Pentingnya Kepatuhan Diit dalam Pencegahan Hipertensi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto dari Lifepack.id

Hipertensi merupakan suatu kondisi medis berupa peningkatan tekanan darah diatas batas normal. Untuk memastikan hipertensi dengan melakukan pengukuran tekanan darah. Ukuran batas normal adalah 120-140 mmHg sitolik dan 80-90 mmHg diastolik. Seseorang disebut mengindap hipertensi bila tekanan darahnya diatas 140/90 mmHg . Hipertensi merupakan suatu kondisi medis yang ditandai dengan meningkatnya kontraksi pembuluh darah arteri sehingga terjadi resistensi aliran darah yang meningkatkan tekanan darah terhadap dinding pembuluh darah.  Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi  sebelum memeriksakan tekanan darahnya.Penyakit hipertensi lebih rentan terjadi pada usia tua.

Penambahan usia dapat meningkatkan resiko terjangkitnya penyakit hipertensi, walaupun penyakit hipertensi bisa terjadi pada segala usia tetapi paling sering terjadi pada orang dewasa berusia 35 tahun atau lebih.Meningkatnya tekanan darah seiring dengan bertambahnya usia memang sangat wajar hal ini disebabkan adanya perubahan alami pada jantung, pembuluh darah, dan kadar hormon. Pada usia tua lebih rentan terkena hipertensi karena pada usia tua arteri lebih keras dan kurang fleksibel terhadap darah, sehingga dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah sistolik. Hal ini di sebabkan oleh karena banyaknya penurunan fungsi system tubuh secara fisiologis dalam bertambahnya usia, karena pada usia tua pembuluh darah sudah mulai kehilangan keelastisan, sehingga dapat mempengaruhi kerja sistem kardiovaskuler dan dapat mengakibatkan hipertensi,  sehingga pada usia tua lebih rentan terkena hipertensi.

Menurut WHO, diseluruh dunia sekitar 972 juta orang atau 26,4% mengindap hipertensi, angka ini kemungkinan meningkat menjadi 29,2% ditahun 2025 nanti. Dari data 972 juta pengindap hipertensi 333 juta berada dinegara berkembang, termasuk Indonesia. Hipertensi merupakan penyebab kematian yang mencapai 6,7% dari populasi hipertensi, pada semua umur di Indonesia. Terdapat lebih dari 63 juta penduduk Indonesia yang menderita penyakit hipertensi. Propinsi Jawa Timur, penderita hipertensi mencapai 2,43% atau 1.828.669 penduduk.

Tingginya angka kejadian hipertensi ini dipengaruhi oleh  dua faktor yaitu yang tidak bisa diubah seperti keturunan, umur, jenis kelamin, ras  dan faktor yang bisa diubah diantaranya obesitas, konsumsi alkohol, kurang olahraga, konsumsi garam yang berlebihan, stress dan kebiasaan merokok serta konsumsi alkohol. Salah satu upaya non farmakologi yang dapat dilakukan dalam pengontrolan tekanan darah tetap stabil yaitu dengan melakukan diit. Permasalahan saat ini masih banyak ditemukan pasien hipertensi yang kurang patuh terhadap diitnya. Untuk melakukan diit hipertensi perlu adanya kepatuhan dari penderita. Sebagian besar temuan menjelaskan, faktor- faktor yang mempengaruhi kepatuhan dalam menjalankan diitnya antara lain pengetahuan, dukungan keluarga, komunikasi, fasilitas kesehatan, penderita/ individu, dukungan dari petugas kesehatan. Beberapa studi menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan diit hipentensi.  Pengetahuan yang rendah dapat menurunkan kesadaran dalam pelaksanaan diit hipertensi . Menurut Notoatmodjo bahwa  pengetahuan yang dimiliki seseorang akan mengacu pada persepsi untuk melakukan suatu perilaku atau sikap.Banyak yang beranggapan bahwa penyakit hipertensi adalah penyakit yang wajar diderita ketika mereka sudah memasuki usia 50 tahun keatas. Sehingga mereka tidak begitu minat dalam mencari informasi tentang diit hipertensi. Mereka hanya berpikir untuk memenuhi kebutuhan fisiologis seperti makan dan istirahat tanpa peduli tentang pola makan dan gaya hidup yang salah.

Diit hipertensi merupakan salah satu metode pengendalian hipertensi secara alami, yaitu dengan mengatur pola makan yang sudah dianjurkan bagi penderita hipertensi.  Menurut WHO, diit yang dianjurkan bagi penderita hipertensi antara lain rendah garam yaitu konsumsi garam tidak lebih dari 1 sendok teh (6 gram/ hari), rendah kolestrol dan lemak jenuh, meningkatkan konsumsi buah dan sayur.  Serta dianjurkan bagi penderita hipertensi untuk melakukan olahraga bisa berupa jalan, lari, jogging, bersepeda selama 20-25 menit dengan frekuensi 3- 5 kali/ minggu.Selain kepatuhan terhadap diitnya, therapi secara non farmakologis (tehnik distraksi dan relaksasi) dan pendidikan kesehatan (mengurangi konsumsi garam, pengaturan pola makan, manajemen stress, tidak merokok, tidak konsumsi alkohol, olah raga, istirahat cukup) dapat mencegah terjadinya  penyakit hipertensi.

Ada juga beberapa anjuran dalam upaya penurunan tekanan darah melalui modifikasi gaya hidup yaitu dengan penurunan berat badan, penerapan perencanaan makan dengan DietaryApproaches to Stop Hypertension (DASH), pembatasan asupan garam NaCl, dan membatasi asupan alkohol. DASH dianjurkan oleh JNHC 7 (2004) danAHA (2006) untuk pencegahan dan manajemen hipertensi dengan prinsip banyak mengkonsumsi buah dan sayuran, susu rendahlemak dan hasil olahnya serta kacang-kacangan. Kesimpulannya adalah bahwa penderita hipertensi  harus memperhatikan pola makan, gaya hidup, aktivitas, selalu berolahraga, mengurangi stres, rokok dan mengurangi garam agar peningkatan tekanan darah dapat dikendalikan.

Penulis: Iswatun, S.Kep.Ns.M.Kes

Link jurnal: http://jurnalkesehatan.unisla.ac.id/index.php/midpro/article/view/293

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp