Tantangan Farmasis dalam Pengembangan Desain Uji In-Vitro Sediaan Lepas Lambat Obat Mata

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto dari Kilkdokterr

Mata merupakan salah satu organ tubuh yang sangat penting bagi manusia. Penyakit pada mata dapat berdampak pada kesejahteraan individu, lingkungan sekitar dan juga pertumbuhan ekonomi di seluruh dunia. Menurut data World Health Organization, 253 juta orang menderita gangguan penglihatan pada tahun 2017 dan 13% di antaranya mengalami kebutaan total. Kebutaan permanen yang dialami manusia sebagian besar disebabkan oleh kerusakan pada bagian belakang (posterior) mata, yang umumnya berkaitan dengan penyakit age-related macular degeneration (AMD), retinitis pigmentosa dan diabetes retinopati.

Sistem penghantaran obat ke bagian posterior mata menjadi tantangan tersendiri bagi ilmuwan farmasi. Hal ini disebabkan karena sistem anatomi dan fisiologis mata yang rumit dan spesifik. Berbagai macam bentuk sediaan yang dikembangkan untuk penghantaran obat ke mata diantaranya adalah tetes mata, secara sistemik, injeksi intravitreal maupun dalam bentuk implant. Keberhasilan sediaan tetes mata untuk menghantarkan obat menuju bagian posterior mata sangatlah kecil (kurang dari 5%) karena adanya refleks kedip mata yang membuat kontak obat dengan mata hanya terjadi dalam waktu singkat sehingga obat lebih banyak dieliminasi melalui sistem drainase hidung.  Pemberian obat melalui system sistemik membutuhkan dosis yang cukup besar agar dapat memberikan efek terapi, yang berakibat pada toksisitas obat. Injeksi intravitreal adalah terapi yang saat ini banyak digunakan untuk pengobatan penyakit posterior mata. Meskipun injeksi intravitreal cukup efektif, namun metode ini dapat menyebabkan efek samping yang berbahaya, seperti retinal detachment, vitreous haemorrhage, katarak, peningkatan tekanan intraocular dan juga toksisitas. Hal ini disebabkan karena frekuensi penyuntikan yang cukup sering. Selain itu, penyuntikan intravitreal dapat memberikan trauma dan rasa tidak nyaman pada pasien yang dapat berakibat pada ketidakberhasilan terapi pengobatan. Sebagai alternatif terapi, implan intraokular dikembangkan untuk terapi jangka panjang pada penyakit posterior mata. Implant intraocular dikembangkan dengan menggunakan berbagai macam polimer (biodegradable maupun non-biodegradable) sebagai matriks obat dan diharapkan mampu melepaskan obat secara perlahan dalam rentang waktu yang diinginkan. Sediaan implant mata ini diberikan melalui operasi kecil untuk memasukkan implant ke bagian vitreous humour mata. Salah satu tantangan terbesar dalam pengembangan sediaan implan intraokular adalah pemilihan metode pengujian disolusi in vitro yang sesuai.

Uji in-vitro memiliki peranan penting dalam membantu menggambarkan kinerja in vivo dari suatu formulasi sediaan dan memainkan peran penting dalam studi bioekivalensi (BE) yang terkait dengan peningkatan skala produk. Uji in-vitro untuk sediaan implant mata memiliki tantangan tersendiri karena adanya beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengujian, diantaranya adalah komposisi vitreous humour, enzim, protein, struktur jaringan serta penghalang anatomi dan fisiologis pada mata. Beberapa metode uji in-vitro untuk sediaan implant mata telah banyak dikembangkan dan dipublikasikan dalam artikel ilmiah, diantaranya adalah metode difusi statis, difusi agar, medifikasi disolusi United States of Pharmacopeia (USP), sistem membrane, PK-eye model, eye-MoS, dan ExVit dynamic system. Namun hingga saat ini belum ada metodi uji in vitro yang mampu menggambarkan sistem penghalang pada mata. Idealnya, model in-vitro ini harus mampu menunjukkan korelasi in vitro/in vivo (IVIVC) atau setidaknya menggambarkan sebagian kondisi kompartemen mata secara tepat sehingga dapat membantu dalam pengembangan sediaan implant mata yang optimum. Nyatanya, kompleksifitas fisiologi mata, lokasi pemberian implan, serta konsep pembentukan IVIVC masih menjadi tantangan hingga sekarang.

US Food and Drug Administration (US-FDA) menyatakan bahwa penggambaran bioekivalensi untuk bentuk sediaan non-larutan, terutama untuk sediaan mata, masih cukup menantang. Pemahaman komprehensif tentang hubungan antara sifat fisikokimia implan mata dan bioavailabilitas sangat diperlukan dalam merancang bioekivalensi sediaan implant mata. Hingga tahun 2016, hanya ada delapan proyek yang dilaporkan berfokus pada pengembangan model rilis in vitro yang dapat mewakili kinerja in vivo untuk sediaan mata. Seiring dengan semakin banyaknya pengembangan sediaan lepas lambat implant mata, maka hal ini memberikan kesempatan bagi farmasis untuk melakukan berbagai percobaan untuk pengembangan desain uji in-vitro yang mampu menggambarkan pelepasan obat dari sediaan implant mata.

Penulis: Febri Annuryanti, S.Farm., Apt., M.Sc.

Informasi detail artikel ini dapat dilihat di:In vitro dissolution testing models of ocular implants for posterior segment drug delivery | SpringerLink

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp