BEM FIB Angkat Isu Kesehatan Mental Melalui Program Humanifest

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Hasan Askari saat menyampaikan materi kesehatan mental pada acara HUMANIFEST (18/10/2021) secara daring. (Foto: Dokumentasi Pribadi)

UNAIR NEWS – Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga (FIB UNAIR) sukses menggelar webinar series bertajuk Bincang Kesehatan Mental Bersama Kreatif Konselor pada Senin (18/10/2021) secara daring. Webinar yang masuk dalam serangkaian acara Humaniora Eternity Festival (HUMANIFEST) itu membahas isu kesehatan mental pada remaja.

Prof. Dr. Purnawan Basundoro S.S., M. Hum, Dekan FIB UNAIR secara resmi membuka webinar tersebut, dalam sambutannya beliau mengungkapkan bahwa persoalan kesehatan mental cukup memukau untuk dibahas sejak adanya pandemi Covid-19. Namun secara umum, kesehatan mental menjadi masalah ketika memasuki zaman yang serba modern ini. 

“Saat kehidupan semakin modern maka banyak sekali tuntutan dan tekanan pekerjaan, itu yang menyebabkan banyak problem mental bermunculan. Sehingga pada malam ini, silahkan didiskusikan sebaik-baiknya dengan pemateri karena ini merupakan tema yang sangat berkaitan erat pada kehidupan kita di dunia ini,” ungkap Guru Besar kelahiran Banjarnegara itu.

Webinar tersebut menghadirkan pembicara ahli pada bidang konseling kesehatan mental yaitu Hasan Askari yang merupakan counselor dan CEO Ace Human Resources. Hasan -panggilan karibnya- menyampaikan bahwa hidup dengan mental yang tidak sehat membuat orang kesulitan untuk merasakan emosi positif, namun sangat mudah untuk merasakan emosi negatif, bahkan berkali-kali lipat dari seharusnya.

“Kalau mentalmu nggak sehat, kamu akan kesulitan merasakan senang, bahagia, antusias, semangat, mengejar harapan dan lain-lain. Namun kamu akan sering merasakan hal-hal negatif seperti kesedihan,” ungkapnya yang juga sebagai konten kreator kesehatan mental pada platform youtube dan Instagram.

Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa self diagnosing merupakan hal yang tidak sebaiknya untuk dilakukan, karena hal itu akan membuat seseorang terlepas dari tanggung jawabnya untuk memperbaiki diri. Pasalnya seseorang yang sering melakukan self diagnosing, akan membuatnya sering mengalami mood swing (perubahan suasana hati, red) dan ia memaksa orang disekitar untuk mengerti dirinya, tanpa ia memperbaiki kondisi emosionalnya terlebih dahulu.

“Orang yang memiliki mood swing  sering mengaku bahwa dirinya terkena gangguan mental, tetapi sebenarnya tidak. Sehingga ia tidak akan memperbaiki dirinya untuk mengubah mood swing nya itu,” tuturnya yang sebagai alumni sarjana psikologi Universitas Surabaya itu.

Suasana webinar HUMANIFEST “Bincang Kesehatan Mental Bersama Kreatif Konselor” oleh BEM FIB UNAIR. (Foto: Dokumentasi Pribadi)

Hasan menjelaskan bahwa otak manusia memiliki tiga bagian besar yaitu reptilian brain yang berfungsi untuk bertahan hidup, limbik sistem untuk mengatur suasana hati, dan neokorteks yang berfungsi untuk berpikir dan kecerdasan intelektual. Dimana ketiga bagian otak saling berkesinambungan dalam proses terjadinya stress.

Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa banyak kawula muda seperti mahasiswa yang terkena gangguan mental, terutama pada saat pandemi. Mahasiswa sering mengalami kesepian, gangguan stress pasca trauma, frustasi, patah hati, dan quarter life crisis. Menurutnya, ada empat hal yang bisa memperbaiki kesehatan mental

Berdiri Tegak dengan Menarik Bahu ke Belakang

Hasan berpendapat bahwa  badan, perasaan, dan pikiran akan saling mempengaruhi, posisi membungkuk akan mempermudah perasaan dan pikiran untuk mengalami hal-hal negatif. 

“Berjalan tegak adalah sikap seseorang untuk siap menghadapi masalah hidup,” ungkapnya.

Sering Bersosialisasi dan Interaksi Secara Langsung

Turunnya kasus Covid-19, dapat dimanfaatkan untuk memperbanyak bersosialisasi dengan teman-teman secara tatap muka, karena kontak sosial tidak bisa digantikan dengan kontak digital.

“Temui dan tertawalah bersama temanmu, namun tetap menjaga protokol kesehatan,” tuturnya.

Belajar Asertif

Asertif adalah sikap mampu berkomunikasi dengan jujur dan tegas, namun tetap menghargai dan menjaga perasaan orang lain. Jadi tetaplah berani untuk menolak permintaan orang lain jika tidak sesuai dengan hati

“Jika kamu sering berkata ‘iya’ namun hatimu berkata tidak, berarti kamu sedang berkhianat pada dirimu sendiri,” tandasnya.

Olahraga di Rumah

Olahraga dikenal membuat suasana hati meningkat, karena adanya peningkatan kadar hormon endorfin. Secara tidak langsung, hal itu bisa membuat seseorang terhindar dari stres dan masalah kesehatan mental lainnya. 

“Kalau bisa olahraga di rumah ya lakukan, atau hanya exercise ringan juga tidak masalah” tandasnya. 

Pada akhir Hasan menegaskan untuk segera mendatangi ahli seperti psikolog atau psikiater agar menghindari self diagnosing, karena hal itu dapat menyebabkan kekhawatiran yang tidak perlu sehingga cenderung mengambil pengobatan yang salah.

“Tidak usah ragu untuk ke profesional, biasakanlah untuk ke psikolog atau ke psikiater, agar kamu terhindar dari misdiagnosis,” tutupnya.

Penulis: Adelya Salsabila Putri

Editor: Khefti Al Mawalia 

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp