Pemodelan Molekul, Sintesis, dan Aktivitas Sitotoksisitas

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh SehatQ

Adanya ketidakseimbangan antara pembentukan Reactive Oxygen Species (ROS) dengan pengeluarannya akan berakibat terganggunya fungsi sel secara normal. Pada kondisi seperti ini akan memicu timbulnya sel baru yang dikenal sebagai sel kanker. Penyakit kanker pada tahun-tahun mendatang akan semakin meningkat tajam, penyakit kanker paru dan penyakit kanker payudara adalah yang terbanyak. Menurut National Breast  Cancer Foundation, di Amerika, wanita yang terdiagnosa menderita penyakit kanker payudara hampir mencapai 200.000 orang.

Penyakit kanker merupakan pembunuh nomor dua di dunia, oleh karena itu perlawanan terhadap penyakit kanker merupakan satu hal penting dalam bidang kesehatan. Penggunaan obat-obat komplementer dan obat-obat alternative sangat banyak dan  perkembangan obat-obat tersebut sangat cepat terutama di negara-negara Asia.

Sebagai obat kanker hidroksi urea memang sudah dikenal, tetapi kekurangan dari senyawa obat ini adalah dalam hal penetrasi kedalam membrane biologisnya kurang maksimal, hal ini disebabkan adanya gugus hidroksi yang terikat pada salah satu atom nitrogennya sehingga senyawa bersifat hidrofilik. Perubahan struktur pada senyawa urea adalah untuk meningkatkan penetrasi senyawa ini kedalam membran biologis. Penambahan gugus fenil pada salah satu atom nitrogen akan merubah penetrasi senyawa turunan urea ini lebih baik dibandingkan dengan hidroksi urea. Adanya gugus fenil akan menyebabkan senyawa turunan urea ini menjadi lipofilik dibandingkan dengan senyawa hidroksi urea. N-fenilurea dan turunannya banyak dikembangkan  sebagai antikanker  oleh beberapa peneliti. Song et al (2009) telah berhasil mensintesis senyawa 3-haloacylamino phenylureas dan adanya gugus bromoacetil yang terikat pada salah satu atom nitrogennya menunjukkan sebagai antikanker yang poten terhadap 8 sel tumor manusia dengan IC50 0.38 – 4.07 uM. Peneliti lain  Szafranski et al. (2015), telah berhasil mensintesis senyawa 4-substituted-N-(phenylcarbamoyl)-3pyridine sulfonamide dan turunannya yang kemudian salah satunya dinamakan N-(4-chlorophenyl) carbamoyl)-4(4-(3,4-dichlorophenyl) piperazine-1-yl)pyridine-3sulfonamide memiliki aktivitas antitumor yang poten terhadap leukemia , kanker kolon dan melanoma dengan IC50 13.6-14.9 uM. Eldehna et. al. , 2018, juga telah berhasil mensintesis senyawa turunan N-fenilurea lain yaitu senyawa 1-(2-methyl-6-arylpyridine-3-yl)-3-phenylurea dan turunannya, dan ditemukan 51 turunannya memiliki aktivitas antikanker yang poten pada kanker paru A549 dan kanker kolon HCT-116 dengan IC50 3.22±0.2 dan 2.71±0.16 uM.

Pengembangan turunan urea sebagai antikanker tetap menjadi perhatian, karena sudah terbukti beberapa turunannya memiliki aktivitas antikanker. N-(4-tersierbutylphenylcarbamoyl)benzamide telah berhasil di sintesis dengan metode Schotten Baumann, dan memberikan hasil rendemen 59%. Uji kemurnian dengan kromatografi lapis tipis dengan 3 fasa gerak berbeda menunjukkan satu noda dengan Rf yang berbeda, dan dari identifikasi struktur menunjukkan bahwa senyawa adalah N-(4-tersierbutylphenylcarbamoyl)benzamide. Prediksi aktivitas sitotoksik dilakukan secara molecular docking (Autodocks 4.2.6. Program ) dengan melibatkan enzim CHK1(kode PDB: 2YWP) terhadap sel HeLA, kemudian diperkuat hasil prediksi aktivitas sitotoksik nya dengan Molecular Docking Symulation (MDS). Nilai docking score dari senyawa N-(4-tersierbutylphenylcarbamoyl)benzamide (-4.41) lebih kecil dibandingkan dengan senyawa pembanding hidroksi urea (-2.69), sehingga aktivitasnya diprediksi lebih tinggi, kemudian di perkuat oleh nilai MDS nya, senyawa N-(4-tersierbutylphenylcarbamoyl)benzamide memiliki nilai total energy (-13.1223±4.6818) lebih kecil dibandingkan dengan senyawa pembanding hidroksi urea (-0.0446±0.3621). Karena merupakan senyawa baru hasil prediksi ADMET nya sangat mendukung aktivitas sebagai senyawa anti kanker karena tidak menunjukkan sifat toksisitas terhadap organ. Uji aktivitas sitotoksis terhadap sel HeLA, senyawa N-(4-tersierbutylphenyl carbamoyl)benzamide memiliki nilai IC50 3.78 nM yang lebih kecil dibandingkan dengan senyawa pembanding hidroksi urea IC50 9.91 nM. Dari data-data diatas senyawa N-(4-tersierbutylphenylcarbamoyl)benzamide telah berhasil di sintesis dan memiliki aktivitas sitotoksik yang lebih tinggi dibandingkan dengan senyawa pembanding hidroksi urea, sehingga dapat dikembangkan lebih lanjut sebagai calon senyawa antikanker baru.

Penulis: Bambang Tri Purwanto

Link jurnal: http://repository.ubaya.ac.id/39995/

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp