Hambatan Penerbitan Artikel Ilmiah Peneliti Bidang Perpustakaan dan Sains Informasi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto by Liputan6 com

Publikasi artikel ilmiah di kalangan peneliti bidang perpustakaan dan sains informasi di seluruh dunia penting untuk membangun prestise. Capaian penerbitan di jurnal terkemuka dalam disiplin ilmu ini tidak bisa dilupakan begitu saja, terutama bagi para peneliti dari negara berkembang, yang secara historis dirugikan karena berbagai faktor seperti situasi ekonomi, dukungan organisasi, dan hambatan bahasa. Studi deskriptif ini mewakili upaya 21 peneliti dari berbagai di dunia untuk mengidentifikasi dan menggambarkan hambatan yang mereka hadapi untuk menerbitkan artikel di jurnal Library and Information Science (LIS) bereputasi dan merefleksikan bagaimana individu dan entitas di negara maju dapat berfungsi sebagai mitra untuk menciptakan kesempatan yang lebih besar untuk semua calon peneliti dalam disiplin LIS.

Di Bangladesh, Ada banyak faktor yang menjadi tantangan untuk publikasi di jurnal LIS seperti: 1) Akses ke sumber daya elektronik berlangganan, misalnya, jurnal, prosiding konferensi yang tercantum di SCOPUS dan WoS; 2) Kurangnya budaya penelitian di dalam dan di luar organisasi; 3) Kurangnya lokakarya penulisan ilmiah; 4) Kurangnya keterampilan dasar menulis bahasa Inggris; 5) Dukungan pendanaan yang terbatas di bidang perpustakaan; 6) Tidak ada fasilitas pendampingan; 7) Tidak ada insentif untuk penerbitan di jurnal bereputasi; 7) Kurangnya keterampilan Statistik. Selanjutnya Negara Brazil, salah satu hal yang paling sulit untuk penelitian penerbitan adalah bahwa struktur studi ilmiah berbeda dari satu negara ke negara negara. Misalnya, di Brasil kami terbiasa menulis artikel yang lebih panjang, yang berbeda dari AS, makalah pendek dan strategis cenderung disukai. Hambatan lain adalah terminologi khusus yang digunakan dalam setiap bidang pengetahuan, yang membutuhkan cara penulisan yang berbeda. Sementara itu di negara Cina, perbedaan bahasa menjadi penghalang utama. Banyak peneliti di Cina tidak memiliki keterampilan Bahasa Inggris yang memadai untuk penulisan profesional. Membaca dan memahami komentar reviewer merupakan kesulitan bagi peneliti Tiongkok. Selain itu, pemilihan topik juga menjadi masalah, karena topik yang diminati dapat bervariasi. Tingkat pengalaman penelitian yang terbatas dan ketidaktahuan mengenai cara dan metode publikasi di jurnal internasional terkemuka juga menjadi problem mereka. Bidang LIS menerima lebih sedikit dana penelitian dibandingkan dengan bidang lain. Pendanaan penelitian terutama terkonsentrasi di universitas-universitas ternama. Selain menulis dalam bahasa asing, hambatan terbesar untuk dipublikasikan di atas jurnal adalah perbedaan budaya dan kurangnya pengetahuan tentang jurnal internasional.

Hambatan publikasi artikel ilmiah di India adalah: 1) Kurangnya pengetahuan tentang teknik penelitian, keterbatasan dana dan kemampuan berbahasa, sehingga tidak dapat mempublikasikan di jurnal internasional bereputasi yang open access karena biaya yang tinggi; 2) Peneliti merasa sulit untuk mengakses database seperti Web of Science dan Scopus karena sedikit universitas yang menyediakan akses ke database jurnal bereputasi, jadi harus menggunakan sumber seperti Sci-hub dan situs jejaring sosial akademik seperti ResearchGate untuk mendapatkan artikel penelitian. Untuk Indonesia, hambatan yang dialami untuk publikasi di jurnal bereputasi adalah bahasa dan konten artikel. Untuk masalah bahasa, translator dan proofread sangat membantu. Karena keterbatasan bantuan dana, penelitia memilih jurnal bereputasi di bidang perpustakaan dan sains informasi yang tidak berbayar (tidak mengenakan biaya pemrosesan artikel biaya). Namun yang menjadi masalah adalah proses review yang cukup lama.

Di Negara Iran, para peneliti mengalami hambatan untuk publikasi di jurnal-jurnal top karena keterbatasan dana dan penguasaan bahasa Inggris. Hampir sama dengan negara-negara yang sudah disebutkan sebelumnya, kendala yang dihadapi peneliti di Meksiko terutama masalah bahasa karena banyak yang tidak memiliki pengetahuan untuk menulis teks dalam bahasa Inggris dengan benar. Biaya jurnal open access seperti PLOS One adalah penghalang bagi sebagian besar peneliti Meksiko. Gaji untuk pegawai tidak tetap seringkali rendah dan universitas biasanya tidak menawarkan dana untuk penerbitan artikel di jurnal. Untuk peneliti yang bekerja di universitas bergengsi, mereka memiliki akses ke database seperti Scopus, Web of Sains dan Indeks Inovasi Derwent. Begitu juga dengan peneliti yang tergolong Sistem Peneliti Nasional memiliki akses ke Incites, tetapi tidak berlaku untuk semua peneliti di universitas lain.

Lain lagi dengan pengalaman peneliti di Nigeria, terdapat kriteria ketat yang ditetapkan oleh beberapa jurnal top seperti kebijakan editorial serta pedoman lainnya seperti gaya penulisan bahasa Inggris (Amerika atau Inggris). Selain itu, sebagian besar jurnal top tidak mempertimbangkan keringanan dan diskon untuk peneliti dari negara-negara terbelakang yang sedang berjuang dengan dana terbatas. Pendanaan adalah problem utama untuk penerbitan di jurnal bereputasi. Pengetahuan yang belum memadai tentang penerbitan ilmiah, sedikitnya akses ke sumber informasi di berbagai lembaga penelitian, belum banyak ide untuk kolaborasi penelitian, koneksi internet yang buruk dan pasokan listrik yang tidak menentu juga sangat menghambat produktifitas peneliti. Di Spanyol, peneliti menerjemahkan atau menulis dalam Bahasa Inggris, namun mereka kadang perlu membayar untuk seorang profesional untuk proofread. Terkait dengan pendanaan juga menjadi penghalang karena birokrasi yang terlalu rumit. Beberapa faktor yang diidentifikasi sebagai penghambat penerbitan di Uganda adalah kebijakan, hambatan bahasa, tingkat buta huruf yang tinggi, pembajakan, kurangnya dukungan pemerintah, kurangnya kebijakan nasional tentang penerbitan buku, modal terbatas, dan asosiasi penerbitan nasional yang kurang berpengaruh

Hampir semua tantangan tidak ada hubungannya dengan kualitas penelitian. Amerika Serikat, Kanada, Australia, Selandia Baru, dan Eropa Utara tidak ada masalah dengan keterampilan bahasa, pendanaan untuk peralatan/perangkat lunak penelitian dasar, dukungan organisasi, penyelarasan topik penelitian, bimbingan serta kolaborasi. Untuk memperbaiki hambatan ini, langkah penting yang dilakukan peneliti, penerbit, pengembang, dan sumber pendanaan dari negara maju (The Global North) yaitu memperluas peluang untuk peneliti dari negara berkembang (“The Global South”). Dengan membangun kemitraan antara peneliti di negara-negara ini, tidak hanya meningkatkan kesempatan bagi semua peneliti, tetapi juga meningkatkan kualitas dan kreativitas penelitian secara keseluruhan dan ide-ide dalam disiplin Perpustakaan dan Sains Informasi.

Nama: Endang Fitriyah Mannan, S.Sos., M.Hum

Judul Artikel: “Barriers to scholarly publishing among library and information science researchers: International perspectives” bisa di akses https://journals.sagepub.com/eprint/AYWNNWI72E27C78RQTUT/full

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp