Gelar Webinar, Airlangga Safe Space (ASAP) Kupas Tuntas Fenomena Languishing

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Sesi Pemaparan Webinar oleh Diana Saadah M.Psi pada Sabtu (20/11/2021) (Foto: SS Zoom)

UNAIR NEWS – Departemen Branding Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) Fakultas Psikologi Universitas Airlangga (UNAIR) melalui platform Airlangga Safe Space (ASAP) menggelar webinar bertajuk “Cope, Rise, and, Thrive: Move from Languishing to Flourishing” pada Sabtu (20/11/2021). Webinar yang disiarkan melalui platform zoom meeting tersebut hadirkan Diana Saadah, M.Psi., selaku Founder Berani Bicara dan Kembang Project sebagai narasumber.

Pada kesempatan tersebut Diana membahas tuntas languishing, tren yang belum lama ini muncul di dunia psikologi. Diana mengatakan, languishing bukanlah suatu diagnosa klinis, melainkan sebuah istilah populer yang menggambarkan perasaan hampa. 

Languishing itu menggambarkan serangkaian emosi yang dirasakan tetapi sulit untuk mendeskripsikannya. Perasaan ini membuat kamu merasa stagnan, jenuh bekerja, hampa, dan tidak tertarik dengan kehidupan. Termasuk juga dengan hal-hal yang tadinya menyenangkan buat kita,” tuturnya.

Diana menambahkan, languishing tidak termasuk ke dalam depresi. Namun, saat perasaan tersebut tidak tertolong akan berdampak pada kondisi yang lebih parah. Menurutnya, pandemi membuat fenomena ini meningkat sebab hidup sedikit mengalami perubahan. 

Ia menjelaskan, ciri-ciri gejala seseorang mengalami languishing adalah tidak mood melakukan sesuatu, tidak merasa sedih maupun bahagia. Selain itu, individu yang mengalami situasi tersebut juga tidak bersemangat melakukan sesuatu, hal ini membuat beberapa pekerjaan menjadi terabaikan. Seseorang yang mengalami languishing juga merasa gelisah, tetapi tidak sampai cemas dan gugup.

“Selain itu, seseorang ini juga merasa terasing dari kehidupan, dari tugas, atau orang-orang. Tetapi, dia tidak sampai membenci hal-hal tersebut. Languishing juga dapat membuat seseorang kehilangan minat pada passion dan hobinya, serta membuat ia lelah, jadi inginnya tidur saja,” tambahnya. 

Menurut Diana, languishing dapat diatasi dengan menentukan tujuan dan alasan kuat. Hal ini dapat dilakukan dengan menulis capaian-capaian bermakna selama hidup. Merenungkan hal tersebut menurutnya perlu dicari untuk mengembalikan semangat. 

“Kita juga memerlukan aktivitas yang mengeluarkan hormon-hormon dalam tubuh kita, lakukan olahraga untuk menambah produktivitas. Bisa dimulai dari hal sederhana, seperti mencuci piring, menyapu, atau jalan kaki pagi,” tuturnya. 

Ia juga menyampaikan, untuk menangani fenomena tersebut ialah berinteraksi dengan seseorang yang dapat dipercaya. Berlibur dan beristirahat bersama dapat membuat seseorang merasa tidak sendiri. Kemudian, menjaga makanan dan mengurangi makanan junk food juga mempengaruhi diri. Selain itu, jadwal tidur juga perlu diatur, kurangi begadang.

“Belajarlah untuk dapat mengatur irama hidup, run, pause, run. Ambil waktu untuk merenungi perjalanan hidup, syukuri dan maknai sebelum berlari kembali,” tutupnya. (*)

Penulis: Alysa Intan Santika

Editor: Nuri Hermawan

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp