Pemodelan Peran Kampanye Media pada Pengendalian Penyebaran Listeriosis

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh agqlabs.es

Listeriosis adalah penyakit menular akibat mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri Listeria monocytogenes yang ada di lingkungan (tanah, air, makanan siap saji maupun produk makanan yang terkontaminasi). Penyakit ini  dapat menimbulkan gejala ringan, seperti mual dan diare, sampai gejala berat, misalnya peradangan otak.

Sebelum terjadinya wabah pada tahun 2017, di Afrika Selatan, rata-rata hanya 60 hingga 80 kasus penyakit Listeriosis yang dikonfirmasi dicatat setiap tahun (yaitu, sekitar 1 kasus per minggu). Namun ketika terjadi wabah yang baru-baru ini terjadi di Afrika Selatan  (mulai 1 Januari 2017 hingga 17 Juli 2018), kasus yang dilaporkan hingga mencapai 1.060 kasus yang dikonfirmasi, dengan 216 (26,8%) diantaranya meninggal. Hal ini merupakan wabah Listeriosis terbesar yang pernah didokumentasikan di dunia. Setelah dilacak, sumber wabah terjadinya penyakit ini ditularkan dari produk daging olahan/ready-to-eat (RTE) yang terkontaminasi. Selain di Afrika Selatan, wabah Listeriosis akibat konsumsi berbagai jenis produk makanan RTE yang terkontaminasi juga terjadi di Amerika Serikat, Kanada, dan Eropa.

Kampanye media dan program kesadaran berbasis media seperti media cetak, media sosial, internet, televisi, radio, dan iklan memegang peranan penting dalam penyebaran informasi tentang penyebaran wabah penyakit menular. Penyebaran informasi mendidik orang dan membantu mereka mengambil tindakan pencegahan seperti; lebih menjaga kebersihan; pekerja pabrik mengenakan sarung tangan bersih untuk menghindari kontaminasi produk makanan selama produksi/manufaktur makanan. Selanjutnya, ketika suatu penyakit mewabah pada populasi manusia, perubahan dalam perilaku dalam menanggapi wabah dapat mengubah perkembangan agen infeksi. Secara khusus, orang menyadari penyakit di dekat mereka dapat mengambil tindakan pencegahan untuk mengurangi kerentanan mereka terhadap infeksi dengan mengisolasi sebagian dari populasi yang rentan agar tidak tertular.

Belakangan ini, para peneliti telah menggunakan model matematika dengan mempertimbangkan dampak kampanye media terhadap dinamika penyebaran penyakit menular seperti: HIV/AIDS, Flu Burung, Listeriosis dan penyakit dengan perantara vektor. Analisis model mengungkapkan bahwa jumlah infeksi menurun dengan peningkatan kampanye media. Sebagai contoh, Pawelek, dkk. (2014) telah mengkaji efek kampanye media melalui  pesan di Twitter untuk mengurangi tingkat penularan virus influenza. Hasil penelitian Pawelek, dkk. mengungkapkan bahwa kampanye media melalui pesan di Twitter tersebut memiliki pengaruh besar pada dinamika penyebaran penyakit influenza.

Dalam penelitian ini, kami mengusulkan model matematika untuk menganalisis dampak dan pengaruh kampanye media terhadap dinamika penyakit Listeriosis akibat konsumsi RTE yang terkontaminasi. Populasi manusia dibagi menjadi empat sub-kelas yakni populasi manusia sehat namun yang rentan, manusia sehat yang aware, manusia terinfeksi Listeriosis dan manusia yang sembuh. Berikutnya jumlah total produk makanan dibagi menajdi dua sub-kelas yakni makanan yang tidak terkontaminasi dan makanan yang terkontaminasi Listeriosis. Berikutnya populasi Listeriosis dalam lingkungan yang berkembanga secara logistik dan juga banyaknya kampanye kesadaran yang diimplementasikan pada media.

Dari hasil analisis, model yang kami rumuskan mempunyai tiga titik setimbang yaitu; bebas penyakit, bebas Listeria dan endemic penyakit. Selanjutnya, pada makalah kami juga ditentukan bilangan reproduksi dasar dan analisis kestabilan lokal model juga dibahas. Analisis sensitivitas dilakukan untuk menentukan model parameter yang paling mempengaruhi keparahan penyakit Listeriosis. Simulasi numerik dilakukan untuk menilai peran kampanye media terhadap penyebaran Listeriosis. Dari hasil simulasi menjunjukkan bahwa peningkatan intensitas kampanye kesadaran media, tingkat penghapusan produk makanan yang terkontaminasi, penurunan tingkat kontak Listeria oleh manusia menghasilkan lebih sedikit manusia terinfeksi, sehingga mengarah pada pemberantasan penyakit. Penurunan kesadaran kampanye media menghasilkan lebih banyak manusia yang terinfeksi Listeriosis. Temuan ini mungkin secara signifikan memberikan dampak kebijakan dan pengambilan keputusan dalam pengendalian penyakit Listeriosis.

Dengan demikian, untuk mengendalikan penyebaran penyakit Listeria secara efektif, maka pembuat kebijakan, petugas kesehatan masyarakat, pemerintah, dan pemangku kepentingan global disarankan untuk menerapkan kampanye media yang tidak berkurang seiring berjalannya waktu. Ini berarti bahwa kampanye media harus efektif. Selanjutnya, intervensi dari kampanye ini harus menargetkan terutama individu yang rentan tertular Listeriosis. Ketika orang-orang mematuhi media kampanye secara efektif, hal ini membantu mengurangi dan mengendalikan jumlah manusia yang terinfeksi sehingga penyebaran penyakit Listeriosis dapat diminimalkan.

Penulis: Dr. Fatmawati, M.Si

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://www.aimspress.com/article/doi/10.3934/mbe.2021375

C. W. Chukwu, F. Nyabadza, Fatmawati, 2021, Modelling the potential role of media campaigns on the control of Listeriosis, Mathematical Biosciences and Engineering , 18(6): 7580–7601.

doi: 10.3934/mbe.2021375

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp