Guru Besar UNAIR Paparkan Pentingnya Nanoteknologi dalam Bidang Farmasi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Prof. Dra. Esti Hendradi., Apt., MSi.,, Ph.D Guru Besar bidang Ilmu Farmasetika, Fakultas Frmasi UNAIR. (Foto: Agus Irwanto)

UNAIR NEWS – Rektor Universitas Airlangga mengukuhkan Prof. Dra. Esti Hendradi., Apt., MSi.,, Ph.D sebagai Guru Besar dalam bidang Ilmu Farmasetika pada Rabu (6/10/210). Pengukuhan yang berlangsung secara terbatas di Aula Garuda Mukti itu menetapkan Prof Esti menjadi Guru Besar Fakultas Farmasi aktif ke-27.

Dalam pengukuhan guru besar itu, Prof Esti menyampaikan orasi ilmiah bertajuk ‘Pengembangan Nanoteknologi dalam sistem Penghantaran Obat Transdermal’. Saat ini, banyak senyawa obat yang tidak mudah larut, sulit terabsorbsi, mudah terurai dan memiliki efek samping obat secara per-oral yang membatasi penggunaanya.

Menurut Prof Esti, penghantaran obat yang baik adalah memiliki efektivitas yang maksimal meski diberikan dalam frekuensi kecil dan efeknya minimal. Sistem penghantaran obat transdermal disebut oleh Prof Esti potensial untuk dikembangkan.

“Sistem penghantaran obat transdermal merupakan sistem penghantaran obat secara sistemik dengan mengaplikasikan obat ke permukaan kulit, dimana molekul obat akan berpenetrasi melewati stratum korneum lalu masuk ke lapisan yang lebih dalam,” ucapnya.

Jenis sistem penghantaran obat yang menggunakan nanoteknologi adalah sistem penghantaran transdermal. Nanoteknologi yang digunakan diantaranya niosom, mikroemulsi, misel dan nanostructured lipid carrier (NLC).

Lebih lanjut, Prof Esti menjelaskan niosom merupakan sistem penghantaran obat baru yang terdiri dari rongga inti berair untuk obat hidrofilik dan membran bilayer untuk obat hidrofobik.

“Sistem niosom terdiri dari Span 60-Kolesterol terhadap Natrium diklofenak sebagai bahan aktif dalam gel berbasis HPC yang memberikan hasil entrapment efficiency sebesar 74,33 persen dan meningkatkan laju penetrasi dan permeabilitas Natrium diklofenak sebagai analgesik/anti-nyeri”

Disebutkan oleh alumnus Hoshi University itu, mikroemulsi merupakan campuran isotropik yang terdiri dari sedikitnya fase minyak, air, surfaktan, dan kosurfaktan. Ia menambahkan, mikroemulsi menunjukkan bahwa bahan obat memiliki afinitas terhadap basis yang tinggi.

Hal itu didasarkan pada studi mikroemulsi tipe A/M dengan menggunakan Natrium diklofenak sebagai bahan aktif, Span 80-Tween 80 sebagai surfaktan, serta isopropanol sebagai ko-surfaktan

“Mikroemulsi saat ini menarik bagi ilmuwan farmasi karena potensinya yang besar untuk bertindak sebagai drug delivery system dengan menggabungkan berbagai molekul obat khusus BCS Kelas-II dan Kelas-IV,” terangnya.

Selain mikroemulsi, Prof. Esti menyebutkan bahwa misel mirip dengan mikroemulsi. Misel yang terdiri dari struktur koloid ampifilik dapat memberikan kelarutan senyawa bioaktif yang tinggi dan menunjukkan pelepasan terkontrol.

“Penelitian yang telah kami lakukan juga menggunakan diklofenak dalam sistem misel menunjukkan bahwa fluks diklofenak meningkat secara signifikan dengan pemberian garam empedu-lesitin campuran misel,” papar alumni Fakultas Farmasi UNAIR tahun 1984 tersebut.

Selain itu terdapat sistem pembawa Nanostructured Lipid Carrier (NLC) merupakan generasi baru dari Solid Lipid Nanoparticles (SLN) yang dapat digunakan sebagai pembawa obat untuk penghantaran transdermal. Disebutkan Prof Esti, NLC terdiri atas campuran lipid padat dan lipid cair dan membentuk matrik inti lipid yang distabilkan oleh surfaktan. Dari penelitian yang dilakukannya, stabilisasi oleh surfaktan dapat bertahan hingga 90 hari.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Prof. Esti, teknologi transdermal patch memberikan berbagai macam manfaat klinis yang signifikan. “Penelitian pengembangan patch juga telah kami lakukan dengan menguji efek dari kombinasi matriks polimer,” ujarnya.

“Pengujian patch meloxicam tipe matriks menunjukkan bahwa patch dengan komposisi HPMC E15 memberikan hasil terbaik berdasarkan serangkaian evaluasi karakteristik fisikokimia yang telah dilakukan,” lanjutnya.

Transdermal patch sendiri merupakan bagian sistem penghantaran yang berperekat, mengandung senyawa obat dan diletakkan di kulit untuk melepaskan zat akitf dalam dosis spesifik melalui kulit menuju aliran darah. (*)

Penulis: Tata Ferliana W.

Editor: Binti Q. Masruroh

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp