FIB Gelar Pelatihan Literasi Digital untuk Guru

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Fakultas Ilmu Budaya mengadakan pelatihan literasi digital untuk guru dalam rangka menangkal dampak pandemi bagi siswa Sekolah Menengah Pertama. (Foto: SS Zoom)

Hidup berdampingan dengan Pandemi Covid – 19 telah membawa banyak perubahan di dalam kehidupan kita. Kegiatan yang dilakukan di luar rumah seperti bekerja, bersekolah dan beribadah, saat ini berubah menjadi kegiatan yang dilakukan di rumah. Sekolah dari rumah menjadi hal yang baru bagi guru dan juga siswa. Kegiatan belajar mengajar yang dahulu selalu dilakukan dengan tatap muka di dalam ruang kelas, kini tiba tiba harus berganti menjadi daring. Siswa harus belajar melalui media telepon genggam, komputer, tablet atau laptop. Perubahan ini tentu saja membawa dampak bagi guru, siswa serta orang tua. Guru harus menyiapkan materi yang disesuaikan dengan pembelajaran daring. Siswa harus belajar dengan menggunakan media elektronik dan sebaiknya didampingi oleh orang tua.

Pembelajaran daring ini berpengaruh terhadap bagaimana cara guru mengajar dan bagaimana perkembangan siswa di dalam kelas online. Mengingat bahwa hal ini dilakukan secara tiba tiba dan juga terburu-buru, maka akan ada beberapa dampak dan pengaruh bagi pihak yang terlibat. Ketidaksiapan dan ketidakpastian mengenai bagaimana proses pembelajaran daring ini seharusnya berlangsung juga membuat guru, siswa dan orang tua menjadi bingung.

Melihat fenomena sekolah dari rumah dengan menggunakan metode pembelajaran daring ini bisa berdampak dan berpengaruh bagi guru, siswa dan juga orang tua, Fakultas Ilmu Budaya mengadakan pelatihan bagi guru Sekolah Menengah Pertama di Sidoarjo Jawa Timur pada hari Sabtu 28 Agustus 2021. Pelatihan ini dilaksanakan melalui zoom meeting dan dihadiri oleh 31 guru.

Selaku pembicara pertama adalah Bapak Sumitro, Drs., M.M. Beliau menyampaikan tentang metode pembelajaran di masa pandemi yang terdiri dari blended learning, integrated curriculum, home visit method, luring method, online learning, dan project based learning. Dilihat dari sudut pandang guru, problematikanya adalah lemahnya penguasaan terhadap teknologi dan juga terbatasnya akses pengawasan perilaku siswa dikarenakan tidak semua orang tua siswa bisa mengawasi pembelajaran daring yang dilakukan di rumah. Dari sisi permasalahan siswa, problematika yang terjadi diantaranya kekurangaktifan dalam mengikuti proses pembelajaran dan keterbatasan fasilitas pendukung seperti telepon genggam, komputer, tablet atau laptop yang dimiliki oleh orang tua sebagai sarana yang penting dalam pembelajaran daring. Sedangkan problematika dari orang tua yakni keterbatasan waktu dalam mendampingi belajar serta kurang mampu dalam menguasai materi terkait kesulitan yang dihadapi oleh anaknya.

Pembicara kedua adalah Bapak Edi Dwi Riyanto, Ph.D selaku Kaprodi Magister Kajian Sastra dan Budaya. Hal – hal yang dibahas adalah mengenai dampak Pandemi Covid – 19 terhadap bidang pendidikan, dan bagaimana peran literasi informasi dan literasi digital dalam pembelajaran daring. Bapak Edi Dwi Riyanto mengemukakan bahwa study from home sebenarnya bukan sesuatu yang mudah untuk dilakukan, tidak jarang siswa mengalami kelelahan serta “overload” dikarenakan terlalu banyak tugas yang didapat namun tidak banyak kesempatan dan waktu untuk mengerjakannya. Ketika pembelajaran daring sedang berlangsung, aktifitas siswa berubah menjadi pasif, bahkan cenderung tidak produktif serta tercipta satu arah komunikasi saja.

Tidak hanya itu, dilihat dari sisi guru, mencari metode serta menyesuaikan materi dengan pembelajaran daring juga tidak mudah. Guru harus mempunyai cara agar suasana kelas online bisa tetap hidup, menarik dan siswa mampu menanggapi dengan kritis mengenai materi yang disampaikan. Guru pun dapat mengalami “kewalahan” dikarenakan terlalu banyak membaca karya – karya dan tugas – tugas siswa secara online. Jam kerja yang menjadi tidak jelas, serta hubungan secara sosial dan psikologis dengan siswa yang akhirnya menjadi berjarak. Selain itu juga ada permasalahan tentang banyaknya kuota internet yang harus digunakan untuk pembelajaran daring. Hal ini berimbas kepada harga paket internet yang menjadi mahal sehingga susah dijangkau oleh orang tua dan mengakibatkan proses pembelajaran daring menjadi tidak maksimal.

Melihat kondisi tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa teknik mengajar yang inovatif, menarik serta mampu membuat siswa menjadi kritis menjadi kunci dalam menyampaikan materi di kelas. Bisa dengan membuat kelompok kecil yang terdiri dari tiga sampai lima siswa yang berdiskusi tentang topik tertentu. Pengumpulan hasil diskusi dan tugas bisa melalui platform daring seperti Google drive. Penyimpanan, pengumpulan dan pemantauan kegiatan pembelajaran melalui media Google Drive bisa membantu memininalisir biaya internet dan kuota yang digunakan. Sehingga walaupun hanya beberapa kali diadakan kelas online dalam sebulan, guru masih bisa menilai, mengontrol serta mengatur tugas siswa. Langkah selanjutnya adalah baik guru, siswa dan orang tua sebaiknya meningkatkan pengetahuannya terkait tentang literasi informasi dan literasi digital karena pendidikan tanpa literasi khususnya literasi digital maka akan sangat sulit untuk bisa mencapai hasil yang maksimal di era pandemic ini.

Penulis: Edi Dwi Riyanto

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp