan penghambatan perlekatan virus karena RBD tidak dapat berinteraksi dengan ACE. Sementara itu, senyawa ternatin berinteraksi menghasilkan afinitas pengikatan yang lebih negatif dibandingkan antosianin ketika berikatan dengan TNF-αR. Ternatin diperkirakan mampu mempengaruhi aktivitas penghambatan TNF-αR dan memicu terbentuknya respon anti inflamasi.

Penghambatan aktivitas MMP-9 juga diperankan oleh ternatin dengan afinitas pengikatan yang lebih negatif daripada antosianin dan menghambat degradasi kolagen. Antosianin diprediksi mampu menekan terjadinya badai sitokin dengan menghambat aktivitas IL-6 dan IL-10 dengan nilai afinitas pengikatan yang lebih negatif dibandingkan ternatin. Antosianin diprediksi menginisiasi peningkatan respon imun bawaan di rongga mulut melalui peningkatan aktivitas HBD-2, sehingga mencegah terjadinya manifestasi oral [Tabel 3]. Sementara itu, identifikasi interaksi molekuler dan posisi ikatan kompleks protein-ligan docking mengungkapkan bahwa ikatan antosianin pada ACE mampu menghasilkan total delapan interaksi yang terdiri dari ikatan Van der Waals, hidrogen, dan pi. Ikatan senyawa ternatin pada TNF-αR mampu menghasilkan total 10 interaksi yang meliputi ikatan Van der Waals, hidrogen, unfavorable, dan pi. Selain itu, ikatan senyawa ternatin pada MMP-9 berhasil menciptakan total 11 interaksi dan mengandung ikatan Van der Waals, hidrogen, unfavorable, dan pi. Demikian pula ikatan senyawa antosianin pada IL-10 juga mampu menciptakan 11 interaksi secara total tetapi hanya terdiri dari ikatan Van der Waals dan pi. Selain itu, ikatan antosianin pada HBD-2 dilakukan untuk menghasilkan total 8 interaksi yang tersusun dengan ikatan Van der Waals, ikatan unfavorable, hidrogen, dan pi. Ikatan antosianin pada IL-6 mampu menghasilkan total 13 interaksi dan mengandung ikatan Van der Waals, unfavorable, dan pi.

Berdasarkan penelitian kami, dapat diprediksi melalui penambatan molekuler bahwa senyawa aktif antosianin dan ternatin pada C. ternatea merupakan agen potensial untuk terapi manifestasi oral COVID-19 secara in silico. Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi antosianin dan ternatin dalam aktivitas C. ternatea secara in vitro dan in vivo.

Penulis: Dr. Alexander Patera Nugraha, drg., M.Imun

Link Jurnal: https://www.japtr.org/article.asp?issn=2231-4040;year=2021;volume=12;issue=4;spage=362;epage=367;aulast=Nugraha;type=0

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp