Strategi Masyarakat Awam Menjaga Kesehatan Selama Pandemi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto dari UNICEF

Selama Covid 19, bermunculan minuman tradisional yang pernah dibuat nenek moyang seperti wedang uwuh, secang, Pokak.  Populernya minuman tradisional dimasa pandemi disebabkan oleh adanya kemiripan waktu dan suasana wabah pagebluk yang berkepanjangan dan  membawa korban cukup banyak.

Selama pandemi masih berlangsung masyarakat memberikan perhatian terhadap minuman yang dikaitkan dengan pencegahan covid 19. Alasannya, gejala Covid yang ditimbukan melalui batuk dianggap mirip dengan batuk  biasa, sehingga orang Jawa khususnya mengatasinya dengan membuat minunam rempah,sepertiwedang jahe, wedang Uwuh, Secang  dan orang Madura membuat Pokak. Jenis minuman tradisional tersebut berbahan jahe, sereh, Secang, kapulaga, cengkeh yang konon  menjadikan tenggorokan tidak serak dn batuk menjadi reda. Pengalamanlah yang mendasari orang-orang awam mengonsumsi jenis minuman tradisional  di masa pandemi ini.  Masyarakat awam punya cara menjaga kesehatan selama pandemi dengan mengonsumsi rempah sebagaimana yang diajarkan kakek neneknya secara turun temurun.  Tentunya masyarakat di masa lalu pernah mengalami wabah dan itu diatasi dengan mengonsumsi jamu atau minuman  terbuat  dari rempah tertentu .  Tidak semua rempah (empon-empon ) digunakan sebagai minuman sehat saat wabah muncul, memilih jahe , sereh dibandingkan kunir.  Ini membuktikan bahwa masyarakat awam memiliki pengetahuan  obat-obatan.

Fenomena yang cukup menarik selama pandemi, yaitu masyarakat mulai belajar tentang tanaman obat yang  dapat dikreasi sebagai minuman tradisional. Resep minuman tradisional biasanya tidak dituliskan melainkan dihafal dan diceritakan dari mulut ke mulut  termasuk khasiatnya. Masyarakat  menghidupkan kembali program pemerintah, yaitu TOGA. Hampir setiap rumah terdapat tanaman sereh dan daun salam. Kedua tanaman tersebut  sebagai bahan baku masakan, tetapi juga dapat digunakan sebagai minuman (wedang).  Covid 19  tampaknya menjadi titik balik masyarakat dalam mempratikkan kembali resep tradisional warisan leluhurnya.

Ibu rumah tangga mulai menghidupkan kembali pemakaian bahan alami untuk membuat wedang yang disajikan bagi anggota keluarganya. Wedang jahe, wedang sereh menjadi minuman wajib yang yang disajikan pagi dan sore. Semua uoaya ini dilakukan untuk melindungi anggota keluarga dari paparan Covid 19 yang hingga kini belum diketemukan vaksinya.  Maka salah satu cara menghindarinya adalah dengan menjaga kebugaran tubuh melalui minuman tradisional sebagaimana yang dilakukan nenek moyangnya saat menghadapi pagebluk.

Saatnya pengetahuan lokal (local kowlagde)  didokumentasikan, dituliskan dan disistimatisasikan secara ilmiah. Mengingat pengetahuan masyarakat tidak tersistimasikan karena bentuknya wacana, seperti folklore, mantra,  ungkapan Bahasa. Namun jika dicermati semua ungkapan tersebut sebenarnya adalah pengetahuan yang lahir dari masyarakat niraksara.  Kita bisa belajr dari China dn India yang sistem pengobatan tradisionalnya sudah berusia lima ribu tahun lalu) hingga kini  terus dikembangkan  menjadi sebuah riset ilmiah  di perguruan tinggi sehingga mampu memberikan sumbangan bagi sistem pengobatan modern. Seperti Akupuntur tidak lagi menggunakan tusuk jarum melainkan memakai laser.  Peran pemerintah dan perguruan tinggi  di negeri kedua negeri tersebut punya komitmen   dalam  memajukan  pengobatan tradisionalnya  dengan sentuhan teknologi.

Penulis: Dr. Sri Ratnawati     

Link Jurnal: https://rigeo.org/submit-a-menuscript/index.php/submission/article/view/571/460

The Indonesian Herbal Heritage Medicine during Covid-19 Pandemic

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp