Natal Teeth, Fenomena Langka Bayi Lahir dengan Gigi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Bayi Lahir dengan Gigi (Sumber: Okezone news)

UNAIR NEWS – Fenomena bayi lahir dengan gigi sempat menjadi perbincangan publik beberapa waktu lalu. Bayi lahir dengan gigi atau yang biasa disebut natal teeth pada kedokteran, merupakan sebuah kejadian yang sangat jarang terjadi. Fenomena tersebut mungkin hanya terjadi pada satu bayi dari 2.000 hingga 3.000 bayi baru lahir. 

Mega Moeharyono Puteri drg., Sp.KGA.,Ph.D, Pakar Kesehatan Gigi Anak Universitas Airlangga (UNAIR) mengungkapkan, penyebab dari natal teeth masih belum jelas hingga saat ini dan bukan merupakan keturunan. Gigi tersebut kemungkinan merupakan gigi tambahan (supernumerary teeth) atau gigi susu yang belum tumbuh sempurna. Perbedaan keduanya dapat diketahui dengan melakukan foto rontgen pada bayi. Namun, kebutuhan foto rontgen dalam kasus tersebut memiliki keuntungan yang lebih sedikit daripada kerugiannya.

“Benih gigi susu sudah mulai terbentuk sejak bayi masih di dalam kandungan. Gigi susu ini seharusnya tumbuh perlahan dari gusi sejak bayi berusia 6 bulan. Ketika gigi ini keluar saat bayi lahir, pertumbuhannya belum sempurna, biasanya hanya ada mahkotanya saja dan tanpa akar. Gigi yang keluar saat bayi baru lahir ini biasanya merupakan gigi seri, baik atas maupun bawah,” tuturnya.

 Potret Mega Moeharyono Puteri drg., Sp.KGA.,Ph.D, Pakar Kesehatan Gigi Anak Universitas Airlangga (UNAIR) (Foto: Dok. Pribadi)

Ia menambahkan, gigi yang keluar tersebut, baik gigi susu dan gigi tambahan cenderung tajam dan mudah goyang, sebab tidak memiliki akar gigi untuk menahan. Hal tersebut akan membuat gusi bayi yang merupakan lawan dari gigi mudah terlukai. Selain itu, gigi yang goyang juga akan mudah terlepas, sehingga berkemungkinan besar membuat bayi tersedak dan gigi tertelan. 

“Untuk menghindari hal tersebut perlu dilakukan pencabutan pada gigi yang tumbuh saat bayi baru lahir. Namun, biasanya kita konfirmasikan terlebih dahulu pada orangtua. Sebab, jika gigi itu merupakan gigi susu, maka gigi susu anak tidak akan tumbuh kembali. Jika yang tumbuh merupakan gigi tambahan, maka gigi susu akan tetap tumbuh asalkan benih gigi susunya ada,” jelas Mega.


Mega mengungkapkan, jika gigi tersebut merupakan gigi seri susu, susunan gigi pada anak akan terganggu. Hal ini dikarenakan gigi lain akan condong bergerak pada daerah yang kosong. Ia juga menambahkan, susunan gigi yang tidak sesuai akan membuat pembersihan gigi cukup sulit dan membutuhkan effort lebih. Gigi seri yang hilang akan menyebabkan anak kesulitan untuk mengucapkan beberapa huruf contohnya pada huruf “T”. 

“Namun, gigi susu tersebut juga dapat digantikan dengan gigi buatan jika si anak sudah sedikit besar. Gigi dewasa pun akan tetap tumbuh meski gigi susu dicabut saat lahir. Paling penting adalah mulai bersihkan rongga mulut bayi, meskipun bayi belum memiliki gigi. Gunakan waslap atau kasa untuk membersihkan rongga mulut bayi setelah meminum ASI. Agar Indonesia terbebas dari gigi berlubang tahun 2030 nanti,” tutupnya.(*)

Penulis: Alysa Intan Santika

Editor: Nuri Hermawan

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp