Meningkatkan Peranan Mahasiswa Millenial dalam Membantu Melawan Mitos COVID-19

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh ABC News

Semenjak merebaknya pandemi Corona Disease-19 (COVID-19) di Wuhan, China dan menyebar ke berbagai negara di dunia, berbagai upaya kesehatan telah dilakukan. Peningkatan kasus yang signifikan dan cepat membuat banyaknya informasi yang beredar mengenai bahaya virus tersebut. Keadaan ini menyebabkan “infodemic” atau arus informasi yang membeludak di berbagai media terutama media sosial menyebabkan kebingungan pada masyarakat dan juga kecemasan publik karena dari keseluruhan informasi masih sering ditemukan berita palsu atau hoax maupun mitos. Hoax sendiri dalam mengandung dua artian, yaitu misinformasi dan disinformasi. Disinformasi adalah berita yang sudah diketahui salah, namun tetap disebarkan dengna sengaja.

Meskipun telah gencar upaya penekanan kasus dengan pembatasan sosial maupun isoalsi kasus, namun penanganan COVID-19 di Indonesia juga memiliki hambatan akibat hoax dan mitos yang beredar. Koordinasi birokrat yang masih longgar dirperparah dengan ketidakpercayaan publik dari informasi salah mengenai penularan virus. Ini menjadi alasan utama dari upaya yang dilakukan oleh dosen-dosen civitas Universitas Airlangga untuk membantu melawan hoax dan mitos dengan mengupayakan generasi millennial dan generasi Z. Generasi tersebut tumbuh bersama dengan perkembangan teknologi dan saat ini mayoritas menempati posisi mahasiswa, sehingga dirasa mampu mengikuti tren media sosial untuk membuat konten informasi menarik terutama kaum dewasa muda.

Upaya ini dimulai dengan membentuk mahasiswa pilihan yang akan menjadi duta penyebaran informasi yang diberi nama “Barisan Melawan Hoax COVID-19 (BRONVID)”. Sebagian besar merupakan mahasiswa non-medis. Duta mahasiswa mengikuti seminar satu hari secara daring. Pada program ini dilaksakan pretest sebelum penjelasan materi dan post test untuk mengukur tingkat pengetahuan seluruh duta sebelum dan sesudah pemberian materi COVID-19. Materi ditekankan pada cara penularan virus SARS-CoV-2, pencegahan dan hoax yang sering beredar di masyarakat. Tidak hanya mengenai COVID-19, ditambahkan juga materi penyusunan konten media sosial secara bijak dan cara berkomunikasi yang mudah dipahami dengan target pendengar.

Sebelum mendapat materi pembekalan, para duta mahasiswa menunjukkan pengetahuan yang baik mengenai penyebab dan penularan dari virus SARS-CoV-2 namun kurangnya pemahaman terkait kondisi tempat yang perlu dihindari maupun mitos tentang mortalitas COVID-19 hanya pada usia tua. Setelah pemberian materi, terpata peningkatan pengetahuan yang signifikan, dari rerata skor 74.76 pada pretest menjadi rerata 86.19 pada posttest (p=0.0002). Disamping wawasan dari poin tes, para duta diberi penjelasan mitos terkait suhu panas melawan virus, transmisi virus dari benda sekitar dan paket kiriman, obat-obatan untuk penyembuhan COVID-19. Setelah menyelesaikan pembekalan, para duta mahasiswa diwajibkan memberi penyuluhan kepada lingkungan sekitar secara tatap muka maupun luas melalui media sosial. Konten media sosial dapat disebar di berbagai platform seperti Zoom, Instagram, Youtube dan TikTok. Menjadi nilai tambah jika para duta memberi kesempatan luas kepada audiens untuk bertanya lebih jauh. Evaluasi dari target penyuluhan didapatkan melalui pengisian kuisioner online dalam 3 hari masa penyuluhan.

Hasil kuisioner memperlihatkan lebih dari 75 persen target penyuluhan berada di kelompok usia dewasa muda 15-25 tahun dan merupakan murid SMA atau perguruan tinggi. Hal ini menunjukkan penyebaran informasi mayoritas di lingkup pertemanan duta mahasiswa yang juga dalam usia produktif. Menariknya, 81.44% responden belum pernah mendapat edukasi COVID-19 secara lengkap. Pemberian penyuluhan oleh duta meningkatkan wawasan dan kesadaran responden. 99% responden menilai cara para duta menyempaikan informasi dengna baik dan meningkatkan kewaspadaan. Meski demikian, terdapat sebagian kecil responden yang masih mempercayai hoax setelah penyuluhan.

Promosi kesehatan menjadi poin penting terutama pada masa pandemi. Tingkat perhatian tertentu dibutuhkan untuk meningkatkan upaya preventif, namun kekhawatiran berlebih akibat informasi berlebih menimbulkan efek kontradiktif. Masyarakat menjadi terpengaruh akan informasi negatif mengenai COVID-19 dalam membuat keputusan. Terlebih, munculnya pemikiran penyakit akan muncul pada orang lain, bukan pada diri sendiri yang terlihat sehat, sehingga meremehkan situasi. Penyebaran informasi secara daring serta hasil kuisioner menunjukkan pengaruh penyebaran informasi dan peniruan perilaku kesehatan lebih cepat dari lingkar pertemenan sebaya.

Secara garis besar, upaya penyuluhan dengan peranan mahasiswa meningkatkan tanggung jawab sosial mereka kepada masyarakat. Diharapkan upaya ini dapat membantu tenaga medis dalam memberantas hoax dan mitos, menghilangkan stigma penyakit, dan menurunkan ketakutan menutupi penyakit.

Penulis: Astri Dewayani, dr.

Link Jurnal: http://dx.doi.org/10.20473/bhsj.v4i1.26910

DEWAYANI, Astri et al. Maximizing Millennial Students Role in Combating COVID-19 Hoaxes and Myths. Biomolecular and Health Science Journal, [S.l.], v. 4, n. 1, p. 42-47, june 2021.

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp