Yuk Kenali Bakteri Rongga Mulut Penghasil Nitrite (NO2-)

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto by Klik Dokter

Saat ini, penelitian mengenai NO2 sedang berkembang hampir di berbagai belahan dunia. NO2 seperti yang sudah banyak diketahui, mempunyai fungsi yang berguna untuk menunjang kesehatan gigi dan mulut termasuk kesehatan sistemik tubuh. Pada beberapa dekade terakhir ini, bakteri rongga mulut selalu dikaitkan dengan produksi NO2yang terjadi pada tubuh, karena beberapa spesies bakteri di rongga mulut mampu menghasilkan NO2 dari nitrate (NO3). NO3 sendiri mudah didapatkan pada sayuran hijau dengan konsentrasi 10 hingga ratusan ppm (part per million). Sebagian dari NO3 ini akan di metabolisme oleh beberapa spesies bakteri rongga mulut untuk menghasilkan NO2. Kemudian NO2 tersebut akan masuk kedalam sistem pencernaan dimana sebagian dari NO2 akan diubah menjadi nitric oxide (NO). Kemudian secara bertahap NO dan NO2 tersebut akan teroksidasi kembali menjadi NO3, dan di sekresikan sebagai saliva (air ludah) pada rongga mulut. Proses ini disebut sebagai the entero-salivary nitrogen oxide cycle. Dengan demikian bakteri rongga mulut sangat berperan penting dalam produksi NO2 dari NO3 serta secara tidak langsung akan terlibat dalam produksi NO. 

Akhir – akhir ini, banyak penelitian yang mengungkapkan serta menganalisa fungsi NO2 sebagai bahan antibakteri. NO2 dapat digunakan untuk menekan pertumbuhan dan metabolisme bakteri patogen rongga mulut yang terlibat dalam proses karies (lubang gigi) dan periodontitis (penyakti pada jaringan penyangga gigi) serta dapat memperbaiki sistemik sirkulasi darah. Dengan demikian NO2 sangat berhubungan dengan kesehatan rongga mulut dan juga kesehatan tubuh secara umum. Oleh karena itu, informasi mengenai identifikasi bakteri rongga mulut penghasil NO2 sangat diperlukan. Pada penelitian yang dilakukan, sampel bakteri diambil dari plak gigi serta lidah pada orang dewasa dan anak – anak. Kemudian produksi NO2 per-berat sampel dan per-jumlah bakteri diukur dengan mengguanakan Griess reagent kit. Setelah itu dilakukan analisa jumlah bakteri penghasil NO2 dan melakukan identifikasi jenis atau spesies bakteri penghasil NO2dengan mengekstraksi DNA bakteri dan melakukan prosedur PCR 16S rRNA.    

Dari hasil penelitian, jumlah konsentrasi NO2 yang diproduksi oleh bakteri rongga mulut pada sampel dewasa dan anak – anak sangat bervariasi, namun secara umum jumlah konsentrasi NO2 yang diproduksi oleh bakteri pada plak gigi lebih tinggi dibandingkan dengan bakteri yang berada pada lidah. Selain itu didapatkan pula bahwa prosentase jumlah bakteri rongga mulut penghasil NO2 lebih banyak ditemukan pada kondisi anaerob (tanpa oksigen) dibandingkan dengan kondisi aerob (dengan oksigen). Hal ini menunjukkan bahwa, bakteri facultative dan obligate anaerob pada rongga mulut berperan sangat sentral sebagai bakteri penghasil NO2. Korelasi positif mengenai jumlah bakteri penghasil NO2 dan konsentrasi NO2  juga didapatkan pada hasil penelitian ini, semakin banyak jumlah bakteri yang dapat menghasilkan NO2, maka semakin tinggi pula jumlah NO2 yang diproduksi, kecuali sampel bakteri pada lidah dewasa. Hal ini kemungkinan dapat dikaitkan dengan kemampuan dari spesies bakteri tersebut untuk menghasilkan NO2, namun demikian, informasi mengenai kemampuan berbagai spesies bakteri rongga mulut untuk menghasilkan NO2 masih sangat terbatas, sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengenai hal tersebut. 

Menurut hasil penelitian, bakteri Actinomyces,  Schaalia dan Veillonella merupakan bakteri utama penghasil NO2. Selain itu, Neisseria banyak terdapat pada lidah orang dewasa sedangkan Rothia lebih banyak ditemukan pada lidah anak – anak sebagai bakteri penghasil NO2. Actinomyces dan Scaalia merupakan bakteri fakultatif anaerob (dapat hidup pada lingkungan aerob maupun anaerob), Veillonella merupakan bakteri obligate anaerob (dapat hidup pada lingkungan anaerob), sedangkan Neisseria dan Rothia  adalah bakteri aerob (dapat hidup pada lingkungan aerob). NO2 yang di produksi dari substrat NO3, biasanya dikatalis dari reducing power yang dihasilkan oleh metabolisme bakteri. Dengan demikian NO3 akan direduksi menjadi NO2. Actinomyces dan Scaalia dapat memetabolisme karbohidrat dan menghasilkan reducing power, sedangkan Veillonella dapat memetabolisme laktat dan menghasilkan reducing power serta menstimulasi metabolisme Veillonella itu sendiri. Sebagai informasi tambahan, bahwa laktat dapat diproduksi oleh bakteri – bakteri yang dapat memetabolisme karbohidrat, seperti Lactobacillus dan Streptococcus. Selain itu, Actinomyces dan Neisseria mampu memetabolisme laktat pada kondisi aerob dan menghasilkan reducing power. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Actinomyces dan Neisseria berpotensi untuk menghasilkan NO2 melalui metabolisme laktat pada lingkungan aerob. Sedangkan masih sangat sedikit informasi mengenai sistem metabolisme pada bakteri Rothia, sehingga perlu dilakukan studi lebih lanjut untuk meneliti tentang metabolisme dari Rothia ini. Selain itu, kami merasa perlu melakukan penelitian lebih lanjut mengenai efek faktor – faktor eksternal seperti pH (keasaman) dan konsentrasi oksigen terhadap bakteri – bakteri yang berada di rongga mulut. Namun demikian, paling tidak dari penelitian ini kita dapat mengetahui siapa saja bakteri – bakteri rongga mulut yang dapat menghasilkan NO2

Penulis : Dimas Prasetianto Wicaksono, drg., M.Kes., Ph.D

Ilmu Kedokteran Gigi Anak, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Airlangga

Informasi lebih detail dari penelitian ini dapat dilihat pada tulisan kami di :

Sato-Suzuki Y, Washio J, Wicaksono DP, Sato T, Fukumoto S, Takahashi N. 2020. Nitrite producing oral microbiome in adults and children. Sci Rep 10, 16652. 

https://doi.org/10.1038/s41598-020-73479-1

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp