Dolomit, Material Pintar, untuk Meningkatkan Aktivitas Antimalaria Kalus Tempuyung

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi dari Suara Papua

Malaria sudah dikenal sebagai penyakit utama dunia, terutama di daerah tropis. Penyakit ini endemik di negara-negara Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Tujuan pembangunan milenium menargetkan untuk menghentikan penyebaran dan menurunkan kejadian malaria melalui indikator penurunan angka kesakitan dan kematian akibat malaria. Upaya pencegahan malaria sangat penting, termasuk pencegahan, diagnosis, dan pengobatan malaria. Delapan puluh persen penduduk dunia masih menggunakan bahan alam untuk pengobatan, dan 75% penderita malaria menggunakan obat tradisional untuk mengobati penyakit ini. Sebelumnya obat malaria berasal dari Chincona succirubra L., sedangkan obat malaria generasi baru yaitu artemisinin dibuat dari Artemisia annua L..

Tempuyug (Sonchus arvensis L.), herba semusim yang termasuk dalam Asteraceae, memiliki habitus tegak dengan tinggi mencapai 64 cm. Di Indonesia, tempuyung adalah tanaman obat yang paling populer ke-7. Flavonoid, kumarin, taraxasterol, asam fenolik, asam askorbat, dan terpenoid terdeteksi dalam tanaman ini. Banyak penelitian menunjukkan bahwa tempuyung memiliki aktivitas antioksidan, aktivitas penurun asam urat, aktivitas antiinflamasi, aktivitas imunomodulator, dan aktivitas antibakteri. Selain itu, laporan sebelumnya menunjukkan bahwa kalus tempuyung memiliki aktivitas antimalaria.

Karena tidak ada budidaya tanaman ini, sulit untuk menghasilkan bahan baku tempuyung untuk memenuhi permintaan pasar. Oleh karena itu, untuk menjamin konsumsi tempuyung yang berkelanjutan, penting untuk menemukan metode untuk budidayanya. Kultur jaringan tanaman dapat secara terus menerus menghasilkan metabolit sekunder yang bernilai ekonomis tinggi dengan relatif cepat, dengan kualitas yang lebih konsisten dan terkontrol serta kandungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan panen langsung dari lapanagan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilannya adalah medium dasar, zat pengatur tumbuh, elisitor, dan genotipe tanaman. Dolomit [CaMg(CO3)2] merupakan batu gamping yang terdiri dari kalsium karbonat dan magnesium karbonat, yang banyak diaplikasikan di bidang pertanian untuk mengurangi keasaman tanah dan menyediakan nutrisi bagi tanaman. Dolomit adalah garam ganda yang terdiri dari kalsium karbonat (CaCO3) dan magnesium karbonat (MgCO3). Perlakuan panas CaCO3 dan MgCO3 masing-masing menghasilkan kalsium oksida (CaO) dan magnesium oksida (MgO), yang memiliki aktivitas antimikroba dan antivirus (virus influenza H3N3). Dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman, kalsium memainkan peran penting dalam struktur membran sel, sedangkan magnesium merupakan faktor penting yang membentuk klorofil. Selanjutnya penggunaan dolomit diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan dan aktivitas antiplasmodial  kalus. Dalam penelitian ini, kami mengevaluasi morfo-anatomi, pertumbuhan, profil metabolit, dan aktivitas antiplasmodial kalus tempuyung.

Studi ini memberikan informasi berharga tentang efek dolomit pada pertumbuhan dan profil metabolisme kalus tempuyung. Ini juga dapat meningkatkan produksi massal baik di bidang pertanian maupun industri farmasi di masa depan. Pada penelitian ini, eksplan daun ditumbuhkan pada media agar Murashige dan Skoog dengan kombinasi asam 2,4-diklorofenoksiasetat (2,4-D, satu mg/L) dan 6-benzil amino purin (BAP, 0,5 mg/L) dengan dolomit (50, 75, 100, 150, dan 200 mg/L). Ekstrak etanol dan metanol kalus berumur 21 hari dianalisis dengan kromatografi gas spektrometri massa (GC-MS) dan kromatografi lapis tipis (KLT). Uji antiplasmodial dilakukan pada kultur darah yang terinfeksi Plasmodium falciparum strain 3D7 menggunakan metode Rieckmann.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dolomit berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan kalus, profil metabolit, dan aktivitas antiplasmodial in vitro. Dolomit (150 mg/L) menunjukkan biomassa tertinggi (0,590 ± 0,136 g berat segar dan 0,074 ± 0,008 g berat kering). Analisis GC-MS mendeteksi empat senyawa dari ekstrak etanol kalus. Asam pelargonic, asam dekanoat, dan asam heksadekanoat adalah senyawa utama. Satu senyawa terpenoid baru didasarkan pada analisis KLT. Kalus tempuyun. memiliki aktivitas antiplasmodial dengan nilai IC50 sebesar 5,037 g/mL. Itu tiga kali lebih rendah dari ekstrak metanol daun dan lima kali lebih rendah dari ekstrak etanol daun. Hasil ini sangat menjanjikan untuk pengembangan kalus tempuyung sebagai bahan antimalarial, walau masih dibutuhkan banyak penelitian untuk sampai pada pemakaian secara klinis.

Penulis: Dwi Kusuma Wahyuni, S.Si., M.Si.

Link Jurnal: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/34415920/

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp