Cabai Merah sebagai Antikanker Mamae

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh The Sport Review

Penggunaan bahan alam sebagai terapi penunjang sedang trend di masyarakat, namun tanaman herbal yang seperti apa yang bisa dimanfaatkan ? Cabai Merah (Capsicum annum L.) dikenal sebagai penambah cita rasa pedas pada masakan atau makanan dalam ataupun luar negeri. Namun, manfaat cabai merah ternyata jauh lebih dari itu. Cabai merah mengandung flavonoids, fenolik, karoten, alkaloid dan kaya akan vitamin C, provitamin A, serta kalsium. Beberapa penelitian juga menyebutkan bahwa cabai merah dpat mencegah keruskan sel, serangan kanker, diabetes, katarak dan gangguan kardiovaskular. Kandugan zat aktif yang menjadi sorotan dari cabai merah adalah kandungan capsaicin (trans8-metil-N-vanilil-6-non-enamida). Kandungan capsaicin pada cabai merah bervariasi, mulai dari 0,1 % hingga 1 %. Kandungan ini menarik perhatian karena sifat antikankernya selektif menghambat pertumbuhan sel tumor baik secara in vitro maupun in vivo.

Kanker didefinisikan sebagai pembelahan sel yang abnormal tanpa pengendalian yang umumnya terjadi selama periode waktu tertentu. Kanker mamae atau payudara adalah kanker yang paling sering didiagnosis pada Wanita sekitar 25% di seluruh dunia. Kanker payudara terjadi 100 kali lebih tinggi pada wanita dibandingkan pada pria. Biasanya penanganan kasus kanker dilakukan dengan pembedahan, kemoterapi, radiasi ataupun hormonal.

Penelitian yang dilakukan oleh Kurnijasanti, R dan Fadholly, A mengungkap efek sitotksik dari ekstrak cabai merah dalam membunuh sel kanker mamae (sel T47D) secara in vitro. Sel T47D merupakan cell line yang diisolasi dari jaringan tumor ductus payudara seseorang Wanita berusia 54 tahun yang biasa digunakan dalam pengujian obat terapi. Sel ini sering dipakai dalam penelitian kanker secara in vitro karena mudah penangannya, memiliki kemampuan replikasi yang tidak terbatas, homogenitas yang tinggi serta mudah diganti dengan frozen stock jika terjadi kontaminasi. Uji sitotoksik digunakan dalam penelitian tersebut karena bersifat kuantitatif, sensitif, dan terpercaya untuk mengukur aktivitas metabolit kultur sel secara in vitro berdasarkan pembentukan kristal formazan yang berwarna ungu. Intensitas warna ungu yang terbentuk proporsional dengan jumlah sel hidup. Sehingga jika intensitas warna ungu semakin besar, maka berarti jumlah sel hidup semakin banyak. Hasil dari penelitian itu menerangkan bahwa ekstrak cabai merah mempunyai efek sitotoksik pada sel kanker mamae. Ekstrak cabai merah memiliki IC50 78.51 µg/mL yang berarti poten terhadap sel kanker mamae. Semakin kecil nilai IC50 menunjukkan bahwa senyawa semakin toksik/poten. Suatu obat dikatakan kurang toksik terhadap sel kanker apabila nilai IC50 >500 µg/mL, dikatakan cukup toksik apabila IC50 50 µg/mL dan dikatakan sangat toksik/ poten apabila IC50 < 50 µg/mL. Dugaan spesifitas efek toksis ekstrak cabai merah pada sel kanker juga perlu diteliti lebih lanjut karena beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa beberapa herbal mempunyai efek toksik yang signifikan terhadap jenis sel kanker tertentu dan kurang toksik pada jenis sel kanker yang lainnya. Aktivitas antikanker pada ekstrak cabai merah diduga yang paling dominan disebabkan oleh kandungan capsaicin pada cabai merah.

Penelitian yang lainnya juga menunjujjan bahwa capsaicin memiliki efek antiproliveratif pada beberapa garis sel manusia yang berasal dari myeloma, kanker pankreasm kanker prostat, kanker usu besarm kanker paru-paru dan lambung. Senyawa lain dari kandungan ekstrak cabai merah adalah flavonoid yang mengekspresikan berbagai macam efek biologis yang mungkin berperan dalam terapi kanker sebagai antiproliferative serta menginduksi apoptosis. Kandungan fenolik juga berperan sebagai anti-angiogenesis dan menginduksi apoptosis, serta kandungan alkaloid yang bereperan sebgai agen antineoplastic pada sel kanker. Kesimpulan menarik dari penelitian ini adalah bahwa ekstrak cabai merah merupakan salah satu herbal yang dapat diteliti dan dikembangkan lebih lanjut dalam dunia kesehatan terutama untuk obat antikanker. Namun, beberapa bahan herbal juga mempunyai kespesifikannya masing-masing terhadap suatu penyakit sehingga sangat perlu diklasifikasikan penggunannya untuk mendapat hasil yang optimal.

Penulis: Dr. Rochmah Kurnijasanti, drh., M.Si.

Link Jurnal: https://rjptonline.org/AbstractView.aspx?PID=2021-14-6-79

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp